NovelToon NovelToon
Jodohku Si Anak Band

Jodohku Si Anak Band

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cintapertama
Popularitas:9
Nilai: 5
Nama Author: santisnt

Melodi terpaksa menerima perjodohan yang sebenarnya ditujukan untuk kakaknya. Ia dinikahkan dengan Gilang, gitaris sekaligus vokalis terkenal berusia 32 tahun—pria dingin yang menerima pernikahan itu hanya demi menepati janji lama keluarganya.

Sebelum ikut ke Jakarta, Melodi meminta sebuah perjanjian pribadi agar ia tetap bisa menjaga batas dan harga dirinya. Gilang setuju, dengan satu syarat: Melodi harus tetap berada dekat dengannya, bekerja sebagai asisten pribadinya.

Namun sesampainya di Jakarta, Melodi mendapati kenyataan pahit:
Gilang sudah memiliki seorang kekasih yang selalu berada di sisinya.

Kini Melodi hidup sebagai istri yang tak dianggap, terikat dalam pernikahan tanpa cinta, sambil menjalani hari-hari sebagai asisten bagi pria yang hatinya milik orang lain. Namun di balik dinginnya Gilang, Melodi mulai melihat sisi yang tak pernah ditunjukkan sang selebritis pada dunia—dan perasaan yang tak seharusnya tumbuh mulai muncul di antara mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santisnt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tom and Jerry

Acara selesai. Rumah sudah mulai sepi, tapi kepala Melodi justru makin penuh. Tanpa bicara apa pun, ia masuk ke kamar dan langsung rebahan di ranjang kecil ukuran 140x200.

Ia tidak melakukan apa pun—tidak membuka lemari, tidak merapikan rambut, tidak memikirkan pakaian apa yang dipakai. Dia hanya melempar tubuhnya ke kasur, menarik napas panjang yang terasa sakit di dada.

Rasanya capek.

Bukan capek fisik.

Tapi capek di hati… capek menahan semuanya sendiri sejak pagi.

Ia berbaring menyamping, memeluk bantal kecil sambil menatap kosong ke tembok.

“Aku capek banget…” gumamnya lirih.

Kamar itu sunyi. Hanya suara angin luar yang terdengar samar. Melodi memejamkan mata, berharap semuanya berhenti sebentar saja.

Hingga tiba-tiba

Tok… tok… tok…

Melodi menghela napas panjang, malas luar biasa.

“Siapa sih…? Nggak tau lagi, mager gini.”

Tapi ketukan itu datang lagi.

Tok… tok… tok…

Lebih jelas. Lebih dekat.

Dengan pasrah, Melodi bangkit.

“Iya buk, sebentar…” panggilnya sambil berjalan ke pintu.

Ia membuka pintu—dan sebelum sempat melihat siapa di luar, seseorang langsung masuk begitu saja.

“Ehhh keluar! Kenapa masuk? Jangan duduk di situ, itu kursi gue!” bentak Melodi cepat.

Gilang yang sudah setengah duduk hanya menaikkan satu alis.

“Terus gue harus di mana? Ibu suruh gue ke sini. Lagian… kita udah nikah kan? Gue suami lo.”

Melodi mencibir keras.

“Suami apaan… ingat ya perjanjian, jangan sok—”

Shutttt…

Tiba-tiba Gilang meraih wajah Melodi, menutup mulutnya dengan tangan, mendekat tanpa peringatan.

Mata mereka saling bertatapan dalam jarak terlalu dekat, napas nyaris bertabrakan.

Melodi terbelalak.

Gilang hanya menatapnya dingin tapi intens.

“Jangan teriak, nanti orang rumah dengar,” bisiknya.

Melodi langsung mendorong dadanya sekuat tenaga.

“Minggir, gila! Sialan!”

BRUKKK!

Gilang terpental ke lantai, terduduk dengan ekspresi kaget bercampur sakit.

“Awwww… sumpah sakit, Lo ngedorong apa ngelempar badak?” rintihnya sambil memegang pinggang.

Melodi memasang wajah ketus.

“Makanya jangan asal megang orang!”

Gilang mendongak, menatapnya sambil meringis tapi… senyum kecil muncul juga.

“Ya salah sendiri kalau manis gitu.”

Melodi reflek mengambil bantal dan melemparkannya ke arah Gilang.

“Keluar!”ucap melodi lantang

Gilang berdiri sambil memegangi pinggangnya yang masih sakit, tapi dia tetap memasang senyum menyebalkan khas dirinya.

“Awas aja ya kalau udah di Jakarta… giliran gue nanti.”

Nada suaranya santai, tapi jelas penuh ancaman manja.

Melodi mendengus, melipat tangan di dada.

“Nggak takut gue. Gue bukan tipikal yang jago kandang doang, ya.”

Gilang mengangkat alis, seolah tertantang.

Mereka saling menatap—bukan dengan cara romantis, tapi kayak dua kucing siap berantem kapan saja.

Gilang mundur satu langkah dari ambang pintu, masih menatap Melodi seperti ingin membalas ucapan terakhirnya nanti.

Melodi tidak menunggu sampai ia benar-benar berbalik.

BRUK!

Ia langsung menutup pintu kuat-kuat tepat di depan wajah Gilang.

Dari balik pintu, terdengar suara pelan:

“Sialan… galak banget.”

Melodi memutar bola matanya, menyenderkan tubuh ke pintu.

“Terserah.” gumamnya.

Kamar kembali sunyi, dan untuk pertama kalinya sejak akad, Melodi bisa bernapas sedikit lebih lega.

Sore perlahan tenggelam, langit berubah ungu, lalu gelap.

Matahari sudah lama kalah oleh cahaya bulan.

Dan Melodi—yang tadinya hanya ingin “rebahan sebentar”—kalah oleh rasa capek yang menggunung.

Ia tertidur pulas. Tanpa sadar. Tanpa peduli jam.

Hingga—

Tok… tok… tok…

Ketukan yang sangat ia kenali.

“Nak, bangun. Buka pintunya, magrib ini,” suara ibunya terdengar.

Melodi mengerang pelan.

“Hemmm… iya, Ibu…”

Ia menggeliat, merenggangkan tubuh lalu bangkit dengan mata setengah terbuka. Rambutnya sedikit acak, pipinya masih berbekas bantal.

Ia membuka pintu sambil mengucek mata.

“Maaf ya, Buk… Melodi ketiduran,” katanya pelan.

Namun ia langsung tersentak—matanya terbuka lebar begitu melihat siapa yang berdiri di samping ibunya.

Gilang.

Berdiri bersandar di dinding, senyum menyeringai, baju masih sama dari acara tadi, rambut sedikit acak, dan wajah jelas menunjukkan “gue udah nunggu lama banget”.

Melodi langsung refleks melotot.

Ibunya menghela napas panjang.

“Kamu ini malah asik tidur. Ini suami kamu dari tadi di depan teras—belum mandi, belum ganti baju.”

Melodi cepat-cepat menyanggah.

“Tanya dia lah, Bu! Kan kamar mandi ada tinggal mandi! Manja banget.”

Ibu memijat pelipis.

“Dia suami kamu, Nak. Masa iya mau pakai kamar mandi belakang? Kasih kamar mandi dalam kamar, Nak.”

"ya melodi nggak tau buk,dia aja nggak ngomong"Ucap melpdi

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!