Novel tentang pelakor, untuk mengikuti lomba Konflik Rumah Tangga. Bagi pembaca yang anti pelakor, boleh skip. tapi kalau mau menantang adrenalin untuk coba membaca dari sudut pandang pelakor, silakan baca dan jangan lupa tekan favorite ❤️
Demi melunasi seluruh hutang yang ditinggalkan orangtuanya, Kania menjual keperawanannya di sebuah klub malam. Namun, takdir membawanya bertemu dengan bosnya sendiri bernama Satria yang menjadikannya istri kontrak untuk melampiaskan hasrat.
Satria sudah memiliki istri, tapi istrinya yang super model itu terlalu sibuk untuk menjalankan kewajibannya. Rasa kesepian itulah yang membuat Satria nekat bermain api.
Akankah pernikahan kontrak itu bisa berjalan dengan mulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IKPH . Bab 29
Satria menatap bingung karena Kania enggan kembali ke ibu kota. Entah apa yang ada di pikiran wanita itu, bukankah tinggal bersama suaminya di ibu kota jauh lebih baik daripada tinggal sendiri di kampung orang lain?
“Di sini aku lebih tenang. Mungkin aku akan melahirkan di sini juga, maaf.” Kania menunduk. Dia benar-benar tidak ingin pergi bersama Satria yang masih memiliki istri. “Lagipula, kamu punya istri yang sedang hamil. Akan lebih baik kalau kamu menemaninya. Jangan membuat masalah lagi,” kata Kania lalu berjalan meninggalkan Satria.
Laki-laki itu mengejar tapi langkahnya terhenti saat Gabriel muncul di hadapan Kania.
“Kania,” sapa Gabriel dengan menaikkan alisnya.
Dia menatap Satria yang berjalan di belakang Kania sambil membersihkan daun-daun kering yang menempel di celananya. Sementara Satria juga menatapnya balik dengan memicingkan mata.
“Mas Gabriel,” balas Kania.
Kuping Satria terasa panas mendengar panggilan akrab yang menurutnya terdengar mesra. Siapa laki-laki itu sampai-sampai Kania memanggilnya se-mesra itu? Apa dia yang membawa kabur Kania?
Satria terus berperang dengan pikirannya sendiri, sedangkan Gabriel melangkah lebih dekat melewati para anak buah Sekretaris Gio.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Gabriel tanpa menyentuh Kania. Dia masih menjaga jarak dari Kania yang masih berstatus istri orang.
“Iya, Mas. Aku enggak apa-apa kok,” jawab Kania.
Satria mendekat dan langsung meraih pinggang Kania. Dia ingin menunjukkan pada laki-laki di hadapannya bahwa Kania adalah miliknya.
“Dia siapa, Sayang?” tanya Satria semakin mengeratkan rangkulannya di pinggang Kania.
Kania menoleh pada suaminya yang bersikap posesif. Laki-laki itu sedang menatap Gabriel dengan sorot tajam penuh selidik.
Gabriel maju beberapa langkah dan mengajak Satria bersalaman. “Saya Gabriel, temannya Kania,” kata Gabriel.
Satria menghela napas dan menjabat tangan Gabriel. “Satria. Suaminya Kania.”
Gabriel menyeringai. Tanpa di perjelas pun dia sudah paham saat melihat Satria merangkul pinggang Kania dengan mesra.
“Sayang, bisa kita bicara berdua saja?” Satria menatap mata Kania dan mengusap pipinya dengan satu tangan.
Kania mengangguk lalu mengajak Satria ke rumah kontrakannya setelah berpamitan dan meminta maaf pada Bu Santi atas kekacauan yang dibuat suaminya.
Di sinilah Satria dan Kania sekarang. Duduk berduaan di rumah sederhana yang Kania kontrak untuk ditinggali beberapa waktu ini.
“Kanya, kenapa kamu tidak ingin kembali?” tanya Satria dengan wajah memelas.
Dia sangat ingin Kania kembali padanya, apalagi saat ini Kania sedang mengandung. Pasti sangat sulit hamil tanpa didampingi suami, sedangkan pekerjaan Satria tidak memungkinkannya untuk pindah ke tempat itu.
“Karena aku tidak ingin melukai perasaan istrimu. Di matanya, dan di mata semua orang, aku adalah pelaacur yang menjual diri demi melunasi utang-utangku. Aku menjadi perebut suami orang, dan memang itu kenyataannya,” jawab Kania lalu menghela napas berat.
Satria mengusap kepala Kania dengan perasaan bersalah. “Aku akan menceraikan Feli dan saat ini aku sudah mendaftarkan gugatan. Mungkin sebentar lagi aku juga akan melakukan tes DNA atas bayi yang dikandungnya,” jelas Satria dengan tatapan kosong.
Mendengar hal itu, Kania merasa sangat terkejut. Kenapa Satria sampai harus melakukan tes DNA?
“Apa kamu juga akan melakukan tes DNA pada anakku?” tanya Kania dengan bibir bergetar. Matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis.
Perasaan wanita hamil memang sangat-sangat sensitif. Kania memiliki pemikiran sendiri, apalagi Satria memang tidak menjelaskan alasannya menggugat cerai Felicia dan juga melakukan tes DNA itu.
Satria menatap Kania dengan bingung. Dia tidak salah bicara, tapi juga tidak mengatakan secara jelas pada Kania.
“Kamu pasti meragukan anak ini juga, ‘kan?” tanya Kania semakin sensitif.
Belum sempat Satria menjawab dan menjelaskan lebih lanjut, tiba-tiba dia kembali merasakan gejolak luar biasa di perutnya. “Toilet, toilet di mana?”
***
Daddy nakal bikin Mommy mikir macem-macem, jadi dedek hukum 🙄🙄🙄
Bukan daddy, Sayang. Tapi othornya nih, iseng banget 🥱🥱 pasti sengaja biar mommy marah sama daddy 😓😓