Lu Changzu dan teman temannya terlempar ke dimensi lain, Namun Tanpa Lu Changzu sadari ia masuk ke dunia tersebut lebih awal dari teman teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EGGY ARIYA WINANDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benua Yanming
Pagi di Sekte Lembah Merah selalu diwarnai dengan semburat merah dari uap magma, namun pagi ini, udara di dalam Gua Kristal Hitam terasa jauh lebih dingin dari biasanya.
Lin Yuwen sedang duduk bersila di sudut ruangan, mencoba menstabilkan aura barunya yang melonjak ke Master Tahap 4 akhir. Wajahnya tenang, namun ada aura dingin yang melapisinya, sisa dari konstitusi Es Mendidih-nya.
Di sisi lain ruangan, Liu Yanran—sang Honey Servant—sedang menyeduh teh untuk Lu Changzu. Namun, matanya tidak tertuju pada cangkir. Ekor matanya menatap tajam ke arah Yuwen seperti seekor kucing yang melihat ular masuk ke wilayahnya. Ada kilatan ungu berbahaya di pupil mata Yanran.
"Tuan," suara Yanran memecah keheningan, lembut dan mendayu, namun mengandung duri cemburu yang tajam. Dia meletakkan cangkir teh di meja giok, jarinya sengaja menyentuh punggung tangan Lu Changzu, menahan sentuhan itu sedikit lebih lama dari yang seharusnya.
"Apakah wanita itu benar-benar harus berada di sini? Auranya... membekukan kehangatan di antara kita. Rasanya sesak melihatnya bernapas di udara yang sama dengan Tuan."
Jari Yanran yang lain menyala dengan api spiritual ungu kecil, menari-nari berbahaya. Niat membunuhnya bocor, terarah lurus ke leher Yuwen. Dia cemburu. Sangat cemburu. Sebagai Grandmaster, dia bisa meremukkan Yuwen yang hanya Master dalam satu kedipan mata.
Lu Changzu, yang sedang membaca gulungan kuno, perlahan meletakkan gulungannya. Dia tidak menarik tangannya dari sentuhan Yanran. Sebaliknya, dia membalikkan telapak tangannya, menggenggam jari-jari lentik Yanran dengan kelembutan yang jarang dia tunjukkan.
"Yanran," panggilnya, suaranya rendah dan serak, membuat jantung Yanran berdetak kencang.
"Ya, Tuan?" Yanran menatapnya penuh harap, matanya berbinar.
Lu Changzu menarik tangan Yanran pelan, mengisyaratkan wanita itu untuk mendekat. Yanran menurut, melangkah hingga lututnya menyentuh jubah Lu Changzu. Lu Changzu mengangkat wajah Yanran dengan menyentuh dagunya, memaksanya menatap langsung ke dalam matanya yang unik.
Mata Lu Changzu yang indah namun mengerikan itu tidak menakutkan bagi Yanran saat ini; itu memabukkan. Seolah seluruh semesta ada di sana, dan semesta itu sedang menatapnya.
"Kenapa kau membiarkan api cemburu membakar wajah cantikmu ini?" bisik Lu Changzu, ibu jarinya mengusap bibir bawah Yanran. "Kau tahu, cemburu adalah emosi yang merusak suasana. Tapi... aku harus mengakui, melihatmu begitu posesif padaku... itu cukup menghibur."
Wajah Yanran memerah padam. "Aku... Aku hanya tidak ingin berbagi. Tuan adalah milikku... maksudku, aku adalah milik Tuan sepenuhnya. Aku tidak butuh perisai es itu."
Lu Changzu tersenyum, bukan senyum miring yang licik, tapi senyum tulus yang hangat. Dia menarik Yanran ke pangkuannya, memeluk pinggang ramping wanita itu.
"Dengar, Yanran," Lu Changzu mendekatkan bibirnya ke telinga Yanran, napas hangatnya menggelitik kulit leher wanita itu. "Yuwen hanyalah aset. Sebuah alat. Akar spiritualnya adalah katalis untukku. Dia adalah perisai es yang bisa kulempar kapan saja jika rusak."
"Tapi kau..." Lu Changzu mencium lekuk leher Yanran, membuat wanita itu mendesah pelan. "...Kau adalah pedangku. Pedang yang kutempa dengan tanganku sendiri. Pedang yang kugenggam erat. Seorang prajurit mungkin mengganti perisainya ribuan kali, tapi dia tidak akan pernah melepaskan pedang kesayangannya, bukan?"
Yanran meleleh dalam pelukan itu. Rasa cemburunya menguap, digantikan oleh rasa memiliki yang mendalam dan kepuasan mutlak. "Tuan... Tuan benar-benar pandai merayu..."
"Hanya menyatakan fakta," Lu Changzu menatap mata Yanran lagi, lalu mencium keningnya dengan penuh kasih sayang. "Jadi, simpan apimu untuk musuh kita. Di sini, kau hanya perlu menjadi Yanran-ku."
"Baik... Suamiku," bisik Yanran, membenamkan wajahnya di dada bidang Lu Changzu, mendengarkan detak jantung logamnya yang kuat. Dia melirik Yuwen sekilas dengan tatapan kemenangan, lalu menutup matanya, menikmati kehangatan eksklusif itu.
Lu Changzu mengelus rambut Yanran, sambil melirik Yuwen yang masih bermeditasi kaku di sudut.
"Yuwen," suara Lu Changzu kembali datar dan memerintah, meski tangannya masih membelai Yanran. "Fokuslah. Jangan biarkan pemandangan ini mengganggu kultivasimu. Jika kau tidak berguna, aku akan menjadikanmu umpan meriam."
Yuwen mengangguk kaku tanpa membuka mata, keringat dingin menetes. "Baik... Tuan."
Lu Changzu tersenyum puas. Harmoni telah kembali, dengan bumbu romansa yang mengikat kesetiaan Yanran lebih kuat daripada rantai budak mana pun.
Teras Luar Gua Kristal Hitam - Ruang meditasi Lu changzu.
Lu Changzu duduk bersila, melayang satu meter di atas tanah. Di hadapannya, Tungku Tiga Warna 'Trinitas Naga' tidak lagi diam. Tungku itu berputar gila di udara, memancarkan dengungan rendah yang membuat gendang telinga murid di radius sepuluh kilometer berdengung.
Di sekelilingnya, bahan-bahan obat tingkat tinggi melayang dalam stasis, dikunci oleh telekinesis Lu Changzu. Gunungan harta karun hasil jarahan perang dan upeti dari Sekte Giok Abadi.
"Bahan Utama: Jantung Iblis Darah Emperor."
Lu Changzu melemparkan jantung hitam yang masih berdetak itu ke dalam tungku.
GRAAAH!
Suara jeritan hantu terdengar saat jantung itu menyentuh api. Kabut merah darah keluar dari jantung itu—manifestasi dari Jiwa Jahat sang Demon Emperor yang menolak dimurnikan. Warna merah adalah simbol kejahatan murni di matanya.
"Diam," desis Lu Changzu. Mata kirinya (Dark Universe Eye) berkedip. Lubang hitam di pupilnya menyedot kabut merah jeritan itu, memisahkan 'kebencian' dari 'energi murni'.
"Bahan Penyeimbang: Ginseng Sembilan Nyawa."
Akar ginseng yang berbentuk bayi manusia itu menangis darah saat dilempar masuk.
"Resep: Pil Akar Kaisar (Imperial Root Pill). Tingkat: Tabu Langit."
Ini bukan memasak. Ini adalah perang melawan hukum alam. Resep gila dari Pola Ketiga Gelang Ouroboros ini memaksa evolusi biologis instan pada Dantian—sesuatu yang dilarang keras oleh Dao.
"Bakar."
Lu Changzu tidak menggunakan api biasa. Dia menyemburkan Black Crystal Metal Flame dari tujuh lubang di retakan ruang. Api hitam transparan itu menelan mengelilingi tungku, membekukan waktu di dalam tungku sambil membakar kotoran di luar tungku.
Hari ke-3:
Tungku itu mulai retak. Tekanan energi di dalamnya setara dengan ledakan bintang kecil. Material meteoritnya menjerit, tidak kuat menahan panasnya Api 4-Dimensi Lu Changzu.
"Wadah fisik ini terlalu lemah," analisis Lu Changzu dingin. "Jika meledak, pilnya gagal."
"Koreksi: Jangan hanya memasak obatnya. Masak tungkunya juga."
Lu Changzu mengiris pergelangan tangannya sendiri.
SPLAT.
Cairan yang menyembur keluar bukanlah darah merah.
Itu adalah cairan Hitam Pekat, kental dan berat seperti logam padat, cairan Dark Universe Dimension yang membentuk tubuhnya. Tidak ada jejak warna merah sedikit pun di dalam dirinya, karena dia tidak memiliki 'Darah' konvensional—dia adalah kehampaan itu sendiri.
Cairan hitam itu membungkus tungku yang retak.
"Makan sel milikku. Jadilah perpanjangan tubuhku. Berevolusilah atau hancur menjadi debu!"
Hari ke-7 - Detik Kelahiran.
Langit di atas Sekte Lembah Merah tiba-tiba mati.
Bukan mendung. Cahaya matahari dihapus.
Kegelapan total menyelimuti benua selatan selama sepuluh detik.
Kemudian, sebuah Mata Raksasa berwarna Hijau Beracun terbuka di langit.
Tribulasi Alkimia: Murka Racun Surga (Heaven's Venom Wrath).
Langit tidak menurunkan petir biasa. Langit memuntahkan hujan asam hijau yang bisa melelehkan jiwa Emperor. Ini adalah hukuman bagi siapa pun yang berani menciptakan "pil kehidupan buatan" yang sempurna.
Para tetua di kejauhan menjerit ngeri. "Tribulasi Racun?! Itu legenda! Satu tetes bisa mematikan satu kota!"
Lu Changzu mendongak. Dia tersenyum gila.
"Kau mau meracuni obatku? Dasar Langit pelit! Tapi terima kasih atas bahan tambahannya!"
Lu Changzu melompat dari teras gua. Dia membawa tungku yang membara itu bersamanya, terbang lurus masuk ke dalam awan tribulasi itu.
"Crystal Universe Eye: Void Mouth - Mode Inhale!"
Di tengah badai racun, Lu Changzu tidak menghindar. Dia mengangkat tungku itu tinggi-tinggi. Tungku itu, yang kini terlapisi sel hitam Lu Changzu, membuka tutupnya seperti mulut naga yang kelaparan.
SHWOOOOSH!
Seluruh hujan racun tribulasi itu disedot paksa masuk ke dalam tungku.
Di dalam perut tungku, terjadi benturan tiga kekuatan besar:
Obat Pil Akar Kaisar (Energi Kehidupan Murni).
Api Hitam Logam Kristal (Energi Void & Pembekuan Ruang).
Racun Tribulasi Surga (Energi Kehancuran Mutlak).
KREK... KREK...
Lapisan luar tungku tua itu hancur rontok seperti kulit telur.
Namun, di baliknya, tidak ada kehancuran. Ada kelahiran kembali.
Logam meteorit itu menyerap ketiga energi tersebut dan bermutasi. Warna-warna lama pudar, digantikan oleh pola baru yang mengerikan namun indah.
Tungku itu tidak meledak. Ia berdenyut.
DUM... DUM...
Sebuah gelombang kejut menyapu langit, membelah awan tribulasi menjadi dua.
Lu Changzu mendarat kembali di teras dengan tungku yang melayang di telapak tangannya. Tungku itu telah berubah total.
Bentuknya masih tripod berkaki tiga, tapi warnanya kini memiliki makna elemen yang mendalam:
• Warna Hitam Pekat (Dominan): Melambangkan Dark Universe dan Void. Menyerap cahaya dan energi musuh.
• Warna Putih Kristal (Ukiran Naga Kanan): Melambangkan Crystal Eye dan Creation. Memantulkan serangan dan memurnikan bahan.
• Warna Merah Darah (Ukiran Naga Kiri): Melambangkan Jiwa Jahat (dari bahan Iblis Emperor) dan Tribulasi Racun. Membakar jiwa dan memberi kehidupan palsu.
"Senjata Tingkat Tribulasi..." bisik Lu Changzu, mengelus permukaan tungku yang dingin namun membara di dalam.
"Namamu adalah Tungku Trinitas Kehampaan (Trinity Void Furnace)."
Tutup tungku itu terbuka perlahan.
Sepuluh butir pil melayang keluar. Pil itu berwarna hitam mengkilap dengan corak petir hijau (sisa tribulasi) yang bergerak-gerak di permukaannya.
"Tingkat Keberhasilan: Mutlak. Kualitas: emperor."
Lu Changzu tertawa, tawa yang membuat hantu di lembah itu bersembunyi.
Dia menyimpan pil itu dan segera mengirim transmisi suara ke seluruh sekte.
"SEMUA TETUA AGUNG DAN KETUA SEKTE. KE AULA UTAMA. SEKARANG."
Aula Tetua Agung.
Suasana di aula itu tegang namun penuh antusiasme. Quan Huaxi (Emperor Tahap 9), Douma (Emperor Tahap 2), dan tiga Tetua Agung lainnya (Emperor Tahap 1) berdiri berbaris dengan hormat. Yanran dan Yuwen berdiri di sisi Lu Changzu.
Lu Changzu duduk santai di kursi Tetua Agung miliknya sendiri yang terbuat dari tulang naga hitam, yang diletakkan sedikit di depan barisan tetua lainnya namun tetap menghormati hierarki visual takhta utama.
Lu Changzu melambaikan tangannya. Lima kotak giok melayang ke arah kelima orang terkuat di sekte itu.
"Buka," perintah Lu Changzu.
Mereka membukanya. Mata Douma hampir keluar dari rongganya.
"Ini... Ini aura Emperor?! Pil Tingkat Kaisar?! Dan... ada jejak Tribulasi Surga di dalamnya?!" teriak Douma, tangannya gemetar hebat. "Bahkan Sekte Es Abadi pun hanya punya satu atau dua sebagai pusaka warisan! Dan Tuan Muda memberikannya... kepada kami?!"
Di Benua Tianyun, Alkemis Tingkat Emperor sangat jarang dan disembunyikan faksi besar bahkan kaisar greatming hanya punya alkemis pemurnian tingkat raja. Jika ada, mereka akan meminta bayaran separuh nyawa untuk satu pil. Tapi Lu Changzu memberikannya seperti membagi permen.
Quan Huaxi menatap pil itu dengan mata berkaca-kaca. Dia merasakan resonansi dari pil itu. "Pil ini... mengandung hukum pemadatan energi. Ini bisa membantu menyempurnakan fondasi Emperor saya..."
Lu Changzu bersandar santai, menopang dagunya.
"Itu adalah Pil Akar Kaisar. Makanlah. Itu akan membantu kalian menerobos kemacetan kultivasi kalian selama puluhan tahun. Aku tidak butuh rekan yang lemah. Jika kita ingin bermain di panggung dunia, kalian harus menjadi monster."
"Pergilah mengasingkan diri. Aku beri waktu satu bulan. Selama itu, aku akan menjaga sekte."
Kelima Emperor itu serentak berlutut, dahi mereka menghantam lantai dengan keras.
"TERIMA KASIH TETUA AGUNG LU! KAMI BERSUMPAH AKAN MENYERAHKAN NYAWA KAMI UNTUK ANDA!"
Mereka pergi dengan semangat berapi-api, meninggalkan Lu Changzu sendirian di aula yang luas.
"Sekarang..." Lu Changzu berdiri, mengeluarkan Pedang Malam Abadi dari Cincin Naga Void-nya. Bilah hitam itu menyerap cahaya di sekitarnya.
"Saatnya aku juga belajar."
.
Lu Changzu tidak pergi ke tebing biasa. Dia melompat turun langsung ke dalam Kawah Utama Gunung Kabut Merah.
Suhu di sini mencapai 5.000 derajat Celcius. Magma bukan lagi cairan kental, melainkan plasma putih yang menyembur-nyembur seperti air mancur kematian.
Lu Changzu mendarat di atas sebongkah batu basal yang mengapung di tengah lautan plasma. Jubah atasnya terbakar habis dalam hitungan detik, memperlihatkan tubuh Dark Universe-nya yang berkilau metalik. Kulit porselennya mendesis, berjuang melawan panas ekstrem.
"Sakit... Hahaha! Ini baru mandi air panas!" tawa Lu Changzu menggema, gila dan liar.
Dia menghunus Pedang Malam Abadi. Berat pedang itu setara dengan sebuah gunung kecil, tapi di tangan Lu Changzu, itu terasa seperti bulu.
"Pola Rune Ke-4: Void Severing (Penebasan Kekosongan)."
Lu Changzu tidak mengayunkan pedang ke udara kosong. Dia mengayunkannya langsung ke arah air terjun magma yang sedang jatuh menimpanya.
"MEMBELAH!"
SHING!
Bukan suara benturan fisik. Itu adalah suara realitas yang menjerit.
Bilah hitam itu tidak menyentuh magma. Bilah itu memotong ruang di mana magma itu berada.
Seketika, air terjun magma itu terbelah dua. Bukan terbelah secara fisik, tapi terpisah oleh celah hitam tipis—sebuah garis Void yang memutus koneksi ruang. Magma di atas garis itu berhenti jatuh, tertahan oleh ketiadaan, sementara magma di bawahnya jatuh habis.
"Belum cukup!" raung Lu Changzu. "Terlalu lambat! Terlalu kasar!"
Otot-otot lengan kanannya meledak hancur karena tekanan balik dari memotong dimensi. Darah hitam pekat menyembur, bukan merah. Namun, sedetik kemudian, cairan hitam itu menjahit kembali otot itu, lebih kuat, lebih padat.
"Lagi!"
Dia menebas lagi. Dan lagi. Seribu kali. Sepuluh ribu kali.
Tubuhnya hancur seperti cairan yang meledak dan beregenerasi berulang kali dalam hitungan menit. Rasa sakitnya melampaui batas kewarasan manusia, tapi Lu Changzu menikmatinya. Setiap kali dia hancur, dia belajar. Setiap kali dia bangkit, dia berevolusi.
"Memotong daging itu mudah. Memotong besi itu mainan. Tapi memotong Hukum? Memotong Konsep? Itu baru seni!"
Sementara tangan kanannya menghancurkan ruang, tangan kirinya menari.
Dia merentangkan jari-jarinya ke arah badai api di sekitarnya.
"Jarum Semesta Tahap 4: Calamity Rain (Hujan Bencana)."
Darah hitam dari lukanya sendiri tidak terbuang percuma. Darah itu melayang keluar, memadat menjadi jutaan jarum hitam mikroskopis yang berputar dengan kecepatan hipersonik.
Setiap jarum membawa tiga elemen kiamat:
Api Hitam Transparan: Membakar jiwa hingga menjadi kristal.
Petir Hitam: Melumpuhkan sistem saraf pusat seketika.
Es Mendidih: Membekukan waktu reaksi musuh.
"SERANG AKU!" perintahnya pada jarum-jarumnya sendiri.
Jutaan jarum itu berbalik arah, menyerang Lu Changzu dari segala sisi. Dia menjadikan dirinya sendiri target latihan.
TRANG! TRANG! SRETT!
Jarum-jarum itu menabrak kulit Dark Universe-nya. Sebagian memantul, menciptakan percikan api. Sebagian menembus seperti menembus air danau yang di lempar batu keras,lalu kembali seperti semula.
Lu Changzu muntah cairan hitam akibat kelelahan mental, tapi matanya menyala terang.
Dia mengendalikan jarum-jarum itu untuk mencabik-cabik dirinya sendiri, lalu menyembuhkannya lagi, lalu mencabiknya lagi.
Ini bukan latihan. Ini adalah penyiksaan diri yang diperhitungkan dengan Evolusi paksa yang gila. Dia menempa tubuhnya menjadi senjata hidup yang semakin keras hingga tidak bisa dihancurkan oleh rasa sakit.
"Aku adalah pandai besi. Dan aku juga besinya," bisik Lu Changzu, berdiri di tengah kolam darah hitamnya sendiri yang mendidih di atas magma.
Hari ke-30.
Langit di atas Lembah Merah mendadak berubah menjadi pusaran badai raksasa.
BOOM! BOOM! BOOM!
Lima pilar cahaya meledak dari lima gua pengasingan yang berbeda secara bersamaan.
Tetua Agung Douma meraung ke langit. Auranya meledak.
Emperor Tahap 3 Akhir!
Tiga Tetua Agung lainnya menyusul.
Emperor Tahap 2 Akhir!
Dan yang paling mengerikan... Puncak Utama bergetar.
Quan Huaxi melesat keluar. Dia tidak naik tingkat (karena sudah Tahap 9), tapi auranya... auranya menjadi sangat padat hingga mendekati solid. Dia berada di Emperor Tahap 9 Puncak Sempurna—setengah langkah menuju Core Formation (Entitas Tingkat 2).
Namun, karena lima orang menerobos hukum alam secara paksa dan bersamaan, Langit Tianyun marah.
Awan tribulasi berkumpul. Bukan satu, tapi lima badai menyatu menjadi satu Super Tribulasi. Petir berwarna ungu-hitam bergemuruh, siap menghapus sekte ini dari peta.
Para murid di bawah menjerit ketakutan. "Kiamat! Ini kiamat!"
Douma dan yang lain memucat melihat langit. "Gawat... Tribulasi gabungan?! Kita akan mati!"
Tiba-tiba, sesosok bayangan hitam melesat naik dari kawah magma.
Lu Changzu.
Dia terbang sendirian menuju pusat pusaran badai itu. Jubah hitamnya berkibar liar. Di tangannya, Pedang Malam Abadi bersinar lapar.
"Kalian urus fondasi kalian! Jangan pedulikan tribulasi!" teriak Lu Changzu, suaranya mengatasi gemuruh guntur. "Langit ini... biar aku yang tebas."
"Tuan Muda?!" teriak Quan Huaxi khawatir.
DUARRRRR!
Petir pertama turun. Ukurannya sebesar gunung.
Lu Changzu tidak menghindar. Dia membuka Crystal Universe Eye dan Dark Universe Eye-nya.
Dia menghunus pedangnya.
"Teknik Pedang Kekosongan: Dark Sword Dimension!"
SHING!
Lu Changzu menebas ke atas.
Sebuah garis hitam vertikal muncul di langit, membelah ruang. Garis itu melebar menjadi mulut dimensi yang menyedot segalanya.
Petir raksasa itu... terbelah.
Lalu tersedot masuk ke dalam bilah pedang Lu Changzu.
Bilah pedang itu bergetar, menyala dengan kilat hitam. Lu Changzu tidak membuang energinya; dia menyimpannya di dalam pedang.
"Lagi!" tantang Lu Changzu.
Ribuan petir menyambar. Lu Changzu menari di udara. Setiap tebasannya menghapus keberadaan petir itu. Tidak ada satu pun yang lolos. Dia seperti dewa perang yang menolak takdir.
Di bawah, ribuan murid Lembah Merah menatap dengan mulut ternganga.
"Tetua Agung Lu... Dia menebas petir tribulasi?"
"Dia melindungi kita semua sendirian!"
Rasa hormat dan fanatisme mereka melonjak ke tingkat kultus.
Namun, di tengah badai itu, Lu Changzu merasakan sesuatu.
Pedangnya... telah mencapai batas.
Jiwanya... telah memahami esensi pemotongan.
SWORD INTENT (Niat Pedang) TERCAPAI.
KRAK.
Langit berbunyi aneh. Bukan guntur. Tapi suara hukum alam yang retak.
Karena Lu Changzu memahami Sword Intent di usia semuda ini sambil melawan tribulasi, Heavenly Dao merasa terhina.
Awan berubah menjadi Mata Raksasa berwarna merah darah.
Hukum Dao: Pemusnahan Mutlak.
Tekanan yang turun kali ini bukan lagi Emperor. Itu tekanan yang mendekati Core Formation.
Lu Changzu tersenyum gila. Darah logam hitamnya mendidih di nadinya.
"Bagus! Tekanan inilah yang aku cari!"
Aura Lu Changzu meledak.
King Tahap 1 Menengah...
King Tahap 1 Akhir...
BOOM!
King Tahap 2 Awal.
King Tahap 2 Menengah.
"Masih kurang!"
Lu Changzu mengeluarkan sisa 5 Pil Akar Kaisar yang dia simpan.
Dia tidak menelannya satu per satu. Dia menelan kelimanya sekaligus.
"Gila..." bisik Douma di bawah. "Itu dosis bunuh diri!"
Energi pil meledak di dalam tubuh Lu Changzu. Tubuhnya retak, cahaya emas keluar dari retakan kulitnya.
Tapi regenerasi Dark Universe menahannya.
King Tahap 3 Awal!
King Tahap 3 Menengah!
King Tahap 3 Akhir!
"BERHENTI!" teriak Lu Changzu pada tubuhnya sendiri. Dia menahan agar tidak naik ke King Tahap 4 karena fondasinya akan goyah.
Tapi sisa energi pil dan tribulasi masih terlalu banyak. Tubuhnya akan meledak jika tidak disalurkan.
Lu Changzu melihat ke bawah, ke tanah kosong di belakang sekte.
Ide gila muncul.
Dia mengeluarkan sebuah kotak giok dari cincinnya.
Isinya: Dantian Emperor Tahap 1 (milik pemimpin Iblis Liar yang dia bunuh).
Lalu dia mengeluarkan Kandang Hewan.
Isinya: Anak Gajah Api (Hadiah dari Sekte Beast Ming).
"Eksperimen Biologis: Penyatuan Paksa."
Lu Changzu melemparkan Anak Gajah itu ke udara, ke tengah badai petir.
Lalu dia melemparkan Dantian Emperor itu ke arah gajah tersebut.
"Terima kelebihanku!"
Lu Changzu menyalurkan seluruh sisa energi pil dan energi petir yang dia serap ke dalam dua objek itu, memaksa mereka menyatu.
"GRAAAHH!" Anak Gajah itu menjerit. Tubuhnya hancur dan terbentuk kembali berkali-kali, garis keturunan kuno mulai terbangkitkan perlahan. Dantian Emperor dipaksa masuk ke jantungnya.
Langit marah. Ini adalah perbuatan melawan takdir. Menciptakan monster buatan.
Awan merah di langit membentuk Telapak Tangan Raksasa yang turun secara brutal
Hand of Judgement.
Tekanannya membuat Quan Huaxi di bawah muntah darah. "Itu... Itu serangan Heavenly Dao?!"
Yanran, yang menonton dari bawah, merasakan jantungnya seperti diremas. Dia mencengkeram jubahnya erat-erat, wajahnya pucat pasi. Air mata mulai mengalir di pipinya.
"Suamiku..." bisik Yanran, suaranya pecah. "Dia gila... Dia melawan langit demi gajah itu? Tidak... dia melawan langit demi kekuatan..."
"Jangan mati... Kumohon jangan mati..." Yanran menggigit bibirnya hingga berdarah. "Jika kau mati, aku akan membunuh diriku sendiri! Kau sudah berjanji akan membawaku ke puncak! Kau tidak boleh ingkar janji!"
Di sampingnya, Yuwen menatap dengan tatapan kosong yang penuh kekaguman. Dia tidak mencintai Lu Changzu seperti Yanran, tapi dia tahu, jika pria itu jatuh, pilar langit mereka akan runtuh.
Lu Changzu tahu dia tidak bisa menahannya sendirian.
"Teknik Pembelahan Sel: Quadra Clone!"
SPLAT.
Tiga Lu Changzu baru muncul dari punggungnya.
Lu Changzu Asli fokus memadatkan Gajah.
Tiga Klon Lu Changzu terbang ke atas, menahan Telapak Tangan Raksasa itu.
BLAM!
Klon 1 hancur menjadi bubur hitam.
BLAM!
Klon 2 hancur.
BLAM!
Klon 3 hancur.
Tapi detik berikutnya... bubur hitam itu menyatu lagi. Klon-klon itu bangkit kembali.
Mereka hancur, bangkit, hancur, bangkit.
Menjadi dinding daging abadi yang menahan murka Dao surgawi planet tianyun.
"Lihat itu..." bisik Qin Huolin yang baru keluar dari pemulihan. "Dia... Dia tidak bisa mati? Dia menahan tangan Dao surgawi dengan tubuhnya sendiri berkali-kali?"
Para murid gemetar. "Tetua Agung Lu... adalah Dewa sekte lembah merah."
Di bawah perlindungan klon-klonnya, Lu Changzu Asli menyelesaikan penyatuan itu.
Dia memuntahkan seteguk cairan hitam—esensi kehidupannya sendiri—ke arah gajah itu sebagai pengikat terakhir.
Darah itu meresap.
DOOOOOM.
Langit menjadi hening. Telapak tangan raksasa itu memudar, kehabisan pilihan melawan regenerasi tanpa batas Lu Changzu.
Di udara, melayang sebuah kepompong api raksasa.
Lu Changzu menarik napas panjang, menarik kembali ketiga klonnya yang sudah hancur lebur. Wajahnya pucat, tapi matanya menyala liar.
"Formasi!" teriak Lu Changzu ke bawah.
Quan Huaxi, Douma, dan para tetua agung segera sadar. Mereka terbang membentuk lingkaran di sekitar kepompong itu, menyalurkan Qi mereka untuk mendinginkannya.
Lu Changzu mendarat perlahan. Yanran langsung berlari, menubruknya dengan pelukan erat.
"Tuan! Kau bodoh! Kau hampir mati!" isak Yanran, memeriksa tubuh Lu Changzu yang kelelahan memeluk bahu Yanran.
Lu Changzu tertawa lemah, mengusap kepala Yanran. "Tenanglah, Sayang. Aku tidak akan mati semudah itu. Alam kematian belum siap menerimaku."
Satu Minggu Kemudian.
Kepompong api itu retak.
PIIIGGGHHHHHH!
Suara lengkingan gajah purba mengguncang benua.
Dari dalam kepompong, seekor monster melangkah keluar.
Bukan lagi anak gajah.
Tingginya 200 meter. Kulitnya terbuat dari Logam dan magma yang mengeras. Gadingnya adalah kristal hitam yang melengkung tajam. Di punggungnya, ada pola rune alami yang menyala.
Mammoth Pelahap Api (Fire Devouring Mammoth).
"Bagus Namamu sekarang adalah Lu Zhou, kau akan jadi anak angkatku , Ranah Emperor Tahap 9 Akhir , setelah membangkitkan garis keturunan kuno , tidak buruk"
Monster itu mendarat di tanah, membuat gempa kecil.
Para murid bersiap lari, takut dimakan.
Tapi Gajah Raksasa itu perlahan menekuk kaki depannya.
Ia menundukkan kepala raksasanya hingga menyentuh tanah, tepat di depan Lu Changzu yang melayang di hadapannya seperti semut di depan gunung.
Gajah itu berlutut. Memberikan penghormatan pada ayah angkatnya.
"Hahahaha!" Lu Changzu tertawa lepas, mengelus belalai gajah itu yang panasnya bisa melelehkan besi.
"Bagus, Lu Zhou anakku. Sedikit lagi... Sedikit lagi kau akan membentuk Core padat dan menjadi Beast entitas Tingkat 2. Tapi untuk sekarang, kau adalah kartu yang sempurna."
Lu Changzu membuka Void Mouth dari mata kanannya. Lubang dimensi raksasa terbuka.
"Masuk. Istirahatlah di dalam dimensi hampa."
Gajah itu menurut, berjalan masuk ke dalam lubang hitam dan menghilang.
Quan Huaxi dan para tetua terbang mendekat. Wajah mereka penuh ekstasi.
"Selamat, Tuan Muda!" seru Quan Huaxi. "Anda tidak hanya menerobos ke King Tahap 3 Akhir dengan kekuatan tempur gila, tapi Anda juga menciptakan Beast Penjaga Emperor Tahap 9! Sekte Lembah Merah kini telah melampaui Kekaisaran Great Ming! Kita adalah penguasa mutlak!"
"Tuan Muda Lu adalah reinkarnasi Dewa!" puji Douma berlebihan, air liurnya muncrat.
Lu Changzu tersenyum tipis, menyeka sisa darah hitam di sudut bibirnya.
"Simpan pujian kalian. Ini baru persiapan.".
"Sekarang... mari kita turun terlebih dahulu untuk menyusun rencana..."
"Dunia ini terlalu kecil untuk kita. Mari kita perluas kandang permainannya."
Bersambung...