NovelToon NovelToon
Sepupu Dingin Itu Suamiku.

Sepupu Dingin Itu Suamiku.

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Tamat
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: ovhiie

Tentang Almaira yang tiba-tiba menikah dengan sepupu jauh yang tidak ada hubungan darah.

*
*


Seperti biasa

Nulisnya cuma iseng
Update na suka-suka 🤭

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ovhiie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Insiden itu terus meledak, dan waktu terus berlalu tanpa henti. Meskipun ini bukan urusannya secara langsung, Almaira tidak bisa sepenuhnya menghindari nama-nama yang setiap hari muncul di berita, nama-nama yang sudah tidak lagi asing.

CEO SIN, Pak Bram, yang disebut sebagai ''Si Gembel Berdasi."

Dana gelap sekitar satu triliun rupiah yang telah dikumpulkan selama sepuluh tahun melalui KTV.

Di tengah kisah-kisah yang kacau, hanya beberapa lembar foto berita yang tersisa untuk menggambarkan 23 jam yang begitu panjang.

Yang ironis adalah dalam foto-foto berita itu, CEO SIN terlihat baik-baik saja, tegak berdiri seperti biasa.

Padahal dia telah menjalani pemeriksaan selama hampir satu hari penuh, tapi jika dibandingkan saat dia pertama kali datang dan ketika dia selesai diperiksa, tidak ada perbedaan yang mencolok.

Paling hanya seperti permainan mencari perbedaan pada dua gambar, hanya dasinya saja yang sedikit kendur.

Entah kenapa, melihatnya seperti itu, justru hati Almaira yang terasa lebih cemas. Padahal kedekatan mereka sudah berakhir enam tahun lalu.

"Hhh…"

Suara helaan napas panjang dari seberang telepon membuyarkan lamunannya.

Telepon dari Lea masuk.

"Beneran tidak apa-apa?"

_ Entahlah. Akhir-akhir ini lingkungan sekitar jadi berisik. Padahal, tempat ini termasuk tempat yang paling tenang, tapi sekarang benar-benar kacau. Rumah Tuan Bram katanya setiap hari didatangi lintah darat. Beberapa waktu lalu Bibik bahkan melihat sendiri Nyonya Maura mengamuk di jalan pada Pak Bram

Almaira terdiam.

_ Itu.. Non Amera juga wajahnya tebal sekali. Sudah jelas-jelas fotonya tersebar kemana-mana, aibnya terbuka lebar, sampai harus dipanggil ke kejaksaan untuk pemeriksaan.

Suara Lea terdengar putus asa setelah berbagi kabar buruk.

_ Sudahlah. Siapa yang bisa khawatir dengan siapa? KTV nya mungkin akan ditutup."

"Begitu ya?"

_ Iya. Waktu itu ada penggeledahan atau apalah namanya, banyak orang menakutkan yang datang. Nyonya Maura juga harus pergi untuk pemeriksaan dan sudah lama tidak kembali. Katanya, di telepon pun tidak diangkat, sampai teman saya yang masih berkerja di sana, berpikir untuk membuka usaha di pasar, Dia itu kan jago memasak.

Nada bicaranya terdengar yakin, tapi suara Lea tetap terasa muram.

Seperti yang dikatakannya, siapa yang bisa mengkhawatirkan siapa?

Almaira tersadar, seharusnya dia memikirkan suaminya, yang masih sampai saat ini belum mengabarinya.

Tiba-tiba, Almaira teringat malam saat dia merapikan barang-barangnya di kamar sebelum pergi ke apartemen.

Dia teringat momen ketika dia berdiri lama di depan meja belajar, menatap amplop di dalamnya, ragu-ragu membawanya.

"Lea,"

— Tidak perlu Non, tidak perlu khawatir tentang dia, saya hanya mengeluh saja. Non Aira sendiri baik-baik saja, kan?

"Bukan itu. Coba kamu masuk ke kamar ku sebentar."

_ Kamar Non Aira? Kenapa tiba-tiba?

Suaminya menyebut uang itu hanya lima ratus juta rupiah, sebagai uang receh, dan menyuruhnya untuk digunakan dengan suka-suka. Tapi Almaira tidak bisa melakukannya.

"Di dalam laci meja belajar, tempat aku membaca buku, ada sebuah amplop."

Tapi jika teman Lea yang menggunakannya, mungkin akan lebih baik. Itu adalah uang yang terakhir kali diberikan Anna.

Selama satu bulan lebih, Lea telah bekerja keras melayaninya. Almaira merasa, justru teman Lea lebih pantas mengunakan uang itu.

_ Amplop? Maaf, amplop apa ya Non?

"Jangan ditanya. Ambil saja dan gunakan untuk temanmu. Kalau teman kamu ingin membuka warung makan. Bisa kamu bagi dua, atau digunakan untuk modal usaha. Aku tidak tahu harga sewa di daerah kita berapa, tapi kurasa itu cukup untuk uang jaminan dan beberapa bulan sewa."

_ Apa?

"Cepat lihat. Aku juga harus ke pergi. Aku tutup teleponnya, ya?"

_ Tapi Non_

Begitu Lea tahu itu uang, pasti akan terjadi keributan.

Maka Almaira buru-buru menutup telepon. Panggilan masuk lagi dengan cepat, tapi dia langsung menolaknya.

Kalau rumah Pak Bram di sita, teman Lea juga akan tersingkirkan.

Setelah mengirim pesan singkat untuk menegaskan niatnya, dia merasa sedikit lebih tenang.

Setiap dia menerima upah itu, rasanya seperti beban yang selalu mengganjal di hatinya.

Tapi kini, akhirnya uang itu menemukan tempatnya.

Almaira berdiri, meraih tas yang dia letakkan di meja makan, lalu bersiap untuk pergi.

Saat itulah, hpnya bergetar.

'Pasti dari Lea.'

Dia bertanya-tanya seberapa panjang pesan penolakan yang akan diterimanya.

Tanpa berpikir panjang, dia membuka pesan itu dan terbelalak.

[Selamat kepada fotografer Samuel atas lolosnya seleksi tahap pertama. Yayasan fotografi Indonesia]

Getaran lain menyusul, mengirimkan tautan informasi lebih lanjut. Sam harus menyelesaikan satu karya lagi dalam waktu sekitar sebulan.

Studio untuk bekerja akan disediakan oleh yayasan. Dia ingat pernah mendengar bahwa yayasan yang dikelola ayah Anna memang menyewakan studio bagi para seniman.

Saat sedang membaca detail informasinya dengan saksama, panggilan dari Anna masuk.

_ Almaira!"

Dari suaranya yang riang, Almaira sudah bisa menebak hasilnya.

Dia tersenyum cerah.

"Pacar mu lolos, kan?"

_ Iya!

"Bagaimana dengan mu?"

_ Iya, aku juga. Kita benar-benar akan pergi bersama! Huaaaa..."

Mendengar suara tangis bahagia itu, Almaira menatap sinar matahari yang masuk ke ruang tamu Anita.

Mendekati tengah hari, sinar matahari terasa menyilaukan.

Mereka akan lalui bersama. Melewati satu musim ke musim berikutnya.

Saat itu, kenangan tentang masa sekolah, tentang dirinya dan suaminya terasa seperti sesuatu yang sudah sangat lama berlalu.

Bahkan, dia sudah lupa mengapa dia pernah mengkhawatirkannya.

***

Yaga membuka satu per satu kancing kemejanya yang tertutup rapat, lalu merebahkan tubuh di sofa.

Saat pemeriksaan sebelumnya, mereka menahannya selama 8 jam. Kali ini, dia harus menjalani pemeriksaan sepanjang hari. Setidaknya, terakhir kali dia masih sempat tidur sebentar.

Kali ini, dengan jadwal presentasi gabungan perusahaan konstruksi yang baru saja ditetapkan, dia harus begadang semalaman sebelum langsung menuju pemeriksaan.

Tubuhnya terasa berat, seolah tenggelam dalam air. Yaga tertawa kecil dengan getir lalu memejamkan mata.

Yah, setidaknya berkat semua ini, kecurigaan tajam yang sebelumnya terpancar dari mata Ayahnya pasti telah sepenuhnya sirna.

Dia teringat panggilan yang memaksanya pergi ke rumah Ketua SIN Contractions.

"Kau?! kau yang membocorkan soal dana gelap itu ke bajingan bernama Adrian?! kau ingin melihat kakek dan sepupumu dipenjara, hah? Dasar tidak tahu balas budi! Bagaimana bisa...!"

Ketua SIN, yang merah padam menahan amarah, mengambil apa saja yang ada di dekatnya dan melemparkannya ke arah Yaga. Namun, Yaga hanya berdiri diam, menerima seluruh luapan emosinya.

"Kau pikir masih ada bagian warisan yang tersisa untuk istri dan ayah mertua mu?! Aku akan segera mengadakan rapat direksi dan menyingkirkan kalian berdua!"

Barulah setelah tangannya yang penuh keriput terayun dan meninggalkan goresan tipis di pipi Yaga, napasnya tersengal, dan tubuhnya jatuh lunglai ke kursi rodanya.

Yaga melangkah tenang, mengambil selimut, dan menutupkan kain itu ke atas kaki Ketua SIN yang kurus dan gemetar. Dengan tenang, dia menggenggam erat tangan yang bertumpu di sandaran kursi roda.

"Katakan! Benarkah ini perbuatanmu dan ayah mertua mu?!"

"Mana mungkin, Kakek?" Kebohongan yang terdengar begitu alami keluar dari bibirnya.

Ketua SIN tidak bisa sepenuhnya mengusir keraguan dari benaknya, tetapi dalam tatapan matanya yang tajam, terselip secercah harapan, keinginan untuk tetap percaya pada anak dan cucunya.

Kecurigaan itu akhirnya benar-benar lenyap setelah Yaga keluar dari pemeriksaan sebagai saksi.

"Kau baik-baik saja?"

Ketua SIN pasti sudah mendengar bahwa informasi mengenai dana gelap itu berasal dari Intelijen Unit Keuangan sebelum bocor ke Adrian. Dia juga pasti tahu bahwa para jaksa telah menekan cucunya selama 23 jam berturut-turut, ingin menggali keterangan sebanyak mungkin.

Termasuk kabar bahwa akan ada satu kali lagi pemeriksaan terhadapnya.

Yaga hanya mengangguk singkat, dan hari itu, dia untuk pertama kalinya diizinkan duduk di sisi Ketua SIN.

"Dana itu harus dikembalikan ke masyarakat, dan Kakek harus melepaskan SIN Fam serta KTV"

"KTV tidak masalah! Tapi SIN Fam... dia keluarga! Dia bagian dari keluarga kita!"

"Ayah mertua sangat mengkhawatirkan Kakek."

Kalimatnya menggantung.

Yang tidak dia katakan adalah, jika Ketua SIN nekat melindungi cucu pertamanya, situasi bisa menjadi lebih buruk bagi dirinya sendiri.

KTV, tempat karaoke itu, tentu saja sudah tidak bisa diselamatkan.

Sementara itu, CEO SIN fam, yang terlibat dalam skandal besar, kini menjadi sasaran kebencian publik setelah foto dan video mengenai dirinya tersebar luas.

Bahkan Yaga sendiri terkejut melihat bagaimana sepupunya bisa bertindak seperti itu tanpa berada di bawah pengaruh obat-obatan.

Tidak ada jalan lain. Tidak mungkin mereka menyelesaikan semua ini tanpa memberikan sesuatu sebagai tumbal. Pada akhirnya, Ketua SIN pun menyerah.

"SIN Fam... dia anak malang. Sejak dia kehilangan ibunya, dia tidak punya siapa pun untuk bersandar. Aku yang membuatnya seperti ini…"

"Kalau dia mulai menjalani hidup dengan teratur, dia akan membaik. Lagipula, ini tidak akan lama."

Dua tahun di penjara mungkin bisa mengubahnya. Tidak sepenuhnya, tentu saja. Watak liar yang sudah melekat sejak lama tidak akan hilang begitu saja.

Namun setidaknya, dia akan paham bahwa kehidupannya yang penuh dengan kemanjaan di bawah perlindungan Ketua SIN telah berakhir.

"Tuan Muda"

Yaga membuka mata dengan malas sebagai jawaban.

Saat tatapannya yang kering menoleh ke arah Sekretaris Gan, laki-laki itu tersenyum kecil, meskipun jelas terlihat ada kekhawatiran di matanya.

_ Mau saya ambilkan minuman?

"Matikan lampu. Pulanglah."

_ Tapi ini masih pagi. Saya baru saja mengantar Anda pulang.

"Bagus, berarti kamu bisa pulang dengan senyum di wajah."

Yaga kembali menutup matanya, memberi isyarat agar Sekretaris Gan segera pergi.

Tak lama, lampu dimatikan, dan suara pintu yang tertutup dengan hati-hati terdengar di kejauhan.

Hari masih siang, dengan sinar matahari yang terang benderang. Namun, tubuhnya terasa seakan ditarik oleh kantuk yang begitu dalam.

Yaga menarik napas panjang, menyadari betapa kurang tidurnya dirinya. Telinganya mulai berdenging, suara samar yang semakin lama semakin menguat.

Di sela dengungan itu, samar-samar muncul bayangan wajah seorang gadis, berlinang air mata hanya untuk minta maaf.

Yaga mengangkat tangan dan menekan pelipisnya dengan ujung jari.

Dia harus tidur. Karena dia harus menjemputnya di apartemen.

Dengungan di telinganya semakin panjang.

Dalam keriuhan itu, terngiang kembali suara perempuan itu, penuh keteguhan, mengatakan bahwa hanya di sisinya, dia bisa begitu bercahaya dan percaya diri.

Bahwa jika boleh, dia ingin ikut pergi. Bahwa sebelum apa-apa, dia akan menghubungi terlebih dahulu.

Senyuman tipis terbentuk di wajah Yaga, meskipun ada kepedihan yang samar.

***

1
Vina Tamaela
Lo aira blm hamil mrk blm memiliki anak yg lucu2 udah tamat aja gak seru ah thor🤭
ovhiie: maaf, aku terpaksa tamatin karena malu 🙈 ada Bab yang nyambung. udah di revisi tapi malah ngendap di bab 39 padahal udah di revisi. tapi yang dirils malah yang salah..

amu di sambung juga malu...
total 1 replies
kalea rizuky
tak ksih hadiah
ovhiie: Makasih ... /Smile/ maaf ceritanya mengecewakan 🙈
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!