Ethan, seorang kurir yang diperlakukan seperti sampah oleh semua orang, dikhianati oleh pacarnya, dipecat oleh bosnya. Tepat pada saat dia hampir mati, seorang lelaki tua memberitahunya identitas aslinya. Sekarang, dia bukan lagi sampah yang tidak berguna, dia disebut Dominus, raja dunia!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZHRCY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Tolong," manajer itu melanjutkan dengan suara serius. "Kau harus mengambil kartu ini atau aku akan kehilangan pekerjaanku," pintanya pelan.
Ethan menghela napas dan mendekatinya. "Baiklah, berikan padaku," katanya sambil tersenyum.
Manajer itu mengulurkan kartu dan saat Ethan menerimanya, dia pun ikut tersenyum. "Terima kasih banyak, Tuan, terima kasih. Aku benar-benar menghargainya!" ucapnya dengan gembira.
Ethan mengangguk beberapa kali. "Seseorang dari Harold akan datang mencariku, antar orang itu masuk saat dia tiba."
Manajer itu mengangguk. "Aku akan melakukannya. Ada hal lain yang Anda butuhkan?"
"Ada," Ethan mengangguk dan duduk. "Aku sangat lapar. Jadi, carikan aku sesuatu yang enak untuk dimakan. Juga, bisakah kau membantuku mengambil sesuatu dari mobil?"
Manajer itu tertawa. "Tuan Ethan, Anda bisa menyuruhku ke mana saja dan aku akan pergi dengan senang hati. Jika bukan karena Anda, aku pasti sudah dipecat."
Ethan melihat bahwa dia memang sangat berterima kasih dan tidak menyesal telah memaafkannya.
Manajer itu segera keluar setelah Ethan menyuruhnya mengambil setelan jas dari mobil. Ethan berniat mandi dan bersiap untuk acara lelang nanti malam.
Pintu segera terbuka dan beberapa pelayan masuk, membawa berbagai macam makanan.
Ponsel Ethan mulai berdering saat para pelayan sudah keluar. Itu Harold.
"Halo, Harold."
"Apakah semuanya baik-baik saja di sana?" tanyanya. "Apakah para pekerjaku melayanimu dengan baik?"
Ethan tersenyum. "Ya, Harold. Aku sudah mengurusnya."
"Bagus. Oh ya, aku mendapat telepon dari salah satu anak buah Buzz pagi ini. Buzz tidak memiliki kontakku, jadi aku penasaran bagaimana anak buahnya bisa mendapatkan nomorku," ucapnya heran. "Bagaimanapun, dia memintaku membayar tagihan rumah sakitnya dan aku sudah membayarnya. Dia mengatakan seseorang menyuruhnya datang kepadaku dan aku terus berpikir, mungkinkah itu kau."
Ethan mengangguk beberapa kali, sambil mengingat pertemuannya. Anak buahnya memang membutuhkannya.
"Kau benar. Aku yang menyuruhnya setelah memukulinya. Tapi, dia tidak tahu aku adalah Dominus. Aku hanya menyuruhnya datang kepadamu."
Harold tertawa. "Kau harus ceritakan semuanya saat kita bertemu. Kita akan bicara nanti," katanya dan telepon pun terputus.
Ethan mulai menyantap makanannya.
Sebuah ketukan pelan terdengar di pintu dan Ethan mendongak, menyadari bahwa itu adalah manajer. Namun, dia tampak gelisah dan terganggu.
Dia mendekati Ethan sambil membawa setelan jas. "Ini dia," katanya terbata-bata.
Ethan memandangnya sejenak. "Ada yang salah?"
Manajer itu menggelengkan kepala. "Semuanya baik-baik saja, aku membawa jas Anda," katanya sambil meletakkan jas itu di kursi dan bergegas keluar sebelum Ethan bisa berkata apa-apa lagi. Dia terlihat ketakutan dan Ethan penasaran mengapa.
Setelah makan, dia memanggil manajer untuk membereskan piring. Lalu, dia pergi mandi. Tak lama kemudian dia berpakaian. Saat dia selesai, waktu sudah menunjukkan pukul enam sore dan hampir waktunya untuk lelang.
Sebuah ketukan lembut terdengar di pintu. "Tuan Ethan, ini Ken dan Flick."
"Ya, masuklah," ujar Ethan. Pintu terbuka dan Flick masuk sementara Ken tetap di luar.
"Tuan Ethan, saya di sini untuk mengantarkan Anda ke acara lelang."
Ethan mengangguk dan berdiri. "Aku memang sudah menunggumu. Ayo pergi," katanya sambil berjalan keluar.
Mereka masuk ke dalam mobil dan segera tiba di lokasi lelang. Flick masuk bersama Ethan.
Ethan merapikan jasnya dan duduk di samping Flick. Ada lebih dari dua puluh orang di aula besar itu dan acara lelang tampaknya sudah dimulai.
"50 juta! Untuk penawar pertama?" Pengumuman lelang terdengar.
Pandangan Ethan menyapu ruangan dengan cepat seolah-olah dia bisa melihat Cyrene atau Rodrigo. "Di mana Cyrene?" bisiknya pada Flick.
Flick melihat sekeliling ruangan dengan cepat. "Dia ada di baris ketiga, dan satu kolom dari kita," jelasnya.
Ethan mengikuti arah pandanganya dan menatap punggung seorang wanita yang berpakaian mewah. Dia tidak bisa melihat wajahnya tapi dia tahu bahwa wanita itu cantik. Dia tampak sempurna dan duduk dengan satu kaki dilipat di atas kaki lainnya.
"Berikutnya adalah karpet. Dan harganya 33 juta dolar," jelas sang pelelang.
"Saya akan membelinya," kata seorang pria dari belakang Ethan.
"Apakah ada penawar lain di ruangan ini?" seru sang pelelang dan saat tak ada yang berbicara, dia mengetuk mejanya. "Terjual kepada penawar pertama."
"Yang berikutnya adalah perhiasan," katanya dan sebuah gambar perhiasan ditampilkan di belakangnya. "Batu berlian biru cerah 14,62 karat. Siapakah yang akan mendapatkan permata langka ini?" sang pelelang tersenyum penuh harap. "Penawaran dibuka dari lima puluh juta dolar."
Cyrene menaikkan tawaran dengan cepat. "Lima puluh lima juta dolar."
"Lima puluh lima juta dolar untuk Nona Cyrene?" tanya sang pelelang, tetapi ruangan menjadi sunyi. Cyrene adalah wanita yang menakutkan dan tidak ada yang ingin membuatnya marah. Hanya Rodrigo yang pernah melakukannya. Dan yah, mereka berdua memang sering berseteru.
"Baiklah, perhiasan ini akan—"
"Lima puluh enam juta dolar," ucap Ethan dengan cepat, memotong ucapan sang pelelang.
Cyrene menoleh ke belakang ke arah Ethan, memperlihatkan wajah cantiknya. Ethan tersenyum tapi tatapan tajam yang dilemparkan Cyrene cukup menunjukkan bahwa dia sudah membuatnya kesal. Memang, Ethan ada di sana karena wanita itu.
Simon pernah memberitahu Ethan apa saja yang tidak disukai Cyrene.
Sebenarnya, dia memang berniat menggunakan hal-hal yang tidak disukai wanita itu untuk mendekatinya.
"Lima puluh enam juta dolar untuk Tuan Ethan," seru sang pelelang dengan gembira.
"Enam puluh juta dolar," Cyrene berkata dengan cepat.
Ethan tersenyum tipis. “Enam puluh juta seratus dolar.”
"Apa-apaan ini!" seru seseorang dari belakang.
“Enam puluh juta seratus dolar untuk Tuan Ethan,” ulang sang pelelang.
"Apa kau sengaja membuat Cyrene kesal? Dia jelas sudah marah sekarang.” ujar Flick.
Ethan mengangguk. "Aku tahu apa yang kulakukan."
Cyrene menatap tajam ke arah Ethan, bibirnya melengkung masam. “Tuan Ethan, bagaimana kalau Anda menyerah saja pada yang benar-benar serius di sini?”
Ethan mengangkat bahu, senyumnya tetap menantang. “Tentu, akan kulakukan. Maaf,” ujarnya pelan.
Cyrene menghela napas lega lalu menatap sang pelelang. “Tujuh puluh juta dolar.”
“Tujuh puluh juta dolar untuk Nona Cyrene—”
“Tujuh puluh juta satu dolar,” potong Ethan cepat sebelum sang pelelang selesai.
"Tuan Ethan, penawaran dimulai dari seratus dolar," Flick mengoreksi dengan cepat tapi Ethan bahkan tidak mendengarkannya.
"Delapan puluh juta dolar!" Cyrene menawar, kini jelas-jelas sudah sangat marah. Dia menatap Ethan. "Kau harus mundur sekarang, bocah bodoh!"
Ethan tersenyum. "Nona Cyrene, delapan puluh juta dolar itu jumlah yang besar," dia mengedip. "Untuk seseorang seperti Anda." Dia menatap sang pelelang. "Dua ratus juta dolar."
Seseorang langsung mengetuk meja dengan cepat. "Terjual kepada Tuan Ethan."
Cyrene menatap Ethan dengan tatapan penuh kebencian.
kalah kalah film indosiar