kisah menceritakan kriminal dan persaingan cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqbal nasution, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode XXX : Suasana Romantis
Kedua pasangan itu berdansa dengan sangat baik. Mata mereka saling bertatapan, seperti bicara dan kagum akan pesona masing masing.
"Kenapa kamu masih sendiri, Inspektur Johan?.
"Tanya Stefani di saat mereka masih berdansa dengan sangat baik dan begitu romantis.
"Aku tidak sendirian, Stefani?, aku bersama ibuku, dan kedua adikku datang kesini.
"Jawab Johan.
"Bukan itu maksudku, inspektur Johan.
"Dimana pasanganmu?, Kenapa kamu masih sendiri?.
"Tanya Stefani.
"Aku tidak sendiri, Fanni?, aku bersamamu kan?, dan kita sedang berdansa sekarang.
"Kata Johan kembali.
Stefani menatap wajah tampan di depannya, dalam hatinya berfikir kenapa pertanyaannya tidak di jawab serius oleh si detektif idaman.
"Aku ingat kata kata Ayu, tentang anda.
"Kata Stefani.
"Apa yang dikatakannya, Fanni?.
"Tanya Johan.
"Anda bukan tipe pria yang serius, benarkan?.
"Kata Stefani setelah pertanyaannya tidak menemukan jawaban sesuai yang dia inginkan.
"Aku serius, Fanni?, kamu memang cantik sekali malam ini.
"Jawab Johan kembali.
"Bukan itu pertanyaanku, Johan??.
"Kata Stefani sedikit kesal.
"Apa yang ingin kau tanyakan, Fanni?.
"Tanya Johan kembali.
"Dimana pasanganmu, Johan?, kenapa kamu masih sendiri?.
"Tanya Stefani.
"Maksudmu pasanganku??.
"Dia ada dihadapanku sekarang, dan kami sedang berdansa sekarang.
"Kamu sudah lihat kan, Fanni?.
"Johan berbicara dan menatap Stefani dengan senyumnya.
"Aku sangat mengenalnya, Johan?, tapi menurutku dia tidak cantik.
"Kata Stefani kembali.
"Kamu berbeda, Fanni?, semua orang mengakui dia adalah bidadari.
"Seharusnya kamu bercermin, Fanni?, aku yakin kamu pasti melihat seorang bidadari di depanmu.
"Tapi ingat ya, jangan kamu cemburu saat melihat pesona kecantikannya.
"Kata Johan.
"Kalau menurutmu demikian, kenapa kamu tidak menghampirinya, Johan?.
"Mungkin bidadari yang kau maksud, sedang menunggumu.
"Kata Stefani.
"Tanganku tak mampu menggapainya, Fanni?.
"Dia terlalu tinggi, Fanni.
"Rasanya, sangat tak mungkin, aku bisa menggapainya.
"Kata Johan.
"Kau seorang detektif hebat, Johan, tapi kenapa kamu begitu pesimis?.
"Padahal kamu pasti masih ingatkan??, lima tahun yang lalu, kamu sudah menggapainya?.
"Kenapa, sekarang kau katakan kau tak akan mampu menggapainya lagi?.
"Kata Stefani.
"Situasi sekarang dan saat itu, sangat jauh berbeda, Fanni.
"Saat itu, aku adalah seorang detektif polisi, dan kewajibanku yang membuatku menggapai lengannya, terlebih bidadari itu masih berusia 15 tahun, Fanni.
"Dia sangat cantik, pintar, dan pemberani.
"Aku ingat semuanya, Fanni?, tak mungkin aku bisa melepaskannya.
"Kata kata hiasan yang terucap dari Johan membuat wajah Stefani merona bahagia.
"Kenapa kau lakukan itu, Johan?, kau mempertaruhkan nyawamu hanya untuk menyelamatkan seorang gadis yang kau katakan seperti bidadari.
"Jawab Stefani lagi.
"Aku tak mungkin membiarkannya terjatuh,
"Kalau seandainya tanganku tak mampu menggapainya saat itu, aku tak mungkin dapat melihatnya lagi.
"Dengan melihatnya saat ini.
"Hatiku sangat bahagia, dan perjuanganku dan dia tidak sia sia.
"Kau pasti mengerti, Fani.
"Kata Johan kembali.
"Aku sangat mengerti, Johan.
"Tapi perjuanganmu dan sang bidadari itu belum selesai, Johan..
"Tatapan Stefani terlihat syahdu menatap Johan,
"Tidak akan selesai, Fani.
"Kalau yang kau maksud perjuangan.
"Sampai kita masih bernafas.
"Perjuangan itu tak akan pernah selesai, Fanni.
"Jawab Johan.
"Kau benar, detektif.
"Tapi aku berharap perjuanganmu tak akan pernah berhenti dengan bidadari yang kau maksud, Johan.
"Bidadari itu sedang menunggumu, Johan.
"Pasti dia berharap tanganmu akan menggapainya dan tak akan pernah melepaskannya lagi.
"Kata kata Stefani begitu mendalam.
"Hallo yang sedang berdua!, romantis banget??.
"Teguran Ayu menyadarkan Johan dan Stefani dari pembicaraan mereka.
"Ada apa, Ayu?.
"Tanya Stefani.
"Maaf, Fani, Aku diminta ibuku untuk panggil bang Johan.
"Kata Ayu menjelaskan maksudnya.
Johan dan Stefani menghentikan dansanya dan bersama Ayu, mereka bertiga berjalan ke tempat ibunya dan maminya Stefani yang sedang berbicara.
"Johan?.
"Sapa Angelia kepada sang detektif.
"Iya, tante Angel?.
"Jawab Johan.
"Bagaimana?, masih ingatkan dengan Stefani?.
"Tanya Angel.
"Wajah putri tante, gak mungkin saya bisa lupakan, tante Angel?.
"Jawab Johan.
"Stefani juga tak bisa lupa denganmu, Johan.
"Kata Angel lagi tentang putri tunggalnya stefani.
"Ibu Angel, kami mohon ijin kembali bu, terima kasih sudah mengundang kami sekeluarga.
"Kata ibu Kartika mohon ijin untuk pulang kepada nyonya Angel sebab sudah hampir tengah malam.
"Makasih atas kehadirannya, ibu kartika?, kapan kapan ibu Kartika, Johan, dan Rangga, sering sering datang berkunjung kerumah saya.
"Kata Angel
"Kalau ada waktu, saya sangat senang berkunjung ke tempat ibu Angel, tapi saya sibuk membantu ayah anak anak berjualan di toko.
"Kata ibu Kartika.
"Saya maklum, Bu Kartika.
"Tapi bagaimana sang detektif kita?.
"Kamu juga pasti sibukkan??.
"Tante sudah tau alasanmu, Johan?, dan tante tak akan tanya kembali,
"Nanti kalau tante Angel atau Stefani kena culik.
"Kamu pasti datang kan??.
"Canda Angel kepada Johan.
"Tante Angel, tidak boleh ngomong seperti itu.
"Ingat tante, setiap perkataan adalah doa.
"Jawab Johan.
"Ibu!, bang Johan!.
"Panggil Ayu.
"Ada apa, Ayu.
"Tanya ibu Kartika.
"Rangga berkelahi.
"Jawabnya.
Mereka semua segera pergi ketempat Rangga yang berkelahi.
"Rangga!, ada apa nak!.
"Panggil ibu Kartika melihat baju rangga yang basah akibat di siram oleh Yudha.
"Tidak apa apa, ibu.
"Rangga dan Yudha hanya terlibat sedikit kesalah pahaman.
"Jawab Rangga yang tidak ingin memberitahu kepada keluarganya tentang masalah pribadinya dengan sahabatnya Yudha.
"Maafkan anak saya, Johan.
"Kata Akbp Joko Mulyo yang juga berada disitu dan mengetahui bahwa anaknya yang bernama Yudha bertengkar dengan adik dari inspektur Johan.
"Biasa saja, pak Mulyo, namanya anak remaja.
"Jawab Johan kepada seniornya itu.
"Yudha!.
"Panggil ayahnya.
"Iya, papa.
"Jawab Yudha.
"Minta maaf kepada Rangga, kamu sudah mengotori bajunya.
"Perintah Joko Mulyo kepada putranya.
Merasa takut dengan ayahnya, Yudha dengan setengah terpaksa minta maaf kepada Rangga.
Setelah itu. Johan dan keluarganya segera minta ijin kepada keluarga Angel dan pergi meninggalkan acara ulang tahun Stefani.
Stefani menatap kepergian mereka.Tatapannya begitu sendu. sepertinya ada sesuatu yang berlalu begitu cepat meninggalkan dirinya, Harapannya, semoga sesuatu yang berlalu malam ini akan terulang dengan suasana yang lebih dari malam ini.
"Yudha itu kan bestie mu, Rangga?, kenapa kalian bertengkar?.
"Kata Ayu bertanya pada adiknya.
"Gak apa apa, kak Ayu, Yudha hanya marah kalau aku dekat dengan Agnes.
"Si Agnes selalu bertanya pelajaran kepadaku.
"Yudha cemburu, hanya itu aja permasalahannya, gak ada yang lain.
"Jawab Rangga.
"Rangga?, kamu masih 17 tahun, anakku?.
"Gak usah terlalu serius dengan masalah seperti itu.
"Belajar yang giat ya, Rangga.
"Kamu tak ingin seperti abangmu?.
"Kata ibu Kartika memberi semangat kepada putra bungsunya.
"Jangan Rangga!.
"Kamu jangan sampai seperti Bang Johan!.
"Kamu mau jadi Jomblo terus seperti bang Johan.
"Inspektur Jomblo Johan.
"Sebentar lagi bang Johan promosi menjadi Panglatu alias Panglima lajang tua.
"Kata Ayu nyindir dan mencandai kakaknya Johan.
"Ayu?.
"Gak boleh ngomong seperti itu dengan abangmu?.
"Dia sangat baik padamu, apapun yang kamu minta tidak pernah dia tolakkan?.
"Kata ibu Kartika kepada putri tunggalnya.
"Iya deh, ibu??.
"Ayu kan cuma bercanda?.
"Bang Johan aja cuma senyum?, dia gak pernah marah sama Ayu.
"Jawab Ayu.
Johan hanya tersenyum mendengar ocehan dari adik perempuannya yang bernama Ayu. Johan menghentikan mobilnya setelah tiba dirumah. Pak Sukardi ternyata masih menunggu kepulangan keluarganya sambil menonton televisi di ruangan keluarga. Mereka begitu bahagia malam itu.