NovelToon NovelToon
Mendadak Papa

Mendadak Papa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Single Mom / Menikah Karena Anak
Popularitas:107.5k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

Hail Abizar, laki-laki mapan berusia 31 tahun. Belum menikah dan belum punya pacar. Tapi tiba-tiba saja ada anak yang memanggilnya Papa?

"Papa... papa...!" rengek gadis itu sambil mendongak dengan senyum lebar.

Binar penuh rindu dan bahagia menyeruak dari sorot mata kecilnya. Pria itu menatap ke bawah, terpaku.

Siapa gadis ini? pikirnya panik.

Kenapa dia memanggilku, Papa? Aku bahkan belum menikah... kenapa ada anak kecil manggil aku papa?! apa jangan- jangan dia anak dari wanita itu ....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ruby

Cahaya matahari dari jendela besar membias lewat tirai tipis, menyorot sosok wanita berambut pirang panjang yang duduk anggun di sofa berwarna abu tua. Kaki kirinya menyilang santai di atas paha kanan, satu tangan memegang gelas ketas warna merah berisi cairan keemasan, sementara tangan lainnya menyisir rambutnya dengan gerakan malas.

"Halo .. adik kecil."

Tubuh Evelyn yang tadinya bersandar pada daun pintu seketika tegak.

“Pulang juga kamu,” sapa wanita itu, senyumnya tipis namun menusuk.

Evelyn berdiri kaku. Matanya menajam, menatap wanita itu dengan dingin. Meski tubuhnya masih gemetar dan lemah. Keringat dingin mengalir dari pelipis, tapi ia memaksakan langkahnya maju.

“Untuk apa kamu ke sini?” tanyanya, suaranya serak, menahan luapan amarah dan kecewa yang mulai begejolak keluar.

“Oh ... waow. Adik kecil sudah berani berteriak rupanya?”

Ruby hanya tertawa kecil. Tapi nadanya tajam seperti belati yang diselipkan dibalik senyum.

Perlahan ia bangkit. Gaunnya panjang selutut dengan belahan sampai paha, bergoyang lembut mengikuti geraknya. Dengan gelas masih di tangan, ia mulai melangkah pelan, mengitari Evelyn seperti predator yang sedang mengamati mangsa yang dulu pernah lepas. Telunjuk lentiknya mengetuk ringan, helas yang masih ia genggam.

“Lucu ya.” Ruby menyesap minumannya.

“Kamu sendiri yang kirim alamat ini ke email lamaku... Tapi sekarang saat aku datang, kamu seolah tidak menginginkan kedatanganku. Eve?”

Ruby berhenti tepat di samping Evelyn, membisikkan satu kalimat:

“Kamu masih sama seperti dulu, payah.”

Evelyn menggertakkan gigi. Tubuhnya menegang. Tangannya mengepal sangat kuat.

“Aku memang kirim alamat itu, karena aku masih menyimpan harapan kamu mau menemui kami. Tapi sekarang aku menyesal melakukan itu," suara Evelyn tegas dan dingin.

“Oh?” Ruby menyeringai.

“Apa yang kamu harapkan adikku? Aku sudah datang, di sini. Di rumah kumuhmu." Ruby mengedarkan mata ke sekitar dengan pandangan jijik, dia tidak suka rumah kecil yang bau seperti ini. Tapi, Ruby harus.

Wanita berbaju seksi itu sedikit mencondongkan tubuhnya, lalu berbisik. "Apa kamu takut?"

Evelyn berbalik, menatapnya dengan sorot tak gentar. Meski tubuhnya lemah, tatapannya menyalakan bara.

“Aku nggak takut sama kamu.”

Ruby tertawa pelan. Kali ini nadanya berbeda, ia seperti menertawakan lelucon konyol.

“Sayangnya, Evelyn,” bisiknya sambil meletakkan gelas di meja.

“Aku bukan datang untuk membuat kamu takut. Aku datang... untuk mengambil milikku."

Evelyn berdiri membatu. Suara langkah kaki Ruby yang berputar pelan di ruang tamu seperti gema masa lalu yang menghantui. Ia menatap kakaknya yang kini berdiri sambil merapikan rambutnya sendiri lewat pantulan kaca lemari usang, seolah tak terjadi apa pun. Sosok yang ia harapkan bisa berubah, sedikit mempunyai kasih.

Tapi ternyata tidak. Ruby masih sama, sama seperti Ruby yang dulu. Matanya penuh ambisi dan rasa ingin menguasai, mungkin bagi mereka yang baru mengenal. Ruby adalah sosok wanita cantik, sangat cantik, wanita yang anggun dan penuh karisma. Tapi dibalik itu, ada ambisi besar yang selalu tidak bisa dihentikan.

Evelyn mengeratkan jemarinya, berusaha tetap tenang, menghadapi kakaknya.

"Katakan untuk apa kamu datang, kalau hanya untuk melihatku. Kau sudah melihatnya, sekarang pergilah! pergi seperti sebelumnya!"

Ruby mendengus kecil. Ia menoleh, lalu menaikkan satu alisnya. Mengambil satu langkah lebar, tangannya terulur mencengkram dagu Evelyn.

"Beraninya kamu menyuruhku pergi. Oke, kalau begitu aku nggak akan basa-basi lagi. Dimana anak itu?!"

"Kamu nggak akan pernah ketemu Cala."

Ruby mencengkram dagu Evelyn semakin kuat, lalu menghempaskannya dengan kasar.

"Cala?"

Seketika ia tertawa sinis, menyentakkan tawa itu seperti cambukan ke tubuh lemah Evelyn yang terhuyung hampir rubuh.

"Ah... nama anak itu Cala ya? Lucu juga. Jadi, di mana dia?"

Evelyn tidak menjawab. Wajahnya menegang, tubuhnya refleks mundur selangkah.

Ruby mendekat.

“Jangan pura-pura tuli, Evelyn. Aku bertanya.” Suara Ruby kini lebih rendah, mengancam.

“Mana anak itu?!"

Sekali lagi, Evelyn tak menggubris. Hanya menunduk, menahan air mata yang menggantung di sudut mata.

Detik berikutnya, Ruby menyambar kerah bajunya—menyeretnya mendekat dan mencengkeram lehernya dengan kuat.

“APA KAMU BERANI MELAWANKU KARENA PRIA YANG MENGANTAR KAMU TADI?!”

Ruby menggertakkan giginya, napasnya bau alkohol dan amarah.

“Dulu kamu nggak pernah berani lihat mataku, Eve. Kamu hanya bisa minta maaf, diem, ngalah. Tapi sekarang? Apa ini? Mau jadi pemberontak kamu! Jangan Harap!"

Evelyn mengerang pelan, berusaha melepaskan diri tapi tubuhnya masih terlalu lemah. Tangannya mencengkeram pergelangan Ruby—tapi tidak cukup kuat. Matanya mulai memerah karena cekikan yang makin erat. Udara terasa semakin menipis di paru-parunya.

“Aku… nggak… takut…” bisiknya dengan sisa tenaga.

Ruby mendorong Evelyn hingga terhempas ke lantai. Napas Evelyn tersendat,meraup oksigen sebanyak yang ia bisa. Ia memegangi lehernya yang memerah,sambil menahan tangis. Tapi tetap tidak menyebutkan nama Cala. Tidak menunjukkan di mana putrinya berada.

Sejak dulu dia memang tidak bisa melawan Ruby. Karena Mama-nya selalu akan membela sang kakak. Tidak ada celah Evelyn untuk terihat benar, selain dengan mengalah dan diam. Tapi sekarang, dia tidak ingin lagi jadi Evelyn yang dulu. Meski dia belum sepenuhnya bisa melawan. Karena ada rasa bersalah yang membelenggu wanita itu tiap kali dia ingin mendorong Ruby. Saat Ruby berbuat kasar padanya.

Ruby mengambil nafas dalam, lalu mendudukkan dirinya di sofa. Dengan santainya, ia mengangkat kaki dan mulai bermain ponsel. DIa bertingkah seolah tidak ada yang yang terjadi antara dia dan Evelyn. Meski ketegangan masih terasa tebal di ruangan itu, tapi bagi Ruby itu tidak berarti. Dia melakukan hal yang wajar, hal yang biasa terjadi antara saudara.

“Santai aja, adik kecilku. Aku hanya mau... mengambil kembali apa yang harusnya jadi milikku.”

Ia tersenyum tipis, manik matanya dingin, tanpa rasa.

“Cuma anak kecil. Harusnya kamu tahu diri dan serahin. Bukankan akan lebih baik jika anak itu ikut denganku? Bisa meringankan sedikit bebanmu, mungkin?" Ruby mengangkah bahu, meneguk kembali minumannya.

Evelyn berdiri lagi dengan susah payah, tubuhnya gemetar.

"Kau... bukan ibunya," bisiknya lemah tapi pasti.

"Kau hanya wanita yang melahirkannya... lalu pergi."

Ruby tidak menjawab. Ia hanya menatap layar ponsel sambil memainkan rambutnya.

Evelyn berbalik. Ia masuk ke kamar. Menutup pintu perlahan... lalu menguncinya.

Ia merosot ke lantai. Tubuhnya mulai gemetar hebat. Air matanya pecah dalam diam. Ketakutan menyesakkan dada. Bukan karena dia takut Ruby akan menyakitinya. Tapi karena...

Cala.

Dia tidak akan membiarkan wanita itu menyentuh anaknya.

1
Aulia Zahra
akhirnya semua terbongkar siapa pelaku sebenarnya
Na_
om, hatiku potek kau tinggal kawin, eh nikah😭🤣
Anita♥️♥️
wkwkwk emang Abi yang paling absurd,,,jadi terima aja makan tisu ya Bi/Facepalm//Facepalm/
Novi Manggala Qirani
Pada kenapa sih anak² nya pak Indra ??
Emang penghasilan nya dari bekerja di perusahaan keluarga itu kurang ??
Kebangetan deh
Novi Manggala Qirani
Baru mau komen keluarga yang lain pada kemana, udah keduluan om hail 🤣🤣
Cakra niat nya bantuin pak Indra, tapi gimana dengan pemikiran anak² nya yang lain ?
Novi Manggala Qirani
Yaa sesuai hati nurani lah Cakra, gak usah di buat². Ntar malah dikira ngarepin warisan lagi sama anak² nya yang lain 😪
Novi Manggala Qirani
Ku rasa Hail udah tau deh, Kalo cala bukan anak kandung nya
Novi Manggala Qirani
Semoga ga ada resiko apapun nanti nya ke fungsi paru² nya Evelyn, Kasihan banget.. mana belum nikah beneran lagi, apalagi anak
jimin park
syukur alhamdulillah, semuanya terbongkar...sekalipun raga tuan regan tidak bisa kembali...setidaknya nama nya bisa bersih dari orang" serakah seperti mereka..g nyangka serapi itu ternyata mereka menyembunyikan fakta...uda tau kan aka kenapa eyangmu minta kamu yg duduki perusahaan
Rysa
cie rumah berbentuk raga..eve ya....
yuk bisa bersihkan nama ayahnya eve..
riri
si Ruby gila banget sampai anak sendiri di jadi in uang...
Rysa
ya kan bbapakny eve gak salah...justru si ishak yg serakah...ayolah cakra tterim tawaran eyang...bbia orang" serakah itu mati kutu gak dapaetin perusahaan
Rysa
ada apa dengan papa indra..kenapa sakit dadakan
Rysa
iya deh buruan nikah biar kamu bisa melindungi eve secara total
riri
eve bukannya minta tolong malah pergi diam"
Al-rayan Sandi Syahreza
satu demi satu terbuka
Al-rayan Sandi Syahreza
memang benar kan salah satu dari orang terdekat papa nya sendiri,dan itu jadi pukulan telak yg menghantam papa Indra
Al-rayan Sandi Syahreza
ko sakitnya tiba2 gitu kira2 ada sabotase nggak di balik semua ini
Zahra Nisa
hail jangan nyalah diri seniri kamu ga tau apa apa
Al-rayan Sandi Syahreza
sweet nya mereka bikin ngiri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!