Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 29
Ckiiit
Drap drap drap
Tok tok tok
"Pagi Bu Wita."
Dengan sangat terburu-buru, Deny menuju ke rumah keluarga Xeena. Tujuannya sudah pasti, yakni ingin memberitahu keberadaan Xeena.
Sebenarnya Deny masih penasaran tentang pria yang tadi membawa Xeena. Tapi sekarang ini, itu tidak terlalu penting. Saat ini, yang paling penting adalah memberitahu keluarga Xeena tentang keberadaan Xeena. Dia harus segera melakukan itu agar bisa mengikat Xeena di sisinya.
Ancaman Aldo untuk Deny tidak menikahi Xeena bukanlah hal yang besar. Deny tidak perlu memusingkan hal tersebut, karena yang utama dalam hal ini adalah Sangaji. Jika dia bisa meyakinkan Sangaji, maka Xeena akan bisa dia raih dalam pelukannya.
"Lho Nak Deny To. Pagi sekali kesini, ada apa? Oh iyo, hampir lupa, masuk dulu yuk."
Meksipun sedikit merasa heran dengan kedatangan Deny pagi-pagi begini, tapi Wita tetap menyambut Deny dengan senyumannya yang lebar. Bagaimanapun Deny memiliki tempat tersendiri. Menurut Wita, Deny adalah kesempatan yang tidak bisa dilewatkan.
"Duduk dulu, ada apa ini ya? Kayaknya kok seperti terburu-buru,"tanya Wita dengan ekspresinya yang begitu tenang.
"Xeena, saya menemukan Xeena, Bu."
Eh?
Wita tampak bingung untuk bereaksi. Apakah dia harus merasa senang atau tidak. Sebenarnya kepergian Xeena dari rumah cukup membuatnya senang. Dia merasa hari-harinya menjadi lebih damai. Tapi ditemukannya Xeena juga menjadi sebuah keuntungan buatnya karena akhirnya dia bisa mendapatkan Deny menjadi menantunya.
"Kamu bilang udah nemuin Xeena?"
"Ah i-iya Pak. Betul. Dia di rumah temannya ternyata. Tapi sekarang Xeena di rumah sakit. Dia mengalami demam, dan saat ini di rawat di sana."
Rupanya Sangaji belum berangkat ke toko. Dia masih ada di rumah dan apa yang dikatakan oleh Deny, tentu saja di dengar olehnya.
Sangaji menatap Deny dengan tajam, seolah menganggap bahwa Deny adalah orang yang terlibat dalam kaburnya Xeena.
"Mas, Deny ndak ada sangkut pautnya dengan perginya Xeena. Dia malah bantu kita buat nemuin Xeena,"jelas Wita. Dia jelas tidak ingin Deny dipandang salah oleh Sangaji.
Lagi pula, Sangaji sendiri untuk apa menatap Deny dengan tajam. Sebagai ayah saja dia tidak peduli dengan Xeena.
"Lalu dimana Xeena, di bangsal apa dia dirawat?"
Jeeeeng
Deny bingung mendapat pertanyaan dari Sangaji tentang dimana Xeena dirawat. Bagaimana dia tidak bingung, dirinya saja tidak mengikuti Xeena ke rumah sakit. Deny memilih untuk buru-buru pergi ke rumah orang tua dari Xeena untuk membuat laporan tentang Xeena berada.
"Anu Pak, maaf saya tidak tahu. Soalnya tadi habis nganterin Xeena saya lansung ke sini,"ucapnya beralasan.
Sungguh licik sekali pria ini. Dia mencari celah demi keuntungannya sendiri.
"Kalau begitu, ayo kita ke rumah sakit. Anak itu beneran bikin repot,"ucap Sangaji.
Sangaji adalah orang tua yang sungguh buruk. Dia sama sekali tidak mengkhawatirkan tentang anaknya. Bahkan mendengar Xeena sakit pun, dia tidak merasa khawatir sama sekali.
Yang ada di kepalanya adalah segera menyeret Xeena pulang ke rumah agar anak itu tidak membuat ulah.
"Ck, ngrepotin,"keluh Sangaji lagi.
Dia mengambil kunci mobilnya dan segera pergi. Nampak sekali pada wajahnya rasa kesal yang ditunjukkan kepada sang anak perempuan.
Bahkan Wita pun tak berani bicara apapun. Dia hanya diam sambil mengikuti kemana Sangaji pergi.
Pun dengan Deny, dia juga hanya bisa mengikuti Sangaji dengan mobilnya dari belakang.
Sesampainya di rumah sakit Awal Brown, sangaji menuju ke bagian informasi. Dia menanyakan keberadaaan Xeena.
Tentu saja mudah bagi mereka untuk mengetahui dimana Xeena di rawat. Apalagi Sangaji menunjukkan identitasnya sebagai ayah dari Xeena.
"Pasien atas nama Xeena Restitalya ada di bangsal Black, nomor 123."
"Terimakasih."
Sangaji dengan langkah yang sedikit cepat menuju ke tempat dimana Xeena berada. Dia tidak menyangka bahwa ruang rawat yang digunakan cukup bagus. Bahkan bisa dibilang itu adalah ruang VIP. Padahal katanya Xeena hanya mengalami demam.
"Emng dia ndue duit (punya uang) buat nginep di ruangan kayak gini? Jaminan kesehatan juga ndak mungkin,"gumam Sangaji lirih.
Cekleek
Degh!
Melky terkejut ketika melihat Sangaji. Dia langsung bangkit dari duduknya. Meskipun tidak suka dengan Sangaji mengingat pria itu tak pantas disebut sebagai ayah bagi Xeena, tapi Melky tetap lah bersikap sopan.
"Pagi, Pak,"sapa Melky. Dia memicingkan matanya ketika melihat Deny ada di belakang Sangaji dan Wita.
"Pasti si brengsek itu yang ngasih tahu mereka,"batin Melky.
"Xeena nya masih tidur karena pengaruh obat, Pak. Mungkin nanti bangunnya karena baru saja dikasih obat." Melky menjelaskan dengan sangat baik. Tapi tanggapan Sangaji sungguh membuat Melky kesal.
"Hmmm, kalau dia udah bangun bilang untuk lansung pulang ke rumah,"ucap Sangaji dingin.
Setelah itu, Sangaji pergi begitu saja. Tidak mendekat, tidak juga memeriksa kondisi sang anak. Dia sungguh bersikap acuh tak acuh.
Tes
Air mata Melky jatuh. Hatinya sangat sakit. Padahal bukan dia yang diperlakukan seperti itu, tapi rasanya hatinya benar-benar sakit melihat perlakuan Sangaji kepada Xeena.
Drap drap drap
"Mohon maaf Pak Sangaji, jika apa yang saya katakan akan sangat keterlaluan. Tapi ... Anda sungguh sangat keterlaluan, Pak. Xeena, Xeena adalah anak Bapak tapi Bapak selalu tak acuh kepada dia. Pak, Xeena tidak pernah minta dilahirkan. Xeena tidak pernah minta menjadi anak Bapak. Setidaknya jika tidak bisa memperlakukan Xeena sebagai anak, perlakukan lah dia sebagai seorang manusia. Anda, seharusnya bertanggungjawab atas darah daging Anda sendiri."
Blaak!
Hiks hiks hiks
Air mata Melky luruh tanpa permisi. Dia menutup mulutnya sendiri agar suara tangisnya tidak terdengar oleh Xeena yang sedang tidur.
Sedangkan diluar, Sangaji terpaku. Dia begitu terkejut dengan ucapan Melky.
"Dasar kurang ajar. Sopo deknen (siapa dia) kon beraninya ikut campur urusan keluarga orang lain."
Bukan Sangaji yang bicara melainkan Wita. Wita terlihat sangat tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh Melky baru saja.
Sedangkan Sangaji, dia hanya membisu. Tidak sedikitpun bereaksi. Pun dengan Deny. Pria itu hanya terkejut mendengar Melky yang begitu berani bicara demikian kepada Sangaji.
TBC
santai wae