Zee dan Zia adalah saudara kembar tak identik yang bersekolah di tempat berbeda. Zia, sang adik, bersekolah di asrama milik keluarganya, namun identitasnya sebagai pemilik asrama dirahasiakan. Sementara Zee, si kakak, bersekolah di sekolah internasional yang juga dikelola keluarganya.
Suatu hari, Zee menerima kabar bahwa Zia meninggal dunia setelah jatuh dari rooftop. Kabar itu menghancurkan dunianya. Namun, kematian Zia menyimpan misteri yang perlahan terungkap...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Loker Bernama Raden
Di sebuah ruangan yang tak lain adalah ruang ekskul Bahasa, Zee mengamati sekeliling dengan waspada. Setelah merasa aman, ia membuka pintu menggunakan kunci yang sebelumnya ia ambil diam-diam dari kamar Susi.
Klik.
Pintu terbuka sempurna. Zee segera melangkah masuk dan menutupnya kembali dengan pelan.
Ruangan itu gelap, hanya cahaya temaram dari langit malam yang sedikit menerangi. Tapi kegelapan sama sekali tak mengganggunya. Zee melangkah perlahan menuju salah satu rak tempat binder milik Zia biasa disimpan.
Begitu sampai, ia langsung mengambil binder tersebut dan mulai memotreti isinya dengan cepat. Ia tak berniat membacanya sekarang—bukan saatnya.
Namun, di tengah membuka lembaran, sebuah foto jatuh ke lantai. Zee memungutnya dan menatapnya lekat-lekat.
Dalam foto itu tampak dua gadis yang sedang berpelukan. Anehnya, wajah mereka tidak terlihat—seolah telah rusak atau dimakan ulat waktu. Zee menyimpannya, berniat memeriksanya lebih detail nanti di kamar.
Tak hanya binder, Zee juga mencari benda lain yang mungkin bisa menjadi petunjuk. Ia menyusuri sudut ruangan hingga berhenti di depan sebuah loker kecil yang terlihat nyaris tak pernah disentuh. Di bagian depannya tertulis nama: Raden Pratama G.
"Ini milik Raden…" gumam Zee.
Saat hendak menyentuhnya, matanya menangkap sesuatu yang membuatnya mengurungkan niat. Itu bukan loker biasa. Zee tahu persis—loker itu dilengkapi sistem pengaman yang akan berbunyi otomatis bila dibuka orang lain. Pemiliknya akan langsung mengetahui.
Bagaimana Zee bisa tahu? Karena dia pun memiliki loker dengan sistem serupa.
"Untung gue nggak nyentuh. Bisa gawat," bisiknya.
"Tapi... untuk apa Raden nyimpan sesuatu di tempat tersembunyi kayak gini?" pikirnya bingung.
Zee tahu, itu bukan waktu untuk mencari jawaban. Jam sudah menunjukkan pukul 01.00. Ia harus segera kembali.
Ia menutup pintu ruangan dengan hati-hati, lalu menyusuri lorong yang masih sunyi menuju asrama, membawa segudang pertanyaan dalam kepalanya.
Namun, sebelum kembali ke kamarnya, Zee harus mengembalikan kunci ruangan ekskul ke kamar Susi yang berada di lantai dua.
Di depan pintu kamar Susi, ia kembali menarik sesuatu dari balik hoodie-nya.
Klik.
Pintu terbuka, dan Zee segera masuk tanpa suara. Seperti sebelumnya, Susi masih tertidur pulas, hanya posisi tidurnya yang berubah.
Zee segera mendekat, hendak mengembalikan kunci ke tempat semula. Namun, tiba-tiba—
"Haus..."
Susi bergumam pelan dan mulai membuka matanya.
Zee spontan bersembunyi di bawah kolong ranjang.
Dari bawah, ia melihat Susi mengambil botol air mineral dan meneguknya perlahan. Beberapa detik kemudian, gadis itu kembali rebah dan tertidur.
Saat dengkuran lembut mulai terdengar, Zee menghela napas lega. Ia keluar dari persembunyian dan meninggalkan kamar sepelan mungkin.
Dalam perjalanan naik ke lantai tiga, Zee mendadak mendengar suara langkah kaki dari arah tangga. Ia buru-buru bersembunyi di bawah tangga.
"Sepertinya malam ini aman."
"Ya udah, balik yuk. Nanti kita keliling lagi."
Suara dua petugas itu perlahan menjauh. Zee menunggu beberapa detik sebelum keluar dari persembunyian.
"Akhirnya..."
Ia kembali melangkah, menyusup tenang ke kamarnya—dengan napas lega dan misi yang berhasil.
••••
Zee menutup pintu kamarnya pelan. Napasnya teratur kembali, tubuhnya terasa lebih ringan setelah lolos dari misi malam itu.
Tanpa ganti baju, ia langsung duduk di depan meja dan membuka tab miliknya. Jari-jarinya mulai mengetik cepat, menuangkan semua yang ia lihat dan rasakan—binder Zia, foto, dan suasana ruangan ekskul yang gelap tapi penuh jejak.
Tapi pikirannya terus kembali pada satu hal: loker milik Raden.
Kenapa harus disembunyikan di pojok? Dan kenapa sampai dipasang sistem keamanan begitu? Itu bukan loker biasa. Dia jelas menyimpan sesuatu yang penting. Apa hubungannya dia sama Zia?
Zee memandangi layar sejenak, lalu menutup tab-nya.
"Raden, lo makin mencurigakan."