•Sinopsis
Bagaimana jika dua insan yang tak saling kenal di satukan dalam sebuah ikatan pernikahan?
Keduanya hanya beberapa kali bertemu di acara-acara tertentu. Dan pada akhirnya mereka harus terbiasa bersama tanpa adanya sebuah rasa.
Tak terbersit di benak mereka, bahwa keduanya akan terikat oleh sebuah janji suci yang di ucapkan sang pria di depan para saksi.
Akankah keduanya bertahan hingga akhir? Atau malah berhenti di tengah jalan karena rasa cinta yang tak kunjung hadir?
Penasaran sama endingnya? Yuk ikutin ceritanya!..
Happy reading :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yp_22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Hari-hari telah berganti, sudah sebulan berlalu semenjak Michael mengungkapkan perasaannya pada Viona.
Michael semakin gencar menunjukkan perhatian khususnya pada Viona, bahkan tak jarang ia melemparkan godaan-godaan saat melihat Viona yang berpakaian sederhana namun nampak menggoda dimatanya.
Namun hingga kini usia pernikahan mereka sudah hampir menginjak setengah tahun, Michael masih belum berani untuk meminta haknya pad sang istri.
Ia tak mau jika Viona memberikannya karena terpaksa. Ia akan menunggu hingga Viona benar-benar siap untuk ia eksekusi.
Namun ternyata selama sebulan ini hubungan mereka maju dengan sangat pesat. Tak jarang mereka bermanja pada satu sama lain.
Bahkan sekarang Michael tak malu untuk meminta c!uman pada saat ada kesempatan.
Viona juga tak menolak, malah ia menikmati saat-saat Michael berprilaku romantis dan membuatnya merasa melayang di udara.
Namun dalam lima hari ini, keduanya jarang ada waktu bersama karena Michael yang harus memantau langsung proyek besar yang sedang berjalan.
Tak jarang jika Michael pulang tengah malam, Viona sudah terlelap karena karena terlalu lama menunggunya.
Namun malam ini berbeda dengan malam-malam sebelumnya.
Jika biasanya Viona memilih tidur karena Michael kembali pulang telat, maka malam ini ia memilih untuk menunggu Michael hingga pria itu pulang.
Bukan karena apa-apa, tapi di luar sana kini tengah hujan deras. Bahkan sesekali petir ikut menyambar menambah suasana malam menjadi semakin mencekam.
Viona berjalan mondar-mandir di ruang tengah menunggu kepulangan Michael.
Sebelum hujan turun, Michael menghubunginya dan mengatakan ia sedang di perjalanan pulang.
Namun hingga dua jam berlalu, Michael belum juga muncul dan meredakan rasa khawatirnya.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, namun Viona tetap terjaga dengan perasaan khawatir yang menemaninya.
Ia mencoba duduk dengan tenang di atas sofa dan meraih ponselnya untuk kembali menghubungi Michael. Namun jawabannya tetap sama, nomer Michael tidak aktif.
Viona mengigit jarinya dengan perasaan gelisah yang mengganggunya.
Namun tak lama, suara mesin mobil yang beradu dengan suara derasnya hujan membuat Viona segera bangkit dan berjalan menuju jendela.
Di lihatnya mobil Michael yang memasuki garasi samping rumah.
Namun karena letak garasi yang lumayan jauh dengan pintu utama, membuat Michael harus berlari menerjang hujan untuk sampai di pintu rumah nya.
Viona menutup gorden kembali dan berjalan cepat menuju pintu untuk membukakan nya.
"Loh, belum tidur?" Kaget Michael saat mendapati Viona yang berdiri menyambutnya di ambang pintu.
"Gak bisa tidur tau, aku kepikiran terus sama kamu. Hujannya deras banget, apalagi hp kamu juga gak bisa di hubungi" jelas Viona yang segera mengajak Michael untuk masuk dan berjalan menuju kamar mereka.
"Maaf ya udah bikin kamu khawatir. Hp aku mati, lupa gak bawa powerbank".
"Iya, gak papa kok. Aku siapin air hangat dulu ya buat Om mandi".
"Gak usah, air dingin aja".
"Enggak, kalo mandinya air dingin nanti kamu masuk angin. Apalagi ini udah larut malam".
Tanpa mau mendengarkan Michael yang sepertinya akan kembali membalas ucapannya, Viona berlari menuju kamar mandi.
Michael hanya menggelengkan kepalanya dan ikut menyusul masuk ke dalam kamar mandi.
Di pandanginya Viona yang kini tengah mengatur suhu air. Ia berjalan menghampiri Viona dan memeluk tubuh itu dengan erat.
Rasa dingin mulai menyerangnya sata ini, apalagi pakaian nya kini masih basah kuyup dan belum di buka.
"Mas.. ih baju aku jadi ikutan basah.. gimana sih? Udah sana mandi, aku keluar dulu" protes Viona dengan tangan yabg segera melepaskan tangan Michael yang melingkar di pinggangnya.
Kini ia harus ikut berganti pakaian karena ulah Michael yang memeluknya dengan baju basah kuyup.
Beberapa saat kemudian, Michael keluar dengan hanya memakai handuk sebatas pinggang.
Michael segera mengenakan baju yang telah di siapkan oleh Viona.
Saat ia selesai berpakaian, Viona segera menyuruhnya mendekat dan duduk di meja rias.
Michael menurut dan duduk membelakangi Viona yang kini menghidupkan hairdryer di tangannya dan mulai membantunya mengeringkan rambut.
Michael memutar tubuhnya hingga kini wajahnya tepat menghadap perut rata Viona. Tangannya bergerak memeluk Viona yang masih berdiri di hadapannya dan menyembunyikan wajahnya ke perut rata Viona yang terasa hangat.
Viona hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Michael yang sedang bermanja terhadapnya. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya mengeringkan rambut hitam legam milik Michael.
"Tadi kenapa gak nginep aja sih di hotel. Terus kabarin aku pas hpnya udah di isi daya aja. Jadinya gak bakal kehujanan gini" omel Viona dengan tangan yang terap bergerak.
"Gak mau, pengen tidur sambil meluk kamu" balas Michael tanpa mengubah posisinya.
Viona menggelengkan kepalanya mendengar balasan Michael.
Setelah rambut Michael kering, keduanya langsung naik ke atas ranjang dan tidur saling berpelukan.
.
.
.
Tidur yang tadinya terasa nyenyak, sekarang terganggu oleh hawa panas yang terasa pada tubuhnya.
Viona membuka matanya dan menatap Michael yang masih terpejam dengan tubuh yang sedikit gemetar.
Tangannya terangkat dan mengecek suhu tubuh Michael yang terasa sangat panas.
"Demam" gumamnya segera bangkit dan memperbaiki selimut agar menutupi tubuh menggigil Michael dengan benar.
Diliriknya jam batu menunjukkan pukul empat pagi. Viona segera turun dari ranjang dan pergi menuju dapur untuk membuat kompres-an.
Viona kembali ke kamar dengan ember kecil berisi air dan handuk kecil untuk mengompres.
Di lihatnya Michael yang kini tidur terlentang dengan dahi mengerut. Butiran-butiran keringat dingin tampak muncul di kening dan leher Michael, bahkan rambutnya kini terasa lembab akibat terkena keringat.
Viona menarik kursi dari meja rias dan meletakkannya tepat di sebelah Michael.
Dengan cekatan, Viona mulai mengompres dahi Michael. Sekitar pukul setengah enam pagi, Viona mulai merasakan kantuk menyerangnya kembali.
Ia sudah mencoba menahannya, namun ia kalah oleh rasa kantuk yang datang bertubi-tubi. Akhirnya ia tertidur dengan posisi duduk di atas kursi dengan kepala yang bersandar pada sudut kepala ranjang.
.
.
.
Satu jam telah berlalu sejak Viona tertidur. Kini gadis tersebut kembali terbangun dengan tangan yang memijit tengkuknya yang terasa pegal.
Viona membuka matanya dan melirik ke arah Michael yang ternyata sudah terbangun dan kini tengah menatapnya dengan tubuh bersandar pada kepala ranjang.
Tatapannya yang nampak sayu membuat Viona merasa khawatir akan kondisi pria itu.
"Maaf ya, kamu jadi harus repot-repot jagain aku yang demam gini" gumam Michael lirih.
"Apaan sih, kan udah jadi kewajiban aku buat ngurusin suami".
Di sentuhnya dahi Michael yang masih terasa panas. Ia bangkit dan memasukan handuk kecil kedalam baskom yang sudah tak terpakai.
"Aku turun dulu ya, mau bikin bubur sama nyiapin obat penurun panas" pamit Viona.
Michael hanya mengangguk sebagai jawaban.
Viona segera beranjak keluar dari kamar menuju dapur.
Tak ingin Michael menunggu terlalu lama, Viona langsung memasak bubur sebisanya.
Sebenarnya ia juga sudah sering membuat bubur saat kakeknya sedang sakit dulu. Jadi ia tak perlu melihat tutor dan terjadi peristiwa bubur gosong seperti dalam novel-novel yang sering ia baca.
Sambil menunggu bubur yang ia masak matang, Viona berjalan menuju salah satu lemari yang di dalamnya terdapat stok obat-obatan.
Segera ia meraih obat penurun panas dan pereda pusing. Ia membuka bungkusnya dan meletakkannya ke atas piring kecil.
Beberapa menit kemudian, bubur yang ia masak sudah matang dan siap untuk di sajikan.
Dengan hati-hati Viona menuangkan beberapa centong bubur ke dalam mangkung ukuran sedang. Tidak lupa, ia juga sudah menyiapkan air hangat untuk Michael minum.
Viona dengan cekatan menata bubur dan obat di atas nampan agar memudahkan ia membawanya ke kamar.
Ceklek.
Michael segera membuka matanya saat mendengar suara pintu yang di buka perlahan.
Ia memang sempat membaringkan tubuhnya kembali saat Viona keluar dari kamar. Kepalanya terasa berat, bahkan saat ia mencoba bangkit pun, rasa pusing langsung menyerangnya.
"Pusing ya?" Tanya Viona saat melihat Michael memejamkan matanya saat mencoba bangkit.
"Hmm" Michael membuka matanya kembali.
Viona segera meletakkan nampan di atas nakas dan membantu Michael afar bersandar pada bantal yang telah ia tumpuk di belakang tubuh Michael.
"Makan dulu ya, abis itu minum obat" ucap Viona sambil menyendok bubur di tangannya bersiap menyuapi Michael.
Michael membuka mulutnya menerima suapan dari tangan Viona.
Namun baru beberapa suap masuk ke dalam perutnya, Michael menggelengkan kepalanya saa Viona kembali menyodorkan sendok berisi bubur buatannya.
"Kenyang" ucap Michael lirih.
Viona tak memaksa, ia meletakan mangkuk ke atas nampan dan menyodorkan gelas berisi air hangat ke arah bibir Michael.
"Minum obatnya".
Michael membuka mulutnya menerima sodoran obat dari Viona.
Setelah obatnya tertelan dengan sempurna, Viona meletakkan kembali gelas ke atas nampan.
Viona membantu Michael untuk kembali berbaring dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal.
Saat ia mengangkat nampan berniat menyimpannya kembali, tangan Michael menarik ujung bajunya.
Viona menoleh dan menatap Michael yang kini menatapnya dengan tatapan penuh harap.
"Jangan kemana-mana, temenin tidur" gumam Michael.
Viona meletakkan kembali nampan di tangannya dan naik ke atas ranjang di sebelah Michael. Tangannya terulur dan memeluk Michael.
Tak mau kalah, Michael balik memeluk pinggang Viona dan menyembunyikan wajahnya pada leher Viona mencari kehangatan.
Beberapa saat kemudian, Viona merasakan nafas panas Michael kini berhembus dengan teratur.
Mungkin karena efek semalam tidur terlalu malam dan terbangun saat matahari bahkan belum muncul, kini Viona merasa matanya kembali terasa berat karena mengantuk.
Saat Viona kembali terbangun, jarum jam sudah menunjukkan pukul dua siang.
Viona mendongak dan mendapati Michael yang sudah terbangun dan tengah menatap dirinya dengan mata yang masih terlihat sayu.
Tangannya terulur untuk mengecek suhu tubuh Michael, "ke rumah sakit aja yuk, demamnya gak turun-turun".
Michael menggeleng, "gak mau. Kamu aja udah cukup buat nyembuhin aku".
Viona berdecak dan bangkit untuk turun dari ranjang.
"Mau kemana?"
"Manasin bubur bentar, cuman bentar kok".
Tanpa menunggu jawaban Michael, Viona beranjak untuk memanaskan bubur sambil menyimpan nampan yang belum sempat ia simpan tadi.
Setelah bubur hangat berada di tangannya, Viona kembali naik menuju kamarnya.
Di lihatnya Michael yang sudah bersandar menatap nya.
"Makan ya".
"Gak laper sayang.."
"Tapi kamu harus tetep makan biar perutnya gak kosong. Abis itu minum obat biar mendingan".
"Ayo, dikit aja kok".
Viona menyodorkan sesendok kecil bubur yang telah ia hangatkan.
Michael masih mencoba menolak dengan tidak membuka mulutnya.
Namun karena Viona yang tak menyerah begitu saja, akhirnya sesendok bubur masuk ke dalam mulutnya.
"Huek.."
Michael menutup mulutnya sambil mencoba bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.
Dengan sigap, Viona memapah Michael.
Setelah Michael memuntahkan semua isi dalam perutnya, Viona kembali membantu memapah Michael ke arah ranjang dan membaringkan tubuh yang terasa panas itu dan menyelimutinya.
Michael tampak meringkuk dalam bungkusan selimut tebal. Viona menatap nya dengan khawatir.
Tangannya bergerak meraih ponsel dan membuka satu aplikasi yang dapat membantu umat dengan sederet kalimat.
Ia terus menggulir layar ponselnya mencari cara mengatasi demam yang tak kunjung turun.
Namun matanya membelalak saat menemukan cara yang menurut banyak orang sangat ampuh.
'SKIN TO SKIN CONTACT'