NovelToon NovelToon
Bukan Karena Tak Cinta

Bukan Karena Tak Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Janda / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Novia Anwar adalah seorang guru honorer di sebuah SMA negeri di kota kecil. Gajinya tak seberapa dan selalu menjadi bahan gunjingan mertuanya yang julid. Novia berusaha bersabar dengan semua derita hidup yang ia lalui sampai akhirnya ia pun tahu bahwa suaminya, Januar Hadi sudah menikah lagi dengan seorang wanita! Hati Novia hancur dan ia pun menggugat cerai Januar, saat patah hati, ia bertemu seorang pria yang usianya lebih muda darinya, Kenzi Aryawinata seorang pebisnis sukses. Bagaimana akhir kisah Novia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata yang Mengalir Sangat Deras

Novia menatap sapu tangan putih bersih yang terulur di hadapannya. Air matanya masih mengalir deras, namun kini bercampur dengan rasa haru. Ia meraih sapu tangan itu, menekan ke pipinya, mencoba menghapus jejak kesedihan. Kenzi tidak mengatakan apa pun, ia hanya berdiri di sana, diam, membiarkan Novia menangis sampai Novia lega. Kehadirannya yang tenang, tanpa tuntutan, justru terasa begitu menenangkan bagi Novia yang sedang hancur.

Isak tangis Novia perlahan mereda. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menguasai dirinya. Ia merasa malu, sangat malu karena Kenzi harus melihatnya dalam kondisi yang begitu rapuh. Ia juga bingung harus berkata apa. Kenzi selalu muncul di saat-saat tersulitnya, seolah tahu kapan ia membutuhkan bantuan.

"Pak Kenzi... terima kasih," ucap Novia lirih, suaranya masih serak. Ia memegang sapu tangan itu erat-erat. "Terima kasih banyak atas sapu tangannya."

Kenzi tersenyum tipis. "Anda tidak perlu berterima kasih. Saya hanya ingin Anda merasa lebih baik."

Novia menunduk, matanya menatap sapin tangan di tangannya. "Saya... saya minta maaf Anda harus melihat saya seperti ini. Saya tidak tahu kenapa, tapi hidup saya sepertinya selalu dipenuhi masalah."

Kenzi menggelengkan kepala. "Setiap orang punya masalah, Novia. Yang penting adalah bagaimana kita menghadapinya. Dan Anda, Anda sudah sangat kuat menghadapi semua ini."

Novia menggenggam sapu tangan itu. Ia ingin mengembalikannya, namun Kenzi seolah membaca pikirannya.

"Anda bisa mengambil sapu tangan itu," kata Kenzi, nadanya lembut. "Anggap saja sebagai teman Anda saat Anda merasa sedih."

Novia menatap Kenzi, terkejut. "Tapi... ini sapu tangan Anda."

"Tidak masalah," jawab Kenzi, senyumnya semakin tulus. "Saya punya yang lain. Saya ingin Anda menyimpannya." Ia ingin memberikan Novia sebuah pengingat bahwa ia tidak sendirian, bahwa ada seseorang yang peduli.

Novia menatap sapu tangan itu lagi. Itu bukan sekadar kain, melainkan simbol ketulusan dan dukungan tanpa pamrih dari Kenzi. Rasa haru kembali menyelimutinya. Ia tak pernah bertemu orang sebaik ini dalam hidupnya.

"Terima kasih, Pak Kenzi," ucap Novia, kini tanpa ragu. "Saya akan menyimpannya."

Kenzi mengangguk. "Apakah Anda ingin cerita tentang apa yang terjadi?" tanyanya lembut. "Saya melihat tadi ada keributan di jalan."

Novia menghela napas panjang. Ia merasa lelah, namun juga ingin meluapkan perasaannya. Ia tahu ia bisa mempercayai Kenzi. Novia pun mulai menceritakan insiden dengan Diana, bagaimana mantan mertuanya itu menghadangnya di jalan dan melampiaskan semua kemarahannya, termasuk soal hasil arisan yang membuatnya malu. Kenzi mendengarkan dengan sabar, tanpa interupsi, sesekali mengangguk, menunjukkan bahwa ia memahami setiap perkataan Novia.

****

Malam itu, suasana di rumah Januar terasa dingin dan tegang. Diana tiba di rumah dengan wajah merah padam, sisa amarah dari kejadian di taman dan di acara arisan masih membara dalam dirinya. Begitu melihat Januar duduk di sofa ruang keluarga, amarahnya langsung tertumpah.

"Januar! Kamu ini bagaimana, sih?!" sembur Diana, suaranya melengking tinggi. Ia melemparkan tasnya ke sofa dan menatap putranya dengan tatapan penuh tuduhan.

Januar mengerutkan kening. "Ada apa lagi, Bu? Jangan berteriak begitu." Ia sudah merasa lelah seharian dengan masalah di kantor, dan kini harus menghadapi amarah ibunya.

"Ada apa katamu?! Kamu tanya ada apa?!" Diana tak bisa menahan diri. Ia meluapkan juga kemarahannya pada Januar, semua rasa malu dan frustrasi yang ia alami. "Ibu dipermalukan di depan teman-teman arisan! Mereka semua membicarakanmu dan Karina! Mereka bilang Karina belum juga hamil, dan bertanya-tanya jangan-jangan kamu yang mandul!"

Wajah Januar langsung mengeras mendengar tuduhan itu. "Apa?! Mandul?!"

"Iya! Itu yang mereka katakan!" teriak Diana. Ia menceritakan ucapan para teman sosialitanya dengan detail, bagaimana mereka menyindir, membandingkan Karina dengan Novia, dan meragukan kesuburan Januar. "Ibu sudah mati-matian membela kalian, tapi mereka terus saja menyindir! Semua ini gara-gara wanita sialan itu, Novia! Pasti dia yang menyebarkan gosip ini!"

Januar kesal. Ia sudah pusing dengan masalah pekerjaan. Proyek besar di kantornya sedang bermasalah, dan tekanan dari atasan membuatnya stres. Di rumah, Karina juga bersikap dingin padanya sejak beberapa minggu terakhir, selalu menghindar dan jarang bicara. Kini, ibunya datang dengan segala omelan dan tuduhan tak berdasar.

"Cukup, Bu!" bentak Januar, berdiri dari sofa. "Aku tidak mau mendengar lagi soal Novia! Aku tidak peduli dia hamil atau tidak! Dan Karina, dia juga punya masalahnya sendiri!"

Diana tercengang melihat putranya membentaknya. "Apa-apaan kamu?! Berani-beraninya membentak Ibu?! Ibu ini membela kalian!"

"Membela apa?! Justru Ibu yang membuat masalah semakin besar!" sahut Januar, emosinya memuncak. "Aku sudah punya banyak masalah di kantor! Proyekku bermasalah! Dan Karina, dia bersikap dingin padaku! Aku tidak butuh lagi drama tentang Novia atau soal siapa yang mandul!"

Januar mengacak rambutnya frustasi. Ia merasa terjebak di antara tuntutan ibunya, masalah pekerjaan, dan hubungan yang dingin dengan Karina. Ia selalu berusaha terlihat sempurna di mata Diana, namun kini semua seolah berantakan.

"Kamu tidak bisa begitu, Jan!" kata Diana, nada suaranya sedikit melunak karena terkejut melihat kemarahan putranya. "Kamu harus bisa buktikan pada mereka kalau kamu tidak bermasalah! Dan Karina harus segera hamil! Harga diri kita dipertaruhkan!"

"Bagaimana aku bisa tenang kalau setiap hari Ibu terus mengungkit-ungkit soal itu?!" teriak Januar, suaranya dipenuhi keputusasaan. "Aku pusing, Bu! Aku lelah!"

Diana menatap putranya dengan tatapan tak percaya. Ia tak pernah melihat Januar semarah dan seputus asa ini. Ini adalah pertama kalinya Januar meluapkan semua beban yang ia rasakan.

Januar pergi meninggalkan Diana di ruang keluarga, masuk ke kamarnya dan membanting pintu. Ia membiarkan ibunya sendirian dengan amarahnya. Di balik pintu yang tertutup, Januar merasa tercekik. Ia merasa terjebak dalam kehidupan yang penuh tuntutan dan tekanan, tanpa ada celah untuk bernapas lega. Rasa cemburu pada Novia, yang kini terlihat lebih bahagia dan tenang dengan hidup barunya, semakin menggerogoti hatinya.

****

Sore di SMA Harapan Bangsa kembali diwarnai ketegangan. Bu Desi, yang waktu itu tak terima dipermalukan oleh Bu Mariam dan Kenzi di depan gerbang sekolah, kembali datang. Wajahnya menunjukkan dendam yang belum padam. Ia sudah bertekad untuk melampiaskan semua rasa malunya pada Novia. Bu Desi tak peduli dengan ocehan suaminya, Pak Marzuki, yang pasti sudah melarangnya berbuat onar lagi.

Ia memarkir mobilnya agak jauh, menunggu di seberang jalan, mengamati gerbang sekolah dengan tatapan tajam. Begitu bel tanda pulang sekolah berbunyi dan melihat Novia keluar dari gerbang sekolah sendirian, Bu Desi langsung melancarkan aksinya. Ia keluar dari mobil, melangkah cepat menghampiri Novia yang sedang berjalan menuju halte bus.

"Novia! Berani-beraninya kamu!" teriak Bu Desi, suaranya melengking tinggi. Ia langsung melabrak Novia, berdiri menghalanginya.

Novia terkejut, jantungnya berdebar kencang melihat Bu Desi kembali. Ia mencoba melangkah mundur, namun Bu Desi sudah terlalu dekat.

"Dasar wanita tidak tahu diri! Kamu pikir kamu siapa, hah?!" Bu Desi mencerca, mengatai Novia mandul dan pelakor tak tahu diri. "Sudah mandul, pelakor, sekarang sok-sokan jadi guru di sekolah elit! Kamu itu hanya sampah yang dibuang Januar! Jangan mimpi bisa hidup tenang!"

Hinaan itu menusuk hati Novia dalam-dalam. Ia berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah di depan umum. "Bu Desi, tolong hentikan! Saya tidak pernah mengganggu Anda!"

"Mengganggu?! Kamu itu parasit! Pembawa sial!" teriak Bu Desi, tak memberikan kesempatan Novia membela diri. "Kamu sudah merusak rumah tangga Januar, kamu sudah membuat ibumu diusir dari kontrakan! Sekarang kamu berani-beraninya mendekati Pak Kenzi! Apa maumu sebenarnya, hah?! Ingin merebut semua pria kaya di kota ini?!"

****

Teriakan Bu Desi menarik perhatian beberapa siswa dan guru yang masih berada di area sekolah. Mereka menoleh, beberapa mulai berbisik-bisik, menyaksikan drama yang kembali terjadi. Wajah Novia memerah karena malu dan marah, namun ia tahu berdebat dengan Bu Desi hanya akan memperburuk keadaan.

Tak jauh dari sana, terparkir sebuah mobil mewah berwarna hitam. Di dalamnya, Diana duduk memperhatikan seluruh kejadian itu. Ia memang sengaja datang untuk melihat apakah Bu Desi akan melancarkan aksinya. Dan kini, Diana yang melihat dari jauh nampak puas.

Senyum licik tersungging di bibirnya. Kemarahannya yang selama ini tertahan karena rasa malu di arisan dan kegagalan mengganggu Novia di sekolah, kini seolah diwakilkan oleh Bu Desi. Diana menikmati setiap makian yang keluar dari mulut Bu Desi, merasa seolah ia sendiri yang melontarkannya.

Ia merasa dendamnya terbalaskan, meskipun bukan dia sendiri yang bertindak. Melihat Novia terpojok dan dihina oleh orang lain, membawa kepuasan tersendiri baginya.

Bu Desi tak henti-hentinya memaki, suaranya semakin keras. "Aku akan pastikan kamu tidak betah di sekolah ini! Kamu tidak pantas berada di lingkungan orang-orang terhormat seperti kami! Pergi kau, wanita murahan!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!