Penampilan Yanuar yang bersahaja membuat Amanda senang menatap Yanuar. Tanpa sengaja Amanda sering bertemu dengan Yanuar.
Sinta ibu kandung Amanda tidak tahu kalau putri bungsunya sedang jatuh cinta pada seorang duda. Ia mengatur kencan buta Amanda dengan Radit. Sebagai anak yang baik, Amanda menyetujui kencan buta dengan Radit. Namun, alangkah terkejutnya Amanda ternyata kencan buta itu bertempat di restoran hotel tempat Yanuar bekerja.
Akhirnya Sinta mengetahui Amanda sedang dekat dengan seorang duda. Ia tidak setuju putrinya menjalin kasih dengan Yanuar. Sinta berusaha menjauhkan Amanda dari Yanuar dengan cara memperkenalkan orang yang satu tipe dengan Yanuar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30.
Mega masuk ke dalam rumah mencari mamanya. “Ma.” Mega memanggil mamanya dengan suara sedikit kencang.
Ridwan ayah Mega yang sedang menonton televisi menoleh ke putrinya. Ia merasa terganggu oleh suara Mega. “Jangan berteriak! Sebentar lagi adzan magrib,” ujar Ridwan.
Mega menoleh ke Ridwan. “Pah, Mama mana?” tanya Mega.
“Ada di kamar,” jawab Ridwan.
Mega pun bergeges menuju kamar orang tuanya. Sesampai di depan kamar, sayup-sayup ia mendengar suara Susi yang sedang membaca Al Qur’an. Mega membuka pintu kamar, hawa dingin yang berasal dari pendingin udara menyapu wajah Mega. Mega masuk ke dalam kamar lalu menghampiri Susi. Ia duduk di sebelah Susi tanpa mengganggu Susi yang sedang membaca Al Qur’an.
Susi merasa kalau putrinya ada perlu dengannya. Ia pun mengakhiri baca Al Qur’an. Susi menoleh ke Mega. “Ada apa, Meg?” tanya Susi sambil menutup Al Qur’an.
“Ma, di rumah Bang Yanuar ada acara apa? Kok banyak mobil parkir di depan rumah Bang Yanuar?” tanya Mega dengan penasaran.
Susi mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Mega. “Mama nggak tau ada acara apa. Ibu Savitri tidak bilang apa-apa,” jawab Susi. Ia membuka mukena kemudian melipatny mukena. Susi menaruh mukena di atas tempat tidur lalu ia mengambil kerudung instan yang berada di atas tempat tidur. Ia memakai kerudung instan kemudian keluar dari kamar. Mega mengikuti mamanya keluar kamar.
Susi menghampiri Ridwan yang sedang menonton televisi. Ia duduk di sebelah Ridwan, sedangkan Mega berdiri di sebelah Susi. “Pah.” Susi memanggil Ridwan. Ridwan menoleh ke Susi. “Di rumah Pak Yanuar sedang ada apa?” tanya Susi.
Ridwan mengerut kening mendengar pertanyaan istrinya. Ia tidak mengerti dengan pertanyaan istrinya. “Kata Mega di depan rumah Pak Yanuar banyak mobil,” lanjut Susi.
Barulah Ridwan mengerti pertanyaan istrinya. “Papa nggak tau. Sewaktu sholat ashar di mesjid, Pak Yanuar tidak mengatakan apa-apa ke Papa,” jawab Ridwan.
Susi merasa tidak puas dengan jawaban suaminya. Ia pun bergegas ke luar rumah untuk mencari tahu. Mega mengikuti Susi ke luar rumah. Sesampai di depan rumah Susi melihat ke arah rumah Yanuar. Ternyata benar apa yang dikatakan Mega, banyak mobil parkir di depan rumah Yanuar. Bahkan ia melihat banyak orang yang sedang duduk-duduk di halaman rumah Yanuar.
Susi dan Mega penasaran dengan suasana rumah Yanuar. Tiba-tiba Susi melihat Ratih lewat di depan rumah mereka. Ratih adalah tetangga dekat Yanuar. Rumah Ratih bersebelahan dengan rumah Yanuar.
“Bu Ratih!” Susi memanggil Ratih.
Ratih menoleh ke rumah Susi. “Eh, Bu Susi. Lagi apa?” tanya Ratih dengan ramah.
“Tunggu, Bu Ratih ada yang ingin saya tanyakan ke Bu Ratih.” Susi berjalan menuju ke pintu pagar lalu ia menghampiri Ratih. Mega tidak ikut keluar. Ia menunggu di teras rumah.
“Ada apa Bu Susi?” tanya Ratih.
“Bu, di rumah Pak Yanuar ada acara apa?” tanya Susi.
Ratih berpikir sejenak mencoba mencerna pertanyaan Susi. “Oh, itu. Pak Yanuar mau pergi melamar,” jawab Ratih.
Susi terkejut mendengar jawaban Ratih. Jantungnya berdebar-debar tidak karuan. “Melamar siapa, Bu?” tanya Susi.
“Ya, melamar calon istri Pak Yanuar,” jawab Ratih.
Seketika tubuh Susi lemas setelah mendengar jawaban Ratih. Mega akan sedih jika mendengar hal ini. Ia tahu kalau Mega jatuh cinta pada Yanuar dan berharap bisa menjadi istri Yanuar.
Namun ia harus pastikan dulu apa yang dikatakan oleh Ratih adalah benar atau tidak. “Ibu tahu darimana?” tanya Susi dengan penasaran.
“Dari Pak Yanuar,” jawab Ratih.
“Tadi pagi Pak Yanuar datang ke rumah. Ia minta ijin kepada suami saya, ikut parkir mobil di depan rumah. Karena banyak saudara yang akan datang ke rumah Pak Yanuar,” lanjut Ratih.
“Ibu tahu siapa calon istri Pak Yanuar?” tanya Susi yang masih penasaran.
“Kata Pak Yanuar, adik bos dia,” jawab Ratih.
“Memang kenapa, Bu?” Ratih balik bertanya.
“Nggak apa-apa, Bu. Saya ingin tahu saja, karena Pak Yanuar jarang mengadakan acara di rumahnya,” jawab Susi.
Tiba-tiba terdengar suara adzan magrib berkumandang. “Saya pulang, ya, Bu. Sudah magrib,” pamit Ratih.
“Iya, Bu. Terima kasih, Bu,” jawab Susi. Ratih pun berjalan menuju ke rumahnya. Susi masih berdiri di pinggir jalan. Pandangan matanya masih tertuju pada rumah Yanuar.
“Mama!” Mega memanggil Susi. Ia sudah tidak sabar mendengar jawabannya. Ketika Susi dan Ratih sedang berbicara, suara mereka tidak terdengar sampai ke teras rumah. Mereka berbicara dengan pelan.
Susi menoleh ke Mega. Wajah Susi terlihat lesu. Susi melangkah menuju ke rumah dengan langkah gontai. Mega menunggu Susi masuk ke halaman rumah.
“Bagaimana, Ma?” tanya Mega dengan tidak sabar.
Sebelum berbicara Susi menarik napas panjang. Putrinya pasti akan kecewa jika mendengar jawabannya. “Mega, Pak Yanuar akan … .”
Susi menyampaikan apa yang dikatakan Ratih. Mega mendengarkan semuanya. Seketika wajah Mega basah dengan air mata. Gadis itu berlari masuk ke rumah sambil menangis.
Ridwan melihat putrinya yang lari sambil menangis. Ia menghampiri istrinya yang sedang menutup pintu ruang tamu. “Mega kenapa, Ma?” tanya Riwan dengan bingung.
“Itu, Pah.” Susi pun menceritakan semuanya kepada Ridwan.
Ridwan menghela napas setelah mendengar cerita Susi. “Ya sudah. Berarti memang Pak Yanuar teu bogoheun (bahasa sunda cinta) ka Mega. Geus pilarian deui nu sanes (cari lagi yang lain). Nu bogoh ka Mega (yang cinta ke Mega),” ujar Ridwan.
“Mega hoyong na ka Pak Yanuar (Mega maunya sama Pak Yanuar),” kata Susi. Ia kesal, mengapa suaminya tidak mau mengerti dengan perasaan Mega?
“Ulah maksakeun (jangan memaksa). Moal leres (nggak akan bener)!” ujar Ridwan.
“Papa ke mesjid dulu. Udah telat ke mesjid. Assalamualaikum.” Ridwan pun pergi menuju ke mesjid.
“Wa’alaikumsalam.” Susi menutup pintu rumah lalu mengunci pintu.
.
.
.
Setelah selesai sholat magrib, Yanuar beserta Yulia, orang tuanya dan keluarganya bersiap untuk berangkat menuju ke rumah Amanda. Mega memperhatikan mereka dari jendela kamar. Kamar Mega berada di lantai dua, sehingga ia bisa melihat rumah Yanuar dengan jelas.
Mega memperhatikan lelaki pujaan hatinya dari jauh. Hingga akhirnya mobil Yanuar melaju meninggalkan halaman rumah. Mega memandangi mobil Yanuar dengan sedih. Air matanya kembali jatuh berderai.
Pukul tujuh Yanuar dan keluarganya sampai di rumah Amanda. Kedatangan mereka disambut hangat oleh keluarga Amanda. Acara lamaran diisi dengan acara ramah tamah keluarga Yanuar dan Amanda. Keluarga Amanda dan keluarga Yanuar memperkenalkan keluarga mereka masing-masing.
Setelah perkenalan keluarga, Harry mengutarakan tujuan kedatangan mereka ke rumah Amanda. “Kedatangan kami ke sini adalah untuk melamar putri Bapak yang bernama Amanda untuk putra kami kami yang bernama Yanuar.”
“Sebagai orang tua Amanda, kami menyerahkan kepada putri kami Amanda untuk memberikan jawaban dari Yanuar,” jawab Bobby.
.
.
.
***Sepertinya Mega harus dicariin jodoh biar tidak mengingat Yanuar. ***
Hari ini Deche cuma update 1 bab.
lha wong sampeyan aja "samen leven" laki² yg bukan mahrom gitu lho /Sweat/