Cassia adalah seorang gadis periang & cantik, ia disayang oleh semua orang sampai-sampai tak ada rasa sedih & sepi yang pernah hinggap dihatinya..
Sampai suatu ketika matanya tidak dapat melihat, dosa apa yang Ia lakukan sampai mendapatkan cobaan terberat dihidupnya..
Akankah Ia dapat melihat lagi & dapatkah Ia menerima cobaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chiaro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Setelah rasanya puas bermain di pantai, kami akhirnya pulang menuju rumah...
Ahhh... Rasanya aku tak mau kembali, apa yang harus kulakukan dirumah, tak ada, pasti rasanya bosan sekali, seperti hari-hari kemaren, pikirku dalam hati.
Di dalam mobil tak ada yang bicara dan akupun memulai pembicaraan karena bosan.
"Pak Idin sudah sarapan?" Tanyaku karena aku tidak melihat Pak Idin dari tadi pagi.
"Sudah Nona, Nona apakah ada yang ingin Anda beli di daerah pesisir ini? Makanan atau barang? Jika Anda mau katakan saja saya akan membawa Anda kesana" Ucap Pak Idin padaku sambil melirik ke arah Nora.
"Hmm.. Apa yah Pak, kalau barang aku tidak bisa melihatnya, apakah aku suka atau tidak aku tidak tahu!" Ucapku sedih, karena aku tidak bisa membeli oleh-oleh dalam perjalananku kali ini.
"Oh ya Nona, saya tadi berbicara dengan orang sekitar, kata mereka disini ada toko mutiara laut, apakah Anda mau kesana?"
"Pak saya kan tidak bisa memilih mutiara, saya kan tidak bisa melihat mutiaranya" Ucapku sedih jadi percuma aku membelinya kalau aku tidak bisa melihatnya.
"Nona maafkan saya tapi mutiara laut yang Anda mau beli akan dijelaskan oleh pegawai tokonya dan Anda bisa merasakannya dengan tangan Anda" Ucap Pak Idin tetap antusias membawaku ke sana.
"Pak Idin kalau Nona Cassia tidak mau kenapa seakan Bapak memaksanya!" Ucap Nora dengan mengomel.
"Maafkan saya Nyonya, tapi saya hanya berharap Nona mau mencobanya" Ucap Pak Idin lagi yang secara tidak langsung tetap teguh dengan pendiriannya.
"Pak Idin... " Ucap Nora yang tiba-tiba pembicaraannya kupotong.
"Nora cukup, baiklah Pak Idin aku mau mencobanya, kita kesana yah Pak, oh iya Pak sekalian aku mau makan sop ikan dan sate ikan" Ucapku lalu aku bersandar ke sandaran kursi sambil menunggu mobil berhenti di tempat yang kami tuju.
"Baiklah Nona" lalu Pak Idin tidak bicara apa-apa lagi sampai kami tiba di tempat penjualan mutiara laut.
"Silahkan-silahkan, mari dilihat dulu Bapak dan Ibu" Ucap pegawai toko mutiara itu.
Aku segera bertanya tentang mutiara yang aku ingin beli.
"Saya ingin membeli kalung choker mutiara, apakah ada?" tanyaku pada pegawai toko tersebut.
"Ada Nona silahkan, Anda mau warna apa?" tanya pegawai toko tersebut kepadaku.
"Pak apakah ada warna yang unik?"
"Ada Nona, mutiara Akoya, dulu mutiara ini dianggap mutiara buangan, karena warnanya dan produsen mutiara Akoya tidak ingin mutiara ini beredar dipasaran karena dapat merusak citra mutiara putih bulat sempurna, maka mutiara ini dihancurkan dan digiling untuk "obat", tetapi saat ini konsumen lebih tertarik dengan warna alami mutiara dengan meninggalkan pemikiran mutiara itu harus putih bulat sempurna. Di toko kami ada satu kalung mutiara Akoya dengan warna silver biru, memiliki corak dan tetapi tidak bulat sempurna, silahkan" Pegawai toko mengeluarkan satu kalung mutiara yang dia tawarkan dan memberikannya pada Nora.
"Nona kalung mutiara ini saya pikir tidak sepadan dengan Anda" ucap Nora sambil menyerahkan kalung mutiara itu padaku.
Tanpa menjawab aku merasakan tekstur dan bentuk butir mutiara tersebut, memang permukaannya tidak terlalu halus dan tidak bulat sempurna, sayang sekali aku tidak dapat melihat warnanya, tapi aku merasa kasihan pada mutiara tersebut dari cerita pegawai toko, karena terlihat tidak sempurna maka mereka disingkirkan.
"Nora aku menginginkannya" Ucapku pada Nora
"Nona tapi mutiara ini tidak bagus, masih banyak mutiara yang lebih bagus dan sempurna" Ucap Nora padaku sambil menerima kembali kalung mutiara yang aku berikan padanya.
"Jika ada anting dan gelang, aku ingin satu set Nora" Ucapku kembali tanpa mengindahkan protesnya Nora.
"Baiklah Nona jika Anda ingin sekali membelinya, Pak tolong satu set mutiara seperti ini" Ucap Nora padaku dan pada pegawai toko mutiara itu.
"Baiklah Nyonya" Jawab pegawai toko tersebut kemudian Ia memberikan satu kotak perhiasan dengan satu set perhiasan mutiara yang telah kupilih di dalamnya.
Segera Nora membayar satu set perhiasan mutiara tersebut.
"Nona sebentar saya ingin membeli perhiasan mutiara juga" Ucap Nora padaku.
"Baiklah Nora aku ingin tunggu di mobil saja, kau santai saja memilihnya dan tidak perlu terburu-buru, aku akan menunggumu" Ucapku lalu Nora menuntunku kembali ke mobil setelah itu Ia segera meninggalkan mobil dan kembali ke dalam toko mutiara tersebut.
"Nona bagaimana apakah Anda sudah membeli perhiasan mutiara?" Pak Idin tiba-tiba bertanya padaku saat aku telah di dalam mobil.
"Iya Pak, kata Nora mutiaranya tidak bagus tapi entah kenapa aku sangat ingin memilikinya" Jawabku pada Pak Idin.
"Nona bagi saya tidak masalah sejelek atau semurah apapun suatu barang tapi saat kita memang benar-benar ingin memilikinya itu yang utama" Ucap Pak Idin sambil tertawa kecil.
"Ah.. Benar Pak, itu maksudku juga" Jawabku sambil aku tertawa juga.
"Nona apakah Anda sudah mempertimbangkan tawaran saya?"
"Tawaran yang mana Pak?"
"Tentang ke dokter lain Nona!"
"Oh aku sudah mempertimbangkannya Pak dan aku mau Pak, tapi bisakah kita rahasiakan ini dari Nora, aku tidak mau nanti dia marah atau kecewa karena aku tidak mempercayai dokter pilihannya!"
"Tentu Nona, pasti saya rahasiakan, jadi jika Anda sudah siap saya antar untuk periksa ke dokter mata lain, Anda dapat mengabari saya"
"Terima kasih Pak"
"Selalu untuk Anda Nona" Ucap Pak Idin. Saya akan menjaga Anda Nona, karena Anda, Nyonya dan Tuan sudah begitu sangat baik pada saya, ucap Pak Idin dalam hati.
Setelah itu kami berdiam diri dan tidak ada yang memulai pembicaraan, aku dan Pak Idin tenggelam dalam pemikiran kami masing-masing, aku memilih menyandarkan kepalaku dan memejamkan mataku sambil menunggu Nora selesai berbelanja.
Ceklek.. Nora masuk ke dalam mobil tanda Ia telah selesai belanja.
"Nona maaf saya kelamaan karena melihat variasi perhiasan yang begitu banyak saya jadi lupa diri" Ucap Nora sambil memegang tanganku.
"Tidak apa-apa Nora, aku juga dapat mengistirahatkan mataku!" Ucapku pada Nora dan kembali menyandarkan kepalaku dan memejamkan mataku.
"Pak Idin kita sekarang ke restoran sop ikan yah Pak, kita makan dulu" Ucap Nora pada Pak Idin sambil membuka kotak perhiasan yang Ia telah beli, Nora tersenyum dan mulai menulis pesan kepada seseorang.
"Baiklah Nyonya" jawab Pak Idin yang kemudian mulai mengemudikan mobil ke arah restoran yang dituju.
Sesampainya di restoran tersebut Nora membantuku turun dari mobil dan menuntunku masuk ke dalam restoran tersebut, aroma restoran tersebut wangi kayu cendana, mungkin pemilik restoran itu memakai aromatherapy, lantainya terbuat dari batu yang tidak rata, kurasa pasti restoran tersebut bernuansa skandinavia, ah.. Pasti nuansanya hangat, pikirku.
Akhirnya Nora membawaku ke suatu meja dan membantuku duduk.
"Terima kasih Nora" ucapku pada Nora.
"Ya Nona" Ucap Nora sambil terus membantuku memakai serbet.
Aku meminta Pak Idin ikut makan bersama kami dalam satu meja, awalnya Pak Idin tidak mau tapi karena aku memaksa akhirnya Pak Idin setuju, setelah itu kami makan bersama, tidak ada yang mengawali pembicaraan, jadi kami hanya diam dan makan saja, sesekali Nora membantuku makan dan membersihkan makanan yang kujatuhkan, setelah kami selesai makan kami mulai dengan perjalanan kami untuk kembali ke rumah.
Sesampainya mobil kami di depan rumah, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk kaca mobil dengan kencang, aku sampai terkejut dan mendengar ada seseorang memanggil namaku, tapi Nora meminta Pak Idin untuk tidak berhenti dan terus melaju ke dalam pekarangan rumah dan pintu pagar rumah menutup secara otomatis.