Penampilan Yanuar yang bersahaja membuat Amanda senang menatap Yanuar. Tanpa sengaja Amanda sering bertemu dengan Yanuar.
Sinta ibu kandung Amanda tidak tahu kalau putri bungsunya sedang jatuh cinta pada seorang duda. Ia mengatur kencan buta Amanda dengan Radit. Sebagai anak yang baik, Amanda menyetujui kencan buta dengan Radit. Namun, alangkah terkejutnya Amanda ternyata kencan buta itu bertempat di restoran hotel tempat Yanuar bekerja.
Akhirnya Sinta mengetahui Amanda sedang dekat dengan seorang duda. Ia tidak setuju putrinya menjalin kasih dengan Yanuar. Sinta berusaha menjauhkan Amanda dari Yanuar dengan cara memperkenalkan orang yang satu tipe dengan Yanuar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29.
“Weee.” Terdengar suara rengekan Alvina di pelukan Amanda. Bayi itu mengucek-ucek mata, ia terlihat sudah mengantuk. Claudia mengambil Alvina dari pangkuan Amanda lalu ia menggendong Alvina.
“Sudah ngantuk, ya, Sayang?” Claudia mengusap punggung Alvina.
“Mas, ajak Pak Yanuar makan. Kasihan Pak Yanuar pasti sudah lapar karena belum makan,” ujar Claudia sambil menimang-nimang Alvina. Ia membawa Alvina ke dalam.
“Ayo Pak Yanuar, kita makan dulu!” ujar Bobby.
Bobby hendak berdiri dari tempat duduk. Namun …. “Terima kasih, Pak. Tadi sore saya sudah makan,” jawab Yanuar.
Bobby tidak jadi berdiri. Ia tahu Yanuar merasa sungkan untuk makan di rumahnya. “Itu kan makan sore. Kalau sekarang waktunya makan malam,” ujar Bobby.
“Ayo Bang, makan dulu. Mama sudah menyiapkan makanan untuk Abang,” kata Amanda.
“Baiklah.” Terpaksa Yanuar menerima tawaran makan malam orang tua Amanda. Bobby beranjak dari sofa, ia lebih dulu menuju ke ruang makan. Amanda mengajak Yanuar menuju ke ruang makan.
Sesampai di ruang makan, Bobby sudah lebih dulu duduk di kursi makan. “Silahkan duduk, Pak Yanuar.” Bobby menunjuk ke kursi makan yang berada di hadapannya. Yanuar duduk di depan Bobby. Amanda duduk di sebelah Yanuar.
Yanuar melihat berbagai jenis makanan yang tersaji di atas meja, semuanya kelihatan lezat. “Ini semua Claudia yang masak. Amanda cuma bantu memotong bahan makanan.” Bobby menunjuk ke makanan yang dihidangkan di atas meja.
“Amanda baru belajar masak sedikit demi sedikit. Maklumlah, dulu mamanya tidak pernah mengajar Amand memasak,” lanjut Bobby.
Yanuar menatap makanan yang dihidangkan di atas meja. Makanan itu mirip seperti masakan Claudia. Yanuar teringat kembali ke beberapa bulan yang lalu, sewaktu Claudia belum menikah dengan Bobby. Setiap kali Yanuar datang ke rumah Rendi, Claudia selalu menyambutnya dengan ramah dan menyediakan makanan untuknya. Masakan Claudia sangat enak walaupun hanya masakan rumahan.
Namun, setelah Claudia menikah dengan Bobby, Yanuar tidak pernah lagi menikmati masakan Claudia. Terakhir ia makan masakan Claudia sewaktu ia mengantar Yulia menengok Alvina. Yanuar mengusir bayangan masa lalu tentang Claudia. Sebentar lagi Claudia akan menjadi ibu mertuanya.
“Abang mau makan sama apa?” Pertanyaan Amanda menyadarkan Yanuar dari lamunannya. Yanuar menoleh ke Amanda.
“Biar Amanda ambilkan,” lanjut Amanda.
“Abang belakangan, biar Pak Bobby duluan yang mengambil makanan,” jawab Yanuar.
Bobby mendengar pembicaraan Amanda dan Yanuar. “Pak Yanuar duluan. Tamu harus didahulukan,” ujar Bobby.
Akhirnya Yanuar mengalah, ia lebih dahulu mengambil makanan. Amanda mengambilkan makanan untuk Yanuar, Yanuar tinggal menunjuk makanan yang mau ia makan.
Ketika mereka hendak makan, Claudia menghampiri mereka sambil menggendong Alvina. Ia duduk di sebelah Bobby. Bobby menoleh ke Alvina yang berada di pangkuan Claudia. Bayi itu sedang asyik memainkan kerudung Claudia.
Bobby bertanya kepada Alvina. “Alvina belum tidur?”
Claudia menjawab pertanyaan Bobby, “Dia melek lagi setelah susunya habis.”
“Mungkin dia belum mengantuk,” ujar Bobby.
Bobby berbicara kepada Alvina, “Alvina main sama suster dulu, ya! Mama mau makan.”
“Sus! Suster!” Bobby memanggil Lastri.
Lastri keluar dari dapur lalu menghampiri mereka. “Ya, Pak,” jawab Lastri.
“Ajak main Alvina dulu! Ibu mau makan,” ujar Bobby.
Lastri mendekati Alvina. “Ayo sama Suster dulu.” Lastri menggendong Alvina, tiba-tiba Alvina menangis. Ia tidak mau digendong Lastri. Lastri tidak jadi menggendong Alvina.
“Oh, mau sama Mama aja. Ya, sudah sama Mama.” Claudia menepuk-nepuk bagian belakang tubuh Alvina agar Alvina berhenti menangis. Lastri kembali lagi ke belakang.
Bobby berinisiatif untuk mengambilkan makanan untuk Claudia karena Claudia sedang menggendong Alvina sehingga sulit untuk mengambil makanan. “Clau, mau makan sama apa?” tanya Bobby.
“Aku mau ikan bakar sama tumis toge tahu.” Claudia menunjuk makanan yang ia inginkan. Bobby mengambilkan makanan yang ditunjuk Claudia.
Yanuar memperhatikan cara Bobby memperlakukan Claudia dengan baik. Begitu besar cinta Bobby kepada Claudia sampai ia mau melayani istrinya yang sedang menggendong anak sambung mereka.
Setelah Bobby mengambilkan makanan, Claudia pun makan dengan menggunakan tangan. Bobby memperhatikan Claudia yang sedang menyuwir daging ikan. “Bisa makan ikannya, nggak?” tanya Bobby.
“Bisa, Mas,” jawab Claudia.
Alvina memperhatikan mamanya yang sedang makan. Tangan mungilnya mencoba menggapai piring. Ia hendak mengambil makanan yang berada di atas piring. Claudia melihat apa yang dilakukan oleh Alvina. Ia mendorong piring ke tengah agar tidak terjangkau oleh Alvina.
Alvina menangis karena tidak bisa mengambil makanan. “Jangan, ya, Nak. Alvina belum boleh makan!” ujar Claudia dengan sabar.
Bobby mengambil sendok makan bersih lalu di berikan ke Alvina agar Alvina tidak mengganggu Claudia yang sedang makan. Alvina senang diberi sendok. Ia asyik mainkan sendok.
Yanuar memperhatikan Bobby dan Claudia yang begitu sabar menghadapi anak sambung mereka. Di dalam hatinya berdoa, mudah-mudahan Amanda juga bisa sabar seperti orang tuanya mengurus anak-anak mereka nanti.
Setelah selesai makan malam mereka duduk-duduk di ruang keluarga sambil menikmati secangkir kopi dan kue buatan Claudia.
“Kapan orang tua Pak Yanuar akan datang melamar Amanda?” tanya Bobby setelah minum kopi beberapa teguk.
“Insyaallah secepatnya, Pak Bobby,” jawab Yanuar.
Bobby mengerut keningnya mendengar jawaban Yanuar. Ia seperti tidak setuju dengan jawaban Yanuar. Yanuar sempat terkejut melihat perubahan raut wajah Bobby. Ia menduga-duga apa ia salah jawab?
“Kamu sudah menjadi calon suami Amanda, tapi mengapa masih memanggil saya dengan panggilan ‘Pak Bobby’?” tanya Bobby dengan wajah tidak senang.
Yanuar bernapas lega ternyata Bobby hanya mempermasalahkan nama panggilan. “Papa juga masih panggil Bang Yanuar dengan panggilan ‘Pak Yanuar’,” sahut Amanda.
“Papa kan sudah terbiasa panggil dia ‘Pak Yanuar’,” jawab Bobby. Ia tidak mau disalahkan oleh anaknya.
“Bang Yanuar juga sudah terbiasa panggil Papa dengan panggilan ‘Pak Bobby’,” kata Amanda yang tak mau kalah.
Yanuar merasa tidak enak karena Bobby dan Amanda mulai saling bersahutan hanya karena masalah panggilan. “Amanda, sudah!” bisik Yanuar agar Amanda berhenti.
Pandangan Yanuar kembali ke Bobby. “Baiklah. Om,” jawab Yanuar.
“Nah, begitukan enak didengar,” ujar Bobby.
“Ayo, diminum lagi kopi-nya nanti keburu dingin.” Bobby mengambil cangkir kopi di atas meja lalu meminum kopi. Yanuar juga mengambil cangkir kopi lalu meminum kopi seteguk demi seteguk. Ia menikmati kopi yang ia minum. Kopi buatan Claudia memang paling enak. Ia berharap Amanda bisa membuatkan kopi seenak buatan Claudia.
.
.
.
Sabtu sore Mega melihat ada beberapa mobil terparkir di depan rumah Yanuar. Ia melihat ada banyak orang yang sedang berbicara di halaman rumah Yanuar. ‘Ada acara apa di rumah Bang Yanuar?’ tanya Mega dengan wajah penasaran.
.
.
.
Pembaca budiman, hari ini Deche update satu bab aja, ya. Deche mau rebahan sambil main hp. Terima kasih masih mengikuti kisah Amanda dan Yanuar.
lha wong sampeyan aja "samen leven" laki² yg bukan mahrom gitu lho /Sweat/