Viona mendapati sang mama yang tiba-tiba menikah lagi tanpa persetujuan darinya, membuat gadis itu menolak tegas dan menentang pernikahan itu. Ia yang awalnya sangat membenci ayah barunya karena usia sang ayah tiri jauh lebih muda dari ibunya, kini justru kepincut ayah tiri nya sendiri. Yuk kepoin bagaimana ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I love you, dedi!!
"Fiona, kamu jangan salah paham dulu. Dedi tidak bermaksud seperti itu, ingat Vio Aku adalah Dedi mu. Aku adalah suami dari mendiang mamamu dan aku sudah berjanji pada mamamu bahwa aku akan selalu menjagamu hingga kamu menikah nanti dan menjadi orang sukses." kata Steven menjelaskan bagaimana ia sudah terikat janji dengan Rossa mendiang istrinya.
"aku tidak peduli dengan janji Dedi sama mama. Aku hanya ingin tahu dan ingin mendengar bahwa Dedi juga memiliki perasaan yang sama terhadapku. Aku menyukai Dedi, I Love You Daddy." kata Viona dengan isak tangis, deraian air mata tak bisa Ia bendung seakan semuanya menunjukkan betapa hancurnya perasaan gadis ini saat cintanya tidak berbalas.
Steven menatap gadis ini penuh dengan rasa Iba. Tak bisa ia pungkiri bahwa sebenarnya Steven juga menyukai gadis ini, apalagi Fiona memang gadis yang sangat sempurna. Selain cantik, parasnya yang lembut, Fiona juga memiliki postur tubuh yang sangat menawan dan menggoda, yang tentunya itu menjadi idaman semua pria termasuk Steven. Namun apalah daya, Steven terikat janji dengan mendiang istrinya yang tak mungkin ia Langgar.
Saat mendengar perkataan dari anak tirinya, jantung Steven bergetar tak karuan, pengakuan Cinta dari Fiona anak tirinya seakan menghancurkan dinding pembatas yang sudah ia bangun dengan kokoh, sebuah janji pada mendiang istrinya untuk selalu setia. Tatapan Sendu Viona sungguh membuat hati Steven tercabik-cabik, antara perasaan tidak tega dan penghianatan akan janjinya sendiri, meronta ronta.
Steven meraih jari jemari Viona yang dingin menggenggamnya erat, "Vio, Maafkan Dedi. Tapi Dedi benar-benar tidak bisa. Dedi tidak bisa melanggar janji Dedi pada mamamu." ucap Steven berusaha menguatkan janjinya meskipun sebenarnya janji itu sendiri di ambang kehancuran. Gejolak dan hasrat Steven seakan sudah berada di ujung tanduk, siap menghancurkan segalanya, apalagi kala itu Viona langsung memeluk Steven dengan erat. Gadis itu sudah benar-benar tidak bisa menahan lagi perasaannya. Viona terisak dalam pelukan Steven.
Steven tidak bisa berbuat apa-apa di saat tubuh Fiona menempel kuat di dada bidangnya. "Vio, kamu yakin dengan apa yang kamu katakan?" tanya Steven seakan meragukan perasaan Viona. Bukan hal yang tidak mungkin, gadis seusia Viona tentu saja pikirannya masih sangat labil, bisa saja itu hanya karena perasaan suka bukan karena cinta.
"I Love You Daddy... I love you... I love you Dad...!!" berkali-kali Viona mengucapkan kalimat itu, tangannya tidak mau berhenti bergelayut di leher Steven sehingga membuat Steven merinding.
"Aku tidak salah berucap, Dedi! aku memang mencintaimu semenjak pertama kali Dedi datang dalam kehidupanku." kata Viona dengan mata terpejam sedangkan dadanya naik turun nafasnya memburu.
Steven menatap gadis itu dalam dalam, gemuruh dalam jiwanya berkobar liar, saat nafas hangat Fiona menyapu bagian lehernya. Steven bukanlah pria yang mati rasa saat mendapat sentuhan hangat dari seorang wanita, apalagi situasi saat ini benar-benar sangat kondusif. Fiona yang hanya dibalut handuk tipis berada dalam pelukannya, sungguh membuat dada Steven berdebar kencang, aliran tubuhnya mendesir panas dan sesuatu di bawah sana terasa sesak dan minta dilepaskan. "tidak Fiona. aku harus pergi, jika tidak, Dedi bisa kelepasan dan kamu akan menyesal jika sampai Dedi melakukan sesuatu terhadapmu. Kamu bukan anak kecil lagi Viona. please...!! biarkan Dedi pergi." kata Steven dengan mata terpejam menahan gejolak hasrat dalam tubuhnya.
"tidak, aku tidak mau. Jangan pergi, aku mau Dedi di sini bersamaku." fiona terus mempererat pelukannya. Dia tak ingin lepas dari Steven. "aku sangat mencintaimu, ded. Apapun yang dedi lakukan padaku, aku mau. Aku akan memberikan segalanya kepadamu, ded." sahut Viona seakan pasrah.
"vio, aku harus pergi!" Steven memejamkan mata, dia benar-benar sudah tak tahan lagi. Mulutnya berkata ingin pergi, namun hasrat jiwanya memintanya untuk tetap tinggal.
"Dedi..!!" Suara Viona mendesah, menggoda Steven yang sudah mulai terbakar. Gadis itu mulai merayu, tangannya meraba dada bidangnya Steven dengan lembut, menelusup di balik kain kemeja yang dipakai Steven.
Mata Steven terpejam, menikmati setiap sentuhan yang di berikan Viona. Tanpa sadar, Steven membiarkan tangan itu menjalar kemana-mana hingga Steven pun membalas perlakuan Viona yang mulai nakal.
Dengan satu tarikan, Steven menarik ujung handuk yang terselip di atas dada besar Viona. Kain itu pun perlahan terlepas dan melorot ke bawah. Viona meliuk lembut, membuat Steven terpancing karenanya. Pemandangan ini membuat Steven menggigit bibirnya, sungguh sesuatu yang sangat di sayangkan jika di lewati begitu saja. Steven mendekat dan mulai melahap buah besar itu. Sangat kenyal dan manis.
Viona mengejang di saat Steven mulai menghisap miliknya dengan kuat. "ah... lanjutkan Ded..!!" racau Viona sembari mendorong kuat kepala ayah tirinya agar terus menghisap nya.
Steven menghentikan aksinya, "bagaimana, Vio? apa kau tak keberatan?"
"tidak, lanjutkan, ded. Aku sudah sang3. @h... Dedi.. Vio suka!" racau Viona dengan mata terpejam.
Steven mengganti permainannya dengan tangan. Ia meremas pelan balon udara itu dan mempermainkan nya dengan lembut. Sesekali ia kemudian menghisap kembali seperti anak bayi yang sedang dahaga menikmati asi ibunya.
Viona sangat senang dengan permainan ayah tirinya itu, meskipun di ujung balon miliknya terasa perih, tapi ia suka.
"Tak puas dengan keadaan itu, Viona membalas perlakuan ayah tirinya dengan memberikan kecupan lembut di sekitar leher pria itu. Tangan Viona meraba, kemudian melepas satu persatu kancing baju milik pria tampan itu kemudian melemparkan baju itu ke sembarangan tempat. Viona terpaku saat melihat tubuh seksi ayah tirinya yang begitu padat dan berotot. Dengan antusias ia ingin mempraktikkan apa yang pernah ia tonton bersama Sisil di dunia perfilman dewasa. Lidah Viona bermain di kulit padat pria itu sehingga menimbulkan jejak warna di sana. Viona tersenyum puas.
"Dedi, aku mau dedi membuat seperti ini di sini." Viona menunjukkan area dada agar Steven memberikan warna sama seperti yang ia berikan kepada ayahnya.
Steven tersenyum, ia mulai menuruti apa yang Viona minta. Steven mulai mengecup inci demi inci daerah dada Viona sehingga banyak menimbulkan jejak warna merah di sana.
"ah, iya.. ded. Aku sangat suka." kata Viona dengan menggigit bibirnya tak tahan. "ded...!! lanjutkan, aku sudah tak tahan." kata Viona sembari menarik handuk yang melilit di pinggangnya kemudian membuangnya ke bawah ranjang. Viona benar-benar tak tahan, dia ingin melihat seperti apa senjata milik dedi nya, rasa penasaran itu sangat kuat apalagi tubuh Steven sangat sixpack, pasti miliknya sangat besar dan sempurna, pikir Viona. Rasa ingin tahu Viona sangat besar, apalagi dia yang biasa menonton film blue bersama Sisil ingin mempraktikkan secara langsung.
Viona meliuk, menaiki tu&uh ayah tirinya, namun ketika Viona hendak membuka resleting celana Steven tiba-tiba, terdengar suara bel pintu. Ada seseorang yang datang!