Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Mana Janjimu, Bang ?
Hampir Subuh Siti menunggu, ia ketiduran di kamar Pangeran Rakha. Fajar menjemput, burung-burung yang waktu itu memandangi Siti yang baru terdampar di alam jin menyempatkan mampir menjenguk menyenandungkan lagu cinta dari paruh-paruh imutnya. Siti bangun lagi dan mendapati suami gaibnya belum juga pulang.
"Kebangetan ni orang, sampe subuh pun belom pulang, main dimana aja dia ? Nongkrong sama siapa dia ? Ditungguin jugak," omel Siti sebelum ambil air wudhu dan sholat Subuh.
Dalam do'anya ia terus berharap bisa segera kembali ke alamnya, "Ya Allah, jangan biarkan semua pengorbanan aye sia-sia, maafin aye udah sampe sejauh ini berbuat, aye hanya kepengen pulang, Ya Allah, Amiin."
Saat duduk di meja makan, pelayan menyajikan jemblem hangat yang juicy, tapi Siti sama sekali tak berselera. "Mbak, Bang Rakha pamit kemana sih pas pergi ?" tanya Siti coba cari tahu.
"Saya juga ndak tahu, Putri. Biasanya Bhre Rakha pergi begitu saja dengan pengawalnya tanpa memberitahu tujuan dan maksud kepergian," jawab pelayan.
Siti cemberut mendengarnya, tapi melampiaskan kekesalan pada makanan yang tak bersalah ini tak baik juga, jadi Siti mulai menyuapi mulutnya pelan-pelan kemudian menunggu lagi. Ia pergi ke halaman sekalian berjemur menunggu kedatangan suami.
Siang pun terik, Siti putuskan menunggu di teras rumah sambil bermain dengan dua anak bulu hitam Sugeng dan Karmilah. Tiba-tiba datanglah rombongan berkuda itu, 'ketoplak ketoplak ketoplak,' Siti bangkit langsung berlari menyambut, "Abaaaang !!" pekiknya.
"Istriku, Sayang," jawab Rakha wajahnya mesam-mesem serasa gak ada dosa dan salah.
"Abang itu kemana aja sih ? Aye nungguin lama banget, dari kemaren aye udah siap balik ke alam manusia tapi Abang nggak pulang-pulang, Abang kan udah janji… bla bla bla bla," Siti terus nyerocos ngomel.
Hingga akhirnya Rakha membuka kantong yang ia bawa dan menyodorkan sebuah hamburger tepat di depan mulut Siti, Siti langsung membuka mulutnya menggigit dengan gigitan besar makanan itu, "hmmm nyam nyam nyam, Abang dapet darimana ?" tanyanya.
Rakha juga menyodorkan daging sapi panggang lezat dan Siti langsung menggigitnya. Diam lah sudah si anak Babe karena mulutnya penuh. "Dikasih jin dari Barat, Abang rapat lama banget dengan dia urusan perdagangan. Abang kan udah pamit pas kamu tidur," katanya.
"Masak ?" tanya Siti membawa makanan-makanan itu masuk ke rumah.
"Iya, kamu lupa, Sayang ?" tanya Rakha.
"Nggak inget," jawab Siti dengan mulut penuh.
"Kak City, Sugeng sama adek pulang dulu ya, kata Bapak Kak City sekarang udah nikah jadi gak boleh lama-lama main," kata anak gendruwo itu.
"Eh iya, ini buat kalian," jawab Rakha memberikan dua buah burger untuk anak-anak itu. Keduanya riang menerimanya dan memakannya sambil berjalan pulang.
Siti sangat kangen makanan yang seperti ini, yang serupa dengan makanan buatan alam manusia, ia sampai lupa kemarahannya tadi muehehehe. Ia makan sangat lahap oleh-oleh Babang Rakha ganteng. Di meja makan keduanya saling bercerita.
"Gimana kabarnya istriku seharian ?" tanya Rakha yang wajahnya lebih berseri-seri daripada sebelumnya.
"Biasa aja, nggak ngapa-ngapain, nungguin Abang pulang. Habis ini bikin aye balik ke alam manusia ya, Bang," jawab Siti penuh harap.
"Bentar lagi maghrib, Abang capeeek banget abis seharian kerja, berkuda berjam-jam di jalan, punggung Abang kayak mau encok, mana cuman istirahat dikit abis malam pertama, hehe," ucapnya beralasan.
"Aye pijitin dulu bentar ya, pake minyak zaitun, trus Abang pulangin aye," jawab Siti bermanis-manis memaklumi keadaan.
"Nah gitu dong, istri Abang yang paling sempurna dan perhatian," katanya sembari mengecup kening Siti.
Rakha pergi mandi dulu. Siti siap di atas tempat tidur dengan minyak zaitun wangi. Setelah Rakha kembali keduanya saling pijit-memijit, dari kepala sampai ujung jempol kaki terjamah semua. Namun yang terjadi Pangeran Bulu ini malah ngorok.
"Ggroook grook."
"Abang ? Abang tidur ?" bisik Siti di telinga kiri suaminya yang berbulu oren itu.
Rakha gak nyahut. Siti hela nafas lelah, mau bangunin tapi nggak enak. Kemarin-kemarin sebelum jadi suami istri ia tega-tega aja kasar kepada Rakha, sekarang setelah malam pertama semua terasa berubah. Ia lagi-lagi memaklumi dan membiarkan Rakha beristirahat dengan tenang di atas kasur.
"Gak papa, besok pagi aja lah," gumam Siti masih sabar.
Besoknya Rakha yang tampak santai di taman setelah sarapan membuat Siti semangat, "Abang, hari ini Abang nganggur kan ? Yuk pulangin aye ya," katanya.
"Sini dulu, Dek, sini !" jawabnya mengulurkan tangan.
Siti mendekat tanpa ragu ke pelukan itu, Rakha memangku tubuhnya yang ringan, "kenapa ?"
"Emang udah siap ?" tanya Rakha menciumi pundak mulus dengan segores bekas cakaran sisa malam pertama kemarin.
"Udah lah, aye udah siap banget," jawab Siti yakin.
"Abang kepengen lagi, Dek, kita kikuk-kikuk dulu yuk siang ini, ya," bisik Rakha dengan lembut.
Siti bangkit dari pangkuan dan cemberut, "gak !"
"Kok gitu, Sayang ?" tanya si Abang agak kecewa ditolak.
Siti geleng-geleng kepala pelan, sesungguhnya ia trauma, yah, rasanya kemarin hampir mati, kok malah mau diulangi lagi, "gak pokoknya enggak, Abang janji kan kita cuman jadi suami istri sehari aja ? Trus Abang bakal balikin aye ke alam manusia, lagian aye takut hamil."
"Gak akan, kali ini gak di dalem, di luar ya," ajak Rakha mencoba meraih tangan nganggur Siti sebelah kanan.
Siti menjauh, "enggak, cukup sekali aja, gak lagi-lagi, aye mau balik sekarang, Abang."
"Yaudah gak mau ya gak papa, nanti tunggu aja sore bakda ashar ya, sabar ya, Sayang," jawabnya.
"Abang janji kan ?" tanya Siti tak yakin.
"Iya Abang janji," jawab Rakha mengangguk.
Siti pun percaya mendengarnya, "yaudah kalau begitu."
Sayangnya janji hanya tinggal janji, sore setelah puas menemani Sugeng dan Karmilah main Siti kembali mencari suaminya di rumah. Tapi tak ada. Ia ke dapur, tak menemukan, ke petirtaan juga gak ada.
"Tuh kan, ngilang lagi ni orang, kemana sih ?" gumam anak Babe resah.
Siti terus menunggu dan menunggu, ia bolak-balik ke kandang kuda, kuda Pangeran Rakha juga masih belum pulang. Sungguh hatinya resah dan kesal, di PHP itu nggak enak banget, ia masih mencoba sabar dari kemarin, nyatanya kesabaran dan kebaikan hatinya dimanfaatkan.
Malam menjelang, Siti mulai masuk ke dalam dan tiduran dengan hati dongkol. Sialnya, tepat lewat tengah malam barulah di Pangeran gemblung itu pulang. Siti terbangun dan bangkit, menyambut di ambang pintu rumah bak istri galak berambut awut-awut belum sisiran.
"Darimana aja seharian ?" tanya anak Babe tanpa senyuman.
"Dari rumah temen, ngobrol aja bentar habis itu makan-makan, ini Abang bawain oleh-oleh kue putri mandi buat kamu, Sayang," jawabnya.
Kali ini Siti tak akan tergoda lagi, "gak ! Pulangin gue sekarang !" jawabnya.
"Istriku yang judes, kok gitu sih ngomongnya ? Abang baru pulang udah marah-marah, Abang capek nih, Abang istirahat dulu ya, besok baru Abang pulangin, sabaar," jawabnya.
"Capek ? Capek apa, Bang ? Tadi katanya Abang cuman ngobrol sama makan sama temen, capek apa ?!" ujar Siti ngambek trus balik badan jalan cepet ke kamar. Malu kan berantem diliatin penjaga gerbang.
Rakha mengikuti masuk ke dalam kamar. "istriku minta nambah makanya marah-marah terus," ucapnya dengan senandung.
"Nambah ?! Enggak. Aye kesel nungguin Abang, mana janjimu, Bang ? Abang kemarin janji hari ini mau balikin aye, sekarang janji lagi besok," ujar Siti setengah memekik.
Rakha mengeluarkan pesonanya goyang-goyang kemudian memeluk tubuh itu, "sabar ya, Sayang, namanya proses," bisiknya.
"Iih Abang mau apa ? Lepas iih, gue nggak mood," ujar Siti memberontak.
Rakha langsung mengangkat tubuh itu dan membanting di atas kasur, ia bergegas ndusel cium sana-sini. Siti menahan tawa sekaligus marah saat lehernya lagi-lagi dikecupi, "aaahhh hahah, gaaaak ! Stop Abaaang ! Berenti !! Haha, gaaaak pulangin aye, aye udah nggak kuat di sini hahha," jeritnya.
Rakha diam saja tak menghiraukan, malah mulai meraba-raba dan menciumi area bawah. Siti pun menendang perut pangeran bulu itu, 'gubrak !' Rakha jatuh dari ranjang.
"Dek !! Apa-apaan sih ? Kasar kamu," ujarnya marah-marah.
"Abang yang kasar, Abang yang maksa, padahal anuku masih sakit, jangan diulangin lagi," ujar Siti.
Rakha kedip-kedip, "jadi sakit ya ? Bukannya enak ?"
"Dih !! Cukup, pulangin aye !" ujar Siti mencak-mencak.
"Kamu kan udah di rumah, Sayangkuh, Istrikuh," jawab Rakha.
Siti melirik tajam, "gue tau sekarang, gue paham, Abang sengaja kan ? Iya kan ? Abang sengaja nunda-nunda ngebalikin gue ke alam manusia supaya bisa jadi bini Abang selamanya di sini," katanya.
"Enggak," jawab Rakha.
"Tuh kan bohong lagi, jahaaaat lu Bang ! Elu jin jahat gak nepatin janji," pekik Siti.
"Sabar Sayang," kata Rakha.
"Jahaaat !" pekik Siti melemparkan guling, 'bugh.'
"AKU BILANG SABAARR AAARRRGHH !" bentak Rakha dengan setengah meraung bak harimau sungguhan. Bahkan saat marah begitu seluruh tubuhnya berubah wujud kembali menjadi manusia harimau.
Siti tersentak, ia terdiam sebentar karena kaget. Kemudian ia tarik selimut di kasur, "oke, kalau gitu malam ini Abang tidur aja sendiri," ucapnya prengat-prengut.
Saat bantal ditariknya, 'krincing krincing krincing' koin-koin emas, berlian, perhiasan macam-macam tersingkap dari bawah bantal, berjatuhan ke bawah ranjang. Siti kembali terkejut, "kok… sejak kapan ada… ," ucapnya sebelum menoleh ke sang suami macannya.
"Abang yang nyuruh pelayan nyiapin sebelum berangkat tadi. Gak mungkin Abang ngebiarin istri tercinta balik ke habitatnya tanpa bekal apa-apa kan ? Biar kamu bisa hidup enak nantinya, makan yang banyak, bisa beli apa yang kepengen dibeli," ujar Rakha menjawab bahkan sebelum Siti bertanya.
Hati Siti meleleh lagi sekarang, ia tersenyum malu, mengembalikan bantal dan selimut kembali ke atas ranjang. Rakha pun mulai rebahan di sana di samping Siti. Siti nggak nyangka aja gitu suaminya seromantis ini. "Coba dari tadi kasih tau," ucap anak Babe mesam-mesem.
"Makanya, kalau Abang nyusuh sabar tuh dengerin," ujar Rakha memeluk tubuh itu masih dengan wujud setengah harimau.
"Tapi Abang janji ya, besok, aku tunggu maksimal siang sebelum dzuhur," ucap Siti.
"Iya Sayang, iya, besok Abang kerja dulu, Abang pulang cepet ya, kamu tetep di sini nunggu Abang, Abang pasti bawa kamu balik ke alam manusia," jawabnya.
Siti mencium pipi berbulu itu. Rakha melihat wajah Siti makin cinta, "kamu nggak takut sama wujud Abang yang kayak begini ?"
"Enggak, aye suka kucing kok," jawabnya.
"Coba balik badan ! Abang bikin kamu anget, Sayang," bisiknya.
Siti berbalik badan dan Rakha memeluk dari belakang. Rasanya sehangat dan senyaman dekapan bulu kucing, lengan besar itu merengkuh tubuh kurus Siti dengan lembut. Siti bisa merasakan hembusan nafas Rakha di pundaknya.
"Aku cinta padamu, Istriku," bisik Rakha sebelum memejamkan matanya.
"Aye juga cinta sama Abang," jawab Siti sambil kedip-kedip.
Mungkin Siti akan ingat selamanya momen ini, antara trauma juga bahagia, campur aduk rasanya. Namun ia tak mau hal ini terulang kembali saat ia sudah kembali ke alam manusia nanti. Ia sayang kepada Rakha, tapi berharap tak akan bertemu lagi selamanya. Karena ia tahu semua ini tidak benar hakikatnya.
Besok paginya Rakha berangkat kerja, dan Siti menunggu seperti biasanya. Hari ini Siti menunggu tepat di teras, selonjoran sambil menghitung kerikil di taman. Namun dhuhur pun lewat, rasa optimisnya kembali dimakan kekecewaan sedikit demi sedikit, Siti tetap berusaha sabar dan tidak menangis, hingga sore pun tiba ia masih ada di tempat yang sama, memandangi gapura pagar kediaman yang luas dan megah ini. Dan malam pun tiba, jangkrik dan nyala obor menemaninya, setetes air mata jatuh, lama-lama kian deras.
"Hiks, emang bener apa kata Pak Ustadz, jin adalah makhluk yang licik dan sebenarnya lebih pintar dari manusia, hiks… hiks…," ucap mahasiswi malang ini curhat pada rumput-rumput jin.
Pelayan yang perhatian dan belum memperkenalkan siapa namanya itu mendekat, menutupkan selimut tebal ke tubuh Siti, "Putri, nanti Putri sakit, beristirahatlah di dalam," katanya.
"Nggak, gue masih mau nunggu di sini apapun yang terjadi," jawabnya keras kepala.
Pelayan pun tak bisa memaksa. Siti terus menunggu, makan dan minum pun disajikan di teras rumah. Hanya saat gadis berusia 20 tahunan ini kepengen pipis lah ia akan pergi sejenak ke sungai kemudian kembali lagi. Ia menyandarkan punggung dan kepala di salah satu tiang bangunan, ia tidur di sana hingga pagi.
Pagi pun tiba dan Rakha tetap belum pulang, "kemana sebenernya jin blegug itu pergi ?" ucap Siti sudah muak sekarang. Saking muaknya ia melepaskan sendiri kalung mustika di lehernya dan melemparkannya ke dalam kolam.
Setelah itu ia mengendap-endap pergi ke kandang kuda, meski memang ia takut naik kuda, tapi karena terpaksa ia nekad saja, ia tunggangi salah satu kuda warna coklat, ia lepaskan talinga dari pagar. "His ! Ayo ! Kita cariin Bhre Rakha !" ujar gadis ini sambil berpegangan erat pada tali kekang.
'Ketoplak ketoplak ketoplak,' kuda pun berlari. Penjaga menghadang.
"Putri, engkau tak boleh meninggalkan tempat ini, ini perintah Bhre Rakha," katanya tegas.
"Gue gak peduli, minggir nggak !!" bentak Siti.
Prajurit penjaga menghadang dengan tombak-tombaknya. Kuda pun mulai gelisah. Siti bingung harus bagaimana lagi, tiba-tiba ia teringat ucapan Pak Ustadz, yah.. Pak Ustadz kampung dulu yang selalu ceramah di masjid, yang sejauh ini perkataannya 80% benar tentang jin.
"Dibacain ayat kursi," gumam Siti. Jika ini jin muslim, ayat kursi akan sejuk ia rasakan, jika jin jahat atau jin kafir, sudah pasti akan terbakar mendengar lantunan ayat-ayat Allah.
"Audzubillahiminasyaithonirrjim, Bismillahirrohmanirrohim, Allahulaaa ila hailla huwal haiyyul qioiyyum…," ucap Siti melantunkan pelan-pelan, ia coba saja entah ngefek atau enggak yang penting usaha. Ia sendiri gak terlalu mahir baca Al-Qur'an, ia adalah orang awam yang pengetahuan agamanya sedikit, tapi ia suka mendengar ceramah Ustadz di kampungnya dulu.
###########
Mohon maaf Kakak-Kakak Reader tercinta, Mak Otor mau minta pendapat nih, semisal novel ini Emak pindahin ke aplikasi Fizz0, apakah Kakak-Kakak masih berkenan untuk terus membaca dan mengikuti cerita ini ? Mohon silahkan tulis di kolom komentar ya. Terima kasih.
Jadi nantinya novel ini akan hilang di wattpad, noveltoon, KBM dan karyakarsa, hanya akan muncul di Fizz0 saja, karena Emak akan kontrakkan secara eksklusif di sana, judulnya HAMIL ANAK JIN by Mama Lions.
##############
kasiham si karmilah dan sugeng udah kek naik komedi putar aja
eiiithhh tp raja emg keren yaa lgsg gercep narik kekuatan si gemblung
weeee....ora jelas....
aduh raka ganas juga smoe g sdr udh nyelakai siti ksihan juga tp gmn jd tawanan g enak