Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Kembali ke rumah
"Tante! lebih baik mengalah saja dulu, sambil kita pikirkan rencana selanjutnya." bisik Marisa.
"Kalau Tante semakin berkeras, Om Husien akan semakin marah." bisik Marisa lagi.
Marisa tidak mau pertikaian antara Farah dan Husien akan merugikannya, karena selama ini yang menghidupinya adalah uang pemberian dari Husien.
"Pa! baiklah aku dan Yura akan minta maaf pada Lila, tapi ku mohon jangan blokir kartu ku dan Yura." ujar Farah seraya menangkupkan telapak tangannya di dada kemudian bersimpuh di depan Husien.
"Iya Om! jangan blokir kartu ku juga." Marisa ikut merengek, karena selama ini kartu kreditnya juga dibayarkan oleh Husien.
Farah mengikuti saran Marisa karena dia juga tahu betul bagaimana karakter Husien, jika sedang marah tak seorangpun yang bisa membantah atau membujuknya, jadi untuk saat ini mengalah adalah jalan terbaik.
"Ma!.." Yura yang ingin protes tidak melanjutkan ucapannya saat Farah memberi isyarat agar tidak berbicara lagi.
"Sudah Yura! kali ini lebih baik mengalah." bisik Marisa.
"Tapi..!" Yura tetap keras kepala.
"Kamu mau hidup tanpa uang, kalau seluruh kartumu diblokir sama papamu, maka hidupmu akan kiamat." bisik Marisa lagi, lalu dia menarik tangan Yura agar mengikuti Farah.
Yura berdecak kesal kenapa Husien menyuruhnya untuk meminta maaf pada wanita sampah yang sama sekali tidak level dengannya. Dengan wajah ditekuk sedemikian rupa Yura pun akhirnya ikut bersimpuh di depan Husien, dia mengangguk dan setuju untuk meminta maaf pada Lila.
"Kita ke rumah sakit sekarang menemui Lila." ujar Husien seraya menatap Farah, Marisa dan Yura secara bergantian.
"Harus sekarang Pa?" tanya Yura.
"Sekarang! kita tak punya waktu banyak, karena nanti malam Lila sudah harus bertemu dengan Tuan Alex." bentak Husien membuat Yura mundur beberapa langkah.
"Sudah! turuti saja apa kata papa." ujar Farah seraya bangkit dan berdiri.
Setelah bicara seperti itu Husien merogoh saku celana mengambil benda pipih kesayangannya, kemudian mencari nomor kontak Vito dan menelpon.
"Tolong hubungi Lila! papa, mama dan Yura ke rumah sakit sekarang. untuk meminta maaf padanya." ujar Husien setelah panggilan terhubung dan dia pun langsung mematikan panggilan teleponnya, tanpa memberi waktu Vito untuk berbicara.
Belum sempat Vito memberikan penjelasan kepada Husien, dan mengatakan kalau Lila sudah pulang ke rumahnya, Husien sudah keburu mematikan telepon selulernya.
"Kebiasaan kalau nelpon selalu buru-buru." batin Vito.
Vito mencoba menghubungi kembali nomor kontak Husien, nada dering masuk. Namun telepon tak diangkat.
"Apa papa nyetir sendiri." gumam Vito. karena dia tahu kalau Husien menyetir tidak akan mengangkat telepon dari siapapun.
Sementara Husien sengaja mengabaikan panggilan telepon yang masuk, karena dia hanya ingin fokus menemui Lila.
Vito yang pulang dari rumah sakit, sudah berada di kantor pusat, dia segera menghubungi Lila Dan memberitahu bahwa Husain, Farah dan Yura sedang menuju rumah sakit untuk menemuinya.
"Saya kan sudah pulang ke rumah. Kenapa Tuan tidak memberitahu tuan Husien," ujar Lila
"Tadi aku belum sempat memberikan penjelasannya kepada papa, dia sudah menutup teleponnya." ujar itu memberi alasan.
"Kamu bersiap-siap saja untuk bertemu dengan mama Farah." ujar Vito.
Vito memberikan semangat kepada Lila, agar dia jangan sampai kalah berargumentasi dengan Farah, karena Vito tahu betul Bagaimana karakter Farah, walaupun sudah tahu salah. Namun Farah akan tetap mencari alasan agar terhindar dari masalah.
"Baik Tuan! terima kasih sarannya." ujar Lila seraya menutup panggilan telepon genggamnya.
Mendengar Husien, ingin bertemu dengannya, Lila sedikit panik.
"Aku harus bisa menghindar dari Bunda." batin Lila.
Lila memegang kepalanya seraya berjalan mondar-mandir sambil berpikir bagaimana caranya dia bisa bertemu Husien tanpa sepengetahuan Mira.
Seketika terbayang wajah Mario, Lila akhirnya menelpon Mario dan menceritakan masalahnya, lalu meminta pendapat Mario.
"Biar Om ajak Bunda mu keluar." usul Mario.
"Terima kasih Om." ucap Lila, dia merasa lega karena Mario mau membantunya.
Setelah panggilan telepon terputus Lila segera menelepon Yucan menceritakan kalau keluarga Husien akan menemuinya dan Yucan bersedia mendampinginya, setelah ada kata sepakat dengan yucan, Lila pun menutup panggilan teleponnya lalu menemui Mira yang sedang memasak di dapur.
"Hem.. wangi sekali bunda masak apa?" tanya Lila seraya bergelayut manja.
"Makanan kesukaanmu." ujar Mira seraya mematikan api kompor.
"Bunda! tadi Om Mario nelepon, sebenar lagi dia ke sini, katanya mau ngajak bunda jalan-jalan."
"Kok dia tak nelepon langsung ke bunda."
"Yee...hpnya bundakan di kamar, mungkin tadi Om udah nelepon bunda, tapi nggak diangkat, jadi neleponnya ke saya."
"Udah Bunda siap-siap sana." ujar Lila seraya mendorong tubuh Mira menuju kamarnya.
"Tapi Bunda belum siap masaknya. Lila!"
"Biar saya saja yang menyelesaikannya. nggak enak sama Om Mario kalau nanti dia lama menunggu Bunda."
"Tapi kamu masih perlu istirahat." ujar Mira menolak permintaan Lila.
"Saya udah sehat. Bunda! lihat udah kuat kok." ujar Lila seraya mengangkat kedua tangannya.
"Nggak usah hari ini juga, besok kan masih banyak waktu untuk jalan-jalan." ujar Mira lagi.
"Bunda masih banyak waktu, tapi Om Mario, dia sangat sibuk hari ini dia ingin bunda menemaninya jalan-jalan, bunda jangan kecewakan Om Mario ya." bujuk Lila seraya bermohon.
"Tadi saya dah bilang kalau bunda bisa. Please bunda."
"Baiklah.. baiklah." akhirnya Mira mengalah.
Mira bergegas masuk ke kamar mandi setelah mandi mengganti pakaiannya dalam waktu Lima belas menit Mira sudah rapi dengan gaun warna hitam motif bunga mekar dan hijab warna krim.
"Bunda cantik sekali." puji Lila.
"Kalau dibanding dengan Tante Farah masih cantikan bunda, tapi kenapa ayah memilih Farah dan meninggalkan ibu." batin Lila seraya menatap Mira yang sedang mencantolkan tas tangannya.
Ning nong... Lila berlari membuka pintu, dan mempersilahkan Mario masuk.
"Om! jangan antara bunda pulang, sebelum saya memberi kode ya." bisik Lila di telinga Mario
"Beres." ucap Mario sambil mengangkat jempolnya.
"Ada apa sih? kok bisik-bisik." ujar Mira yang baru keluar dari kamarnya.
"Waw.. Bundamu cantik sekali." sambil berbisik ke Lila. Mario berdecak kagum.
Lila hanya tersenyum mendengar pujian Mario dan Mira menjadi salah tingkah, karena menjadi pusat perhatian Mario dan Lila.
"Menggosip ya?" ujar Mira seraya mencubit hidung Lila. dia tahu kalau dua makhluk yang ada di depannya sedang membicarakannya.
"Bunda kepo aja." ujar LIla seraya menghindar dari cubitan Mira yang ke dua.
"Ayok kita berangkat." ajak Mario mengalihkan pembicaraan, dia khawatir kalau Husien keburu datang.
"Kita mau ke mana?" tanya Mira pada Mario.
"Petals Property Expo." ujar Mario karena dia berniat membelikan hunian untuk ditempat Mira dan Lila.
Mario dan Mira kemudian berpamitan setelah itu melangkah menuruni anak tangga menuju halaman parkir masuk ke dalam mobil dan meninggalkan apartemen ismara.
Sepeninggalan Mira dan Mario, Lila menelpon Vito dan mengatakan kalau dia segera meluncur ke kantor pusat. Lila tidak mau Husien, Farah dan Yura datang kekediaman Ismara, dia tak mau orang lain tahu masalahnya dengan bos besar group Harahap itu
"Apa kamu sudah baikan dan kuat jika kamu ke kantor?" tanya Vito khawatir.
"Sudah! saya bisa kalau cuman ke kantor." ucap Lila
"Baiklah! kalau begitu biar ku jemput." ujar Vito lagi.
"Tidak usah! saya diantar teman." ujar Lila seraya menutup panggilan telepon. karena sudah janjian dengan Yucan.
Yucan yang sudah merencanakan agar Farah dan Yura meminta maaf kepada Lila, jika tidak maka Lila akan resign dari perusahaan group Harahap dan Yucan akan membayar denda yang telah disepakati di perjanjian kontrak kerja Lila, dengan risiko batalnya kontrak kerjasama antara group Harahap dan group Alexsa.
Lila menilik luka di kepalanya yang masih ditutupi dengan perban. Lila mencari baju yang sedikit syar'i, karena dia berniat menutupi luka di kepalanya dengan hijab pashmina, supaya perban di kepalanya tidak merusak penampilannya.
Sepuluh menit kemudian Yucan sampai di apartemen Ismara, setelah memarkir mobilnya Dia langsung menaiki anak tangga dan mengetuk pintu rumah kediaman Lila.
"Kamu sudah siap?" tanya Yucan, begitu Lila membuka pintu. Lila hanya mengangguk.
Sejenak Yucan menatap penampilan Lila yang berubah, Lila terlihat lebih cantik dan anggun dengan hijab pashmina di kepalanya.
"Apa penampilanku terasa aneh?" tanya Lila saat melihat Yucan menatapnya tak berkedip.
"Kamu sangat cantik dan lebih dewasa dengan berpakaian seperti ini." puji Yucan, membuat wajah Lila memerah seperti kepiting rebus.
"Serius?" tanya Lila lagi, dia ingin yucan meyakinkannya.
"Iya serius! Abang nggak bohong, kamu sangat cantik dan elegan." ujar Yucan lagi.
"Ayok kita berangkat!"
Yucan dan Lila beriringan menuruni anak tangga, kemudian melangkah ke halaman parkir, Yucan membuka pintu mobil untuk Lila, setelah itu baru dia masuk, perlahan mobil yang dikendarai Yucan bergerak menuju jalan Raya.
Sementara Husien, Farah, Marisa dan Yura yang sudah sampai ke rumah sakit mereka bergegas keluar dari mobil, lalu menyusuri koridor rumah sakit, walaupun dengan langkah setengah terpaksa Yura mengikuti Husein dari belakang.
"Tuan Husein! Apakah anda ingin melakukan pemeriksaan kesehatan?" tanya dokter Alfad yang kebetulan berpapasan dengan Husien.
"Tidak! saya ingin menjenguk Nona Lila."
"Nona Lila sudah keluar dari rumah sakit dua jam yang lalu, sekarang mungkin dia sudah beristirahat di rumah." ujar dokter Alfad.
"Baiklah! terima kasih infonya dokter."
Dengan kesal Husien merogoh saku celana dan mengambil ponselnya, lalu menelepon Vito dan mengomelinya, belum sempat Vito memberi penjelasan Husein sudah menutup ponselnya.
"Dasar menantu tak berguna." Omel Husien.
"Dari dulu dia sudah tidak berguna, hanya Yura saja yang tergila-gila padanya." Farah ikutan mengomel sambil menatap Yura yang berdiri di sebelahnya.
"Mama! jangan menyinggung lagi hubungan ku dan Vito." ujar Yura merengut.
"Sudah! jangan ribut!" bentak Husien.
***********
Apakah rencana Lila dan Yucan??
Baca kelanjutannya di part 30.
Terima kasih telah hadir dan membaca novelku. jangan lupa like komentar dan hadiahnya
emak anak sm" iblis ja***ng