Sebuah masa lalu terkadang tidak ingin berhenti mengejar, membuat kehidupan seseorang berhenti sejenak dan tenggelam dalam sebuah luka.
Lituhayu terjebak dalam masa lalu itu. Masa lalu yang dibawa oleh Dewangga Aryasatya, hingga membuat gadis itu tenggelam dalam sebuah luka yang cukup dalam.
Waktu terus bergulir, tapi masa lalu itu tidak pernah hilang, bayangnya terus saja mengiringi setiap langkah hidupnya.
Tapi, hanya waktu juga bisa menyadarkan seseorang jika semua sudah berakhir dan harus ada bagian baru yang harus di tulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dewa
Setelah perdebatan panjang yang ditengahi oleh Ambar. Alana pun akhirnya ikut ke penthouse untuk beristirahat.
Kalandra membuka pintu penthouse yang hanya sesekali dia kunjungi. Alana, menatap kagum ruangan yang di penuhi dengan barang-barang mewah itu.
" Kamu istirahat di kamar saja. Aku akan kekantor sebentar." ucap Kalandra saat membuka pintu kamar utamanya.
"Aku di sini saja!" ucap Alana dengan mendudukkan bobotnya di sebuah sofa yang ada di ruangan yang terdapat televisinya.
"Jika kamu ketiduran disitu, aku pasti tidak tahan untuk memperkosamu!" sambut Kalandra dengan santai dan wajah datar.
"Heran juga ya, Mama Ambar itu sangat sopan dan lembut, Om Zayn juga, beliau juga sangat berwibawa. Tapi punya anak kenapa kelakuan seperi Jin ifrid gitu?" balas Alana malah membuat Kalandra terbahak. Gadis di depannya jika marah itu benar-benar lucu.
" Jin ifrid - jin ifrid gini juga calon suamimu!" Kalandra menimpali dengan senyum di wajahnya. Bagi Alana senyum pria itu memang Aneh.
" Ayo masuk, nggak! Sebentar lagi aku akan ke kantor." lanjut Kalandra kemudian masuk ke dalam kamar terlebih dahulu.
Alana hanya menatap pria itu. Mata ngantuknya memang tidak bisa dibohongi lagi jika dua malam ini tidurnya tidak teratur.
Alana memasuki kamar yang sangat mewah sekali, beberapa foto yang terpasang di kamar menunjukkan betapa pintarnya pria itu. Beberapa foto Kalandra dengan mengalungi medali menunjukkan pria itu selalu menjadi pemenang dalam beberapa kompetisi.
Ruangan yang mewah itu membuat Alana berhati-hati menempatkan diri. Kasurnya benar-benar empuk dan besar. Belum lagi karpet mahal di bawahnya.
AC yang dingin membuat rasa kantuk Alana sudah tidak tertahan. Gadis itu merebahkan tubuh di sandaran ranjang dengan masih duduk, bahkan kakinya masih menggantung.
Kalandra sudah keluar dengan tampilan rapi dan siap ke kantor. Tapi, saat melihat Alana memejamkan mata dengan masih terduduk, membuat pria itu mendekatinya.
Pria itu menggeleng, saat mendengar dengkuran halus nafas gadis itu. Padahal, posisinya masih duduk dengan tubuhnya miring di sandaran kepala ranjang.
Berlahan dan dengan hati-hati, dia mengangkat tubuh Alana dan memposisikan tidurnya dengan baik.
Tapi saat akan menarik selimut dan akan menyelimuti tubuh Alana. Dia sempat memperhatikan pinggang ramping dengan perut rata dan dada bulat berisi meski tubuhnya kurus.
" Seksi juga!" gumam Kalandra dengan tersenyum sendiri. Otaknya semakin ngeres dan adiknya pun menegang saat menyadari jika gadis menyebalkan itu ternyata seksi.
Gegas dia menutup tubuh Alana dengan selimut, Kalandra juga mengatur temperatur Ac agar Alana nyaman.
Dengan menyambar jasnya, Kalandra pun segera keluar dari kamar dan pergi ke kantor. Hari ini meeting penting dengan klien jadi dia tidak boleh terlambat.
###
Kabar pernikahan Kalandra sudah terdengar di telinga Nisa. Gadis itu benar-benar kecewa. Selama ini dia berharap hubungannya dengan Kalandra bisa berakhir dalam ikatan cinta dan pernikahan.
" Benarkah, Pak Kai akan menikah?" tanya Nisa saat mereka berada di lift.
" Rencananya begitu." jawab Kalandra dengan datar dan singkat.
" Itu artinya hubungan kita sudah berakhir." lanjut Nisa membuat Nisa menoleh ke arah gadis berambut panjang di sebelahnya.
" Maksud saya, bapak sudah tidak butuh saya saat merasa jenuh." lanjut Nisa dengan hati-hati. Dia selalu tahu diri, jika dia tidaklah pantas mengharapkan bosnya itu.
Tapi bukankah selama ini, pria itu ketagihan untuk bercinta dengannya, bahkan saat perjalan bisnis keluar negeri mereka bisa melakukannya sampai lima kali dalam semalam.
" Kita lihat saja nanti." jawab Kalandra.
Lift terbuka membuat obrolan mereka terhenti. Keduanya disambut anggota rapat yang kebetulan bertemu di luar ruangan.
###
Alana menggeliat dengan nikmat. Kini matanya mengerjap mengejar kesadaran penuh saat dia merasa tidur di tempat yang tidak biasa.
Tempat tidurnya benar-benar membuatnya sangat terlelap. Hingga tanpa sadar, sinar tidak lagi terik.
Alana melihat jam yang menggantung di dinding kamar. Pukul empat sore, pantas saja perutnya lapar sekali. Sehari ini, dia baru sekali makan.
Alana menyingkap selimutnya, berlahan dia turun dari turun dari tempat tidur dan mendekati tas yang dia bawa dari rumah sakit.
" Sebaiknya aku mandi dan kemudian pergi keluar mencari makan." gumam Alana, kemudian masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa beberapa barang yang diperlukan.
Setelah beberapa menit Alana membersihkan diri, dia pun merapikan tampilannya. Rambut yang biasa di Cepol di atas pun kini di kuncir kuda.
Sejenak dia menatap dirinya di cermin. Tampilannya saat ini seperti beberapa tahun yang lalu. Tidak ada lagi sweeter yang membalut tubuhnya, tapi dress lengan pendek dengan panjang beberapa meter di atas mata kaki.
Suara cacing di perut Alana membuat gadis itu segera keluar untuk mencari makanan. Tubuh yang terasa segar setelah mandi dan bangun tidur membuat Alana melangkah dengan penuh semangat.
Apalagi saat lift nampak akan tertutup setelah seseorang masuk. Tangan Alana menahan pintu lift hingga kembali terbuka, tapi betapa terkejutnya dia saat melihat sosok yang berdiri di dalam bersama seorang wanita.
" Mbak, jadi masuk nggak?" tanya gadis itu saat Alana mematung di depan lift.
Alana terkesiap setelah sekian detik hidupnya seperti mimpi saat melihat sosok itu, sorot mata dan wajah yang selama ini dia rindukan kini berada di depan matanya.
Alana masuk ke dalam lift dan kembali menatap Dewa tanpa sepatah kata pun.
" Apa kabar, Al?" tanya Dewa berusaha menetralkan rasa terkejutnya. Dia juga merasa kaget saat tiba-tiba bertemu Alana setelah beberapa tahun tidak bertemu.
" Ba-baik, Pak Dewa." jawab Alana. Rasa gugup itu tiba-tiba menyerangnya. Tapi dia juga harus menjaga sikap karena dia tidak tahu bagaimana seharusnya bersikap.
" Apa dia salah satu mahasiswimu , Mas?" tanya gadis dengan wajah bulat oval itu. Terlihat gadis itu sebaya dengan Dewa.
" Iya, namanya Alana." jawab Dewa dengan singkat. Tapi Tatapan mata pria itu tidak bisa di bohongi, ada cinta dan rasa rindu yang menggumpal di dalamnya.
Begitu pun Alana. Jantungnya berdetak tak terkendali, perasaan itu masih sama dan mungkin kini mengembang jauh lebih besar dari sebelumnya.
Lift terbuka mereka pun keluar bersama. Alana pun memilih melangkah untuk mendahului.
" Al..." Suara itu seketika menghentikan langkahnya.
" Bisakah, kita bicara sebentar?" tanya Dewa masih diantara tatapan kedua wanita di dekatnya.
" Tapi aku masih ada urusan penting, Pak." jawab Alana masih dengan perasaan gamang, meskipun rasa cintanya pada pria di depannya itu masih utuh seperti dulu.
Tapi gadis di sebelah Dewa-lah yang membuat Alana merasa ragu. Mungkin saja keduanya ada hubungan spesial.
"Baikah, besok aku harap kita bisa bertemu di cafe yang ada di dekat kampus."
" Jam Dua." lanjut Dewa. Dia sangat berharap Alana datang. Dewa menganggap hubungannya selama ini menggantung beberapa tahun, Alana tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak saat masalah mereka belum selesai.
lnjt kak..