NovelToon NovelToon
Sebungkus Mie Instan

Sebungkus Mie Instan

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh / Janda / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tika Despita

Sudah empat tahun lamanya Aini menikah dengan suaminya Rendra. Namun dia tahun terkakhir Rendra tak bekerja. Sehingga kebutuhan sehari-hari di bantu bapak mertuanya. Terkadang Aini terpaksa memasak sebungkus mie instan untuk lauk makannya dirinya dan anaknya.

Disaat himpitan ekonomi, suaminya pun bertingkah dengan kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tika Despita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Baru seminggu aku dan Bang Rendra resmi bercerai, tapi pagi ini aku malah mendapat kabar konyol dari orang-orang di lingkungan tempat dia tinggal. Katanya, Bang Rendra meresmikan hubungannya dengan Dela. Bahkan mereka berencana mengadakan resepsi mewah segala.

Aku tertawa miris. Bisa-bisanya hubungan yang jelas-jelas hasil selingkuhan itu dibikin seakan normal. Yang lebih gila lagi, aku dan anakku malah ikut diundang. Punya otak nggak tuh Bang Rendra?

“Ada apa Aini?” suara mbak Cici muncul dari belakang, mengejutkanku ketika aku terkekeh membaca pesan dari Bang Rendra.

“Mantan suamiku nikahin istri sirinya secara resmi, Mbak. Sekalian bikin pesta mewah,” jawabku datar.

“Sakit jiwa, tuh mantan kamu! Syukur kamu udah cerai dari laki-laki yang kayak gitu!”

“Iya, Mbak… dan aku malah diundang.” Aku tertawa hambar sambil menahan panasnya hati.

“Hadir dong!” jawab Mbak Cici cepat, membuatku terdiam.

“Gak lah, Mbak…” Aku menggeleng keras.

“Kalau kamu nggak hadir, mereka pikir kamu sedih, terpuruk, atau masih berharap. Tunjukin dong kalau kamu udah move on!” seru Mbak Cici sambil berkacak pinggang.

“Caranya?” Aku memandangnya bingung.

“Datang ke pesta mereka! Dan tampil cantik. Kalau bisa, kamu harus lebih cetar dari pengantinnya! Bahkan kalau perlu… kamu datang sama cowok.”

Aku ternganga. “Tapi aku nggak punya teman laki-laki, Mbak. Dan… dari segi apa pun aku udah kalah dari perempuan itu.” Pandanganku jatuh ke meja.

“Buktinya aja, dia bisa merebut suamiku.”

“Eh, jangan ngomong gitu!” tegur Mbak Cici sambil mencubit lenganku.

 “Kamu itu cantik, Aini. Cuma kamu nggak pernah dandan. Kamu sibuk ngurus anak dan suami, sampai lupa ngurus diri sendiri. Coba sekali-sekali tampil beda. Biar tuh mantan kamu nyesel sudah buang berlian!”

Aku mengangguk pelan. “Iya seh Mba.”

Dan sebenarnya, kata-kata Mbak Cici ada benarnya. Selama ini aku terlalu fokus jadi istri dan ibu. Sampai-sampai lupa kalau aku juga perempuan. Penampilanku pun… ya, kayak emak-emak capek yang sudah kalah dengan keadaan.

**

“Mbak yakin mau datang ke pesta pria brengsek itu?” Kevin, adikku, langsung protes begitu mendengar rencana itu. Wajahnya langsung jutek seketika.

“Benaran, Aini? Buat apa kamu datang?” sambung ibuk yang duduk di sampingku.

“Buat buktiin kalau Aini nggak semenyedihkan itu, Buk…” jawabku pelan. Walaupun jujur, aku sendiri nggak yakin dengan kalimat barusan.

“Tapi kamu mau pergi sama siapa?” tanya ibuk lagi.

“Ya paling sama Keenan, Buk. Lainnya… lihat nanti.”

“Sama aku aja, Mbak!” Kevin menepuk dadanya.

 “Biar sekalian aku hancurin itu pesta!”

Aku menatapnya malas. “Itu sama aja bikin orang-orang tahu kalau mbakmu ini belum ikhlas.”

Kevin mendengus.

“Mbak harus datang dengan seseorang yang bisa bikin Bang Rendra dan Dela itu ngerasa kalau mbak sudah melangkah lebih jauh dari mereka. Bahwa mbak sudah bahagia,” ujar Kevin sok bijak.

Aku baru mau protes ketika..

“Sama anak Tante aja!”

Kami semua spontan menoleh.

“Buk Ratna?” seru ibuk kaget.

Ternyata Tante Ratna sudah berdiri di pintu sambil membawa bingkisan buah.

“Ayo masuk, Buk!” ucap ibuk cepat-cepat.

Tante Ratna masuk dan meletakkan buah di meja.

“Banyak banget buah di rumah, jadi Tante bawain buat Keenan.”katanya sumringah.

Aku tersenyum canggung.

“Kamu tenang saja, Aini. Nanti Tante suruh Arsya nemenin kamu ke pesta mantan suamimu itu!” ucap Tante Ratna dengan percaya diri.

“Palingan si Rendra itu insecure lihat Arsya. Secara, anak Tante kan ganteng kayak aktor drama China.”

Komentarnya langsung bikin aku, ibuk, dan Kevin tersenyum geli.

“Gak usah, Tante…” Tolakanku refleks. Rasanya nggak enak banget. Apalagi Arsya itu bos-ku sendiri.

“Gak apa-apa. Ini kan cuma pura-pura,” ujar Tante Ratna sambil duduk manis.

“Ide bagus tuh, Mbak!” Kevin malah setuju.

Aku melotot ke arahnya.

“Tapi Buk Ratna… nggak enak sama Nak Arsya,” ujar Ibuk.

“Kalian tenang aja. Arsya itu memang kelihatan kaku, tapi dia anaknya baik. Mana tahu dia justru senang bantu Aini,” jawab Tante Ratna sambil terkekeh.

Aku hanya bisa mengangguk lemah.

Dan di dalam hati kecilku yang paling dalam, aku berharap pak Arsya bakal menolak. Karena membayangkan aku datang ke pesta mantan suamiku dengan atasan sendiri, rasanya absurd banget.

Tapi di sisi lain, ada sedikit suara kecil yang berbisik.

Kalau benar terjadi… apa Bang Rendra bakal kaget lihat aku?

**

Seperti yang sama sekali tak kuduga, ternyata Pak Arsya malah menyetujui ide konyol mamanya. Bahkan saat ini dia sudah duduk di ruang tamu bersama Tante Ratna. Aku dan ibuk hanya saling pandang bingung melihatnya sudah berpakaian rapi. Celana hitam, kemeja biru muda yang lengannya digulung sampai siku, cukup simple, tapi kelihatan mahal.

Benar kata Tante Ratna, anaknya ini memang ganteng. Aura kantoran, dingin-dingin cuek ala CEO-CEO di drama China itu beneran kerasa. Rambutnya pun nggak disetel ribet tapi justru makin bikin dia kelihatan rapi dan… ya, ganteng.

Aku sendiri sempat kehilangan fokus beberapa detik. Duh, ini cowok masa mau pura-pura jadi pasangan pergi ke pesta mantan suamiku?

“Ayo, Aini. Coba pakai baju yang Tante bawa,” ucap Tante Ratna sambil mengeluarkan plastik berisi dress.

“Ini dress-nya, ini high heels-nya. Tante pilih warna yang cocok sama pakaian Arsya. Dan ini baju buat Keenan juga Tante bawain.”

Aku tersenyum kaku. “Terima kasih, Tante, Aini jadi nggak enak.”

“Sama-sama. Tante paling semangat kalau urusan balas dendam istri tersakiti. Dan balas dendam itu harus berkelas!” katanya bangga.

Aku dan ibuk cuma bisa manggut-manggut.

Aku pun masuk ke kamar untuk ganti pakaian yang dibawa Tante Ratna. Dress-nya simpel tapi elegan, warnanya lembut dan jatuhnya pas di tubuhku. Keenan juga sedang dibantu ibuk memakai pakaian kecilnya yang terlihat lebih kece dari biasanya.

Belum sempat aku merapikan rambut, pintu kamarku tiba-tiba dibuka pelan. Tante Ratna muncul membawa kotak besar penuh peralatan make up.

“Kaget ya?” katanya sambil masuk tanpa sungkan.

“Sini, biar Tante yang make-up-in kamu. Gini-gini Tante jago loh!”

Aku hanya bisa pasrah duduk di kursi, sementara Tante Ratna bekerja seperti MUA profesional. Ia menggerai rambutku, lalu menggulung bagian bawahnya sampai membentuk curly yang lembut. Lalu ia mulai memoles wajahku. Foundation ringan, blush yang natural, highlighter tipis, dan lipstik warna soft. Tangannya cekatan, hasilnya… aku sampai terpaku waktu melihat cermin.

Wajah itu… wajahku, tapi versi yang selama ini tak pernah muncul karena terlalu sibuk jadi istri dan ibu.

“Bagaimana Aini?” tanyanya dengan bangga.

“Puas dengan hasil karya Tante?”

Aku menelan ludah, terharu. “Terima kasih Tante, Aini sangat puas.”

“Bagus! Sekarang kamu berangkat dan tunjukkan ke mantan suamimu, kalau kamu LEBIH bahagia setelah cerai dari dia!” serunya sambil menepuk pundakku.

Semangatnya langsung menular. Mendadak aku merasa punya kekuatan baru.

Aku keluar kamar pelan-pelan. Jantungku agak berdegup,apalagi ketika melihat Pak Arsya sedang berdiri. Lelaki itu sempat terpaku menatapku beberapa detik sebelum buru-buru membuang pandangannya. Pipi dan telinganya sempat memerah sedikit atau aku yang salah lihat?

“Kita berangkat sekarang?” tanyanya singkat.

Aku mengangguk. Baru mau mengambil Keenan, tapi Pak Arsya sudah lebih dulu menggendong anakku dengan santai seolah itu sudah biasa ia lakukan.

Keenan malah nyengir lebar sambil memeluk leher Pak Arsya.

“Om ganteng!” serunya polos.

Aku hampir mau tutup muka saking malunya. Sementara Pak Arsya? Dia cuma tersenyum tipis sambil mengusap kepala Keenan.

“Mama Aini siap?” tanyanya lagi sebelum berjalan ke mobil.

Aku mengangguk meski sedikit kikuk.

1
Kala Senja
Bagus ceritanya
Qhaqha
Semoga suka dengan karyaku ini... 😊😊😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!