Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 30
Sangaji terdiam cukup lama di dalam mobilnya. Saat ini dia masih berada di parkiran rumah sakit.
Kata-kata Melky tadi cukup mengena di hatinya. Lalu, apakah pria tua itu sadar tentang ketidakpeduliannya terhadap Xeena? Jawabannya adalah tidak.
"Opo sek diomongke (apa yang dikatakan) Xeena ke temennya itu, sampai temennya berani ngomong kayak gitu. Anak itu, kenapa dia bisa-bisanya ngomong soal kekurangan keluarganya!"
Dugh!
Agaknya Sangaji ini tahu dirinya sudah salah, namun dia tidak mau disalahkan. Tetap saja yang jadi kambing hitam adalah Xeena. Dia menyalahkan Xeena karena telah bicara hal yang tidak pantas dibicarakan kepada orang lain tentang keluarganya.
Melky sampai bicara seperti tadi, itu berarti Melky sangat tahu tentang kehidupan keluarga Sangaji. Dan Xeena lah yang pasti bercerita.
Klak
Blak!
"Mas, kamu mau kemana lagi?"tanya Wita ketika melihat suaminya keluar dari mobil dan jalan dengan terburu-buru.
Sangaji sama sekali tidak menjawab. Dia terus berjalan masuk ke gedung rumah sakit.
Wita pun hanya bisa mengikuti Sangaji tanpa tahu apa yang akan dilakukan suaminya itu.
Sedangkan Deny yang memang belum pergi dari rumah sakit, sambil menjaga jarak aman dia mengikuti Sangaji dan Wita.
Jika tebakannya benar, Sangaji akan kembali datang ke bangsal tempat Xeena di rawat.
Blaak!
"Xeena, ayo kita pulang. Diluar kamu nyebarin cerita yang aneh-aneh soal keluargamu dewe (sendiri). Kalau tak biarin, kamu bakalan tambah ra karuan (tidak karuan) cerita tentang keluargamu. Ayo bali saiki (mari pulang sekarang juga)!"
Jeeeng
Xeena yang baru saja membuka matanya sangat terkejut melihat ayahnya ada di depannya. Dia sudah mendengar semua ceritanya dari Melky tentang kedatangan ayahnya. Tapi Xeena dan tentunya Melky tidak menyangka bahwa Sangaji akan datang lagi ke mari.
"Ndak, aku ndak akan pulang! Rumah, itu bukanlah rumah bagiku. Itu hanya sekedar tempat untuk tidur. Buat apa pulang, dimana saja aku bisa tidur kok." jawab Xeena tegas. Dia suah membulatkan tekad untuk melupakan keluarga yang sama sekali tidak pantas disebut keluarga itu.
Lihatlah, ayahnya sendiri pun hanya selalu ketakutan akan reputasinya. Sangaji sama sekali tidak peduli dengan anaknya, bahkan saat ini Xeena tengah terduduk lemas di atas brankar dan tepat di depan matanya pun tidak ada rasa khawatir atau apa.
"Cih, kowe wani ro bapakmu (kamu berani dengan bapakmu)! Mau jadi anak durhaka kamu ya!"pekik Sangaji marah. Dia sangat kesal sekarang ini.
"Durhaka? Inget Pak, yang bisa disebut durhaka bukan hanya anak, tapi orang tua pun juga bisa disebut durhaka. Jadi, coba Bapak pikir. Sopo sek sebenere durhaka. Aku opo Bapak!"
Grrrttt
Sangaji mengeratkan gigi-giginya karena marah. Dia juga mengepalkan kedua telapak tangannya. Apa yang dikatakan Xeena cukup membuat pria itu marah.
Tap tap tap
Sreeet
Aaaah
Xeena memekik saat Sangai mencabut paksa jarum infus yang masih ada di pergelangan tangannya. Melky pun berteriak histeris karena darah Xeena sedikit memuncrat.
"Pak, apa Bapak sudah tidak waras melakukan itu pada anak Bapak sendiri!"pekik Melky. Dia tahu dirinya tidak berhak campur tangan terhadap urusan keluarga Xeena. Tapi apa yang dilakukan Sangaji sungguh keterlaluan.
"Diam kamu! Jangan pernah ikut campur!" sahut Sangaji dengan mata yang melotot tajam ke arah Melky.
Tubuh Melky bergetar hebat. Rasa takut itu menjalar dalam tubuhnya. Takut dengan tatapan tajam dari Sangaji, sekaligus takut dengan kondisi Xeena yang jelas-jelas belum sembuh.
Sreeet
"Aku ndak mau pulang! Lepas!"
"Jangan melawan, ikut pulang atau temen mu Bapak laporin ke polisi dengan tuduhan nyulik kamu. Atau kamu mau temenmu itu ndak nyaman hidupnya? Inget Xeen, Bapak isoh (bisa) ngelakuin itu."
Degh!
Meskipun dia tidak tahu itu benar atau tidak, tapi Xeena sedikit takut. Dia takut teman terbaiknya berada dalam situasi yang buruk.
Selama ini Melky sudah sangat membantunya. Dia tidak ingin kebaikan yang dilakukan Mely dibalasnya dengan kesulitan.
"Xeen!"
"Ndak apa Mel, aku akan pulang. Nanti aku kabarin kamu lagi ya. Makasih."
Xeena terpaksa menurut. Dia mengikuti Sangaji untuk pulang. Padahal seharusnya Xeena masih mendapat perawatan. Meski panas tubuhnya sudah menurun ketimbang tadi, akan tetapi suhu tubuh Xeena belum masuk kategori normal.
"Hei kamu!"
"Oh ya Pak."
Deny terkejut saat Sangaji memanggilnya. Dia padahal berada sedikit jauh dari Sangaji berada. Tapi teryata Sangaji menyadari keberadaannya.
"Apa benar kamu mau nikahin Xeena?" ucap Sangaji datar.
"Pak! Aku setuju buat ikut pulang. Tapi aku ndak pernah mau menikah dengan dia! Aku ra sudi rabi karo deknen (Aku tidak sudi menikah dengan dia)!" sahut Xeena cepat.
Menikah dengan Deny, itu adalah sebuah bencana baginya. Dia sungguh tidak mau meski harus mati sekalipun.
"Diam! Bapak yang bakalan mutusin bukan kamu. Kamu mau berkeliaran di luar dengan menjelekkan nama keluarga, Bapak ndak akan ngebiarin itu. Jadi mending kamu nikah. Setelah itu, terserah kamu mau apa di luaran nanti. Deny, siapkan aja lamaran. Bawa keluarga mu ke rumah. Setelah itu, laksanakan pernikahan dengan cepat."
Deny tersenyum lebar. Dia sungguh tidak menyangka bahwa akan semudah ini menikahi Xeena.
Tentu saja dia senang bukan main. Ia pun tak sabar untuk pulang dan mengabari orang tuanya.
"Baik Pak, saya akan langsung ke rumah malam ini."
Doeeng
Mata Xeena membulat sempurna. Dia tentu tidak ingin hidupnya hancur.
"Ndak mau, lepasin aku Pak! Aku ndak mau nikah sama dia!" pekik Xeena. Dia berusaha memberontak untuk melepaskan diri dari cengkeraman tangan Sangaji.
Namun tenaga Xeena tentu tidaklah besar dibanding Sangaji. Apalgi sat dirinya dalam kondisi tubuh yang sangat tidak baik.
"Wita, bantu aku masukkin Xeena ke mobil,"ucap Sangaji.
Wita mengangguk cepat. Tentu saja dia sangat senang akan hal ini. Menikahkan Xeena dengan Deny adalah cita-citanya. Dia memiliki menantu kaya lalu Xeena tak akan lagi merecoki rumah dan semua harta benda milik Sangaji. Aldo akan menjadi satu-satunya yang akan mewarisi semua itu nantinya.
"Masuk, manut sama Bapak mu, Xeen,"ucap Wita. Bicaranya yang nampak lembut tapi Xeena tahu itu mengandung sebuah duri yang tajam.
"Jangan sok peduli! Kamu emang seneng kan karena tujuanmu berhasil. Dasar sampah!"
Plak!
Sebuah tamparan meluncur di pipi Xeena. Bukan Wita yang melakukannya, melainkan Sangaji. Dia Xeena, dia hanya tertawa keras dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya itu terhadapnya.
"Hahaha, kayak gini Bapak bilang aku yang durhaka? Salah, bapak lah yang durhaka ke anaknya. Lha wong sampah lho kok dibela. Tapi karena kalian sama kali ya, jadi klop alias cocok."
Xeena tak lagi menahan dirinya. Dia dengan lantang berani bicara demikian di depan Sangaji dan cukup membuat Sangaji murka.
"Dasar anak kurang ajar!"
TBC