Karena cinta kah seseorang akan memasuki gerbang pernikahan? Ah, itu hanya sebuah dongeng yang indah untuk diriku yang telah memendam rasa cinta padamu. Ketulusan ku untuk menikahi mu telah engkau balas dengan sebuah pengkhianatan.
Aku yang telah lama mengenalmu, melindungi mu, menjagamu dengan ketulusanku harus menerima kenyataan pahit ini.
Kamu yang lama aku sayangi telah menjadikan ketulusanku untuk menutupi sebuah aib yang tak mampu aku terima. Dan mengapa aku baru tahu setelah kata SAH di hadapan penghulu.
"Sudah berapa bulan?"
"Tiga bulan."
Dada ini terasa dihantam beban yang sangat berat. Mengapa engkau begitu tega.
"Kakak, Kalau engkau berat menerimaku, baiklah aku akan pulang."
"Tunggulah sampai anak itu lahir."
"Terima kasih, Kak."
Namun mengapa dirimu harus pergi di saat aku telah memaafkan mu. Dan engkau meninggalkanku dengan seorang bayi mungil nan cantik, Ayudia Wardhana.
Apa yang mesti ku perbuat, aku bukan manusia sempurna....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Hasil Tes DNA
Dengan perasaan yang campur aduk, Yosep meninggalkan hotel. Nuraninya seakan diombang-ambing dengan identitas dirinya yang belum jelas dan begitu rumit.
Selama ini mama Helena tak pernah menerangkan sedikitpun tentang siapa papanya. Setiap dia bertanya, mama Helena selalu berkata, untuk apa bertanya tentang orang yang sudah melupakan kita.
Dia pun berhenti untuk menanyakannya lagi, meski sampai saat ini ia masih merindukan sosok papa. Beruntung dirinya masih diberi ayah yang baik sebagai pengganti papanya.
Secercah harapan kini tampak, manakala mama Helena menyebut bahwa Ayudia saudarinya. Kalau ayudia adalah saudarinya, berarti papa Ayu papanya juga. Meski secara pandangan kasat mata tak mungkin.
Aku dan dia tak ada kemiripan sama sekali. Tetapi bisa saja semuanya terjadi. Seperti hubungan darah dirinya dengan Ayudia. Untuk membuktikan hubungan darah antara aku dan dia hanya melalui tes DNA. Tapi kalau dia tak mau, apa yang mesti aku perbuat. Hanya satu harapanku, bertanya pada mama Helena.
Aku sudah dewasa, lebih dari 18 tahun. Aku berhak tahu siapa aku, siapa keluargaku. Agar aku tak salah jalan di kemudian hari. Apalagi dalam cinta, aku tak mau salah memilih.
Dika tersadar dari lamunan manakala nada deringnya berbunyi. Dia pun memasang airphone-nya agar tak mengganggu konsentrasinya dalam mengemudi.
“Ada apa, Ma?”
“Kenapa belum pulang. Apa kamu lupa kalau kita akan ke rumah sakit?”
“Maaf Ma, aku ada mengantarkan temanku dulu. Tapi tenanglah. Sekarang ini aku sudah jalan. Sebentar lagi sampai.”
“Ya sudah. Mama tunggu.”
Sampai di rumah, Yosep segera membersihkan tubuhnya agar segar. Dan penat di kepalanya juga menghilang. Setelah siap, ia pun menjumpai Helena yang sudah lama menunggunya.
“Ayo segera berangkat. Semoga saja tidak antre,” ajak Helena yang dijawab anggukkan oleh Yosep. Mereka pun masuk mobil. Yosep pun menghidupkan mesinnya. Berlahan-lahan, mobil pun berjalan meninggalkan halaman rumah.
“Apa tadi Kamu mengantarkan seorang wanita lagi?” tanya Helena.
Yosep pun mengambil nafas panjang. Dia tak mengerti dengan jalan pikiran mama Helena. Bagaimana dia selalu curiga pada dirinya. Dia memang banyak teman wanita, boleh dikatakan pacarlah. Tapi tak ada satu pun yang dia masukkan dalam hati. Dia juga selalu menjaga diri, tak pernah melampaui batas. Hanya pernah sekali berciuman dan ketahuan. Sejak itulah mama Helena selalu mencurigainya.
“Ya, aku mengantarkan Ayu.”
“Yosep, kamu jangan main-main!”
“Mama tak usah khawatir. Aku masih memegang pesan mama. Tapi kalau mama selalu memberi predikat padaku yang buruk, boleh jadi suatu hari nanti aku akan tergelincir. Lebih baik mama mendoakan yang baik-baik saja.”
“Baiklah, mama percaya padamu.”
“Itu lebih baik.”
Tak lama kami pun sampai di rumah sakit. Aku bersyukur tak banyak orang yang mengantri. Baru beberapa saat kami duduk, kami pun dipanggil.
Hati ini terasa was-was, saat beliau membuka amplop coklat.
“Bagaimana, Dokter?” Mama Helena sepertinya sudah tak sabar lagi untuk mengetahui hasilnya.
Dokter Eliyas tampak tenang. Dia pun membuka berkas yang ada di dalamnya dan menunjukkan kami berdua.
“Langsung saja saya terangkan. Dari kedua sample ini, menunjukkan bahwa bahwa ada hubungan darah antara keduanya. Ayah dari kedua sample ini sama.”
Hasil yang sudah diperkirakan. Apakah dirinya senang. Tentu saja dia senang. Hanya saja ke depannya dia tak tahu.
“Terima kasih, Dokter.”
Keduanya pun keluar dari ruangan dokter dengan pikiran masing-masing.
“Sekarang kamu sudah yakin, kalau Ayu adalah adikmu.”
“Ya. Lalu artinya untuk Yosep apa. Toh aku tak pernah berpacaran dengan Ayu. Yang mama dengar pacar, bagiku hanya main-main saja.”
“Mama hanya khawatir saja.”
“Apa setiap aku dekat dengan wanita, aku harus memintnya untuk tes DNA dulu?”
Helena terdiam. Dia tak siap dengan pertanyaan yang diajukan Yosep tiba-tiba.
“Mama tak tahu. Mungkin itu lebih baik.”
Tanpa dijelaskan, dia pun sudah tahu. Kenyataan yang membuat dada ini sesak. Bagaimana mungkin dia akan bisa melewati semua itu. Ini tak mungkin. Atas dasar apa dia meminta seseorang untuk melakukan tes DNA. Sebelum dia melakukan, mungkin dia sudah diputuskan. Lebih amannya dia tidak akan pernah menjalin hubungan serius dengan wanita. Opsi yang membuat dirinya sudah terbuang sejak awal.
“Mama aku boleh tahu, siapa papa Yosep yang sebenarnya?”
Yosep sebenarnya tak tega untuk mengatakan pertanyaan ini. Ia khawatir mama Helena emosional dan menangis, sebagaimana sebelum-sebelumnya.
Helena menunduk sedih. Setiap pertanyaan yang bersentuhan dengan masa lalu selalu membuatnya sesak. Tapi sekarang putranya sudah tak kecil lagi. Dia telah dewasa, berhak tahu tentang siapa yang membuat dia bisa terlahir di dunia ini.
“Apakah dia?” Yosep menunjukkan foto lelaki yang Ayu panggil sebagai papa, hasil jepretannya sesaat lalu.
Helena pun mengamatinya dengan seksama. Cukup lama juga karena dia harus memutar kembali kenangan-kenangan yang lama sudah ia lupakan. Akhirnya ia mengambil kesimpulan dan mengatakannya pada Yosep.
“Jelas Bukan. Secara fisik sudah terlihat, dia sama sekali buan papamu. Papamu hampir sama denganmu, tinggi, kulit terang, berambut gelap dan agak ikal. Namanya Antonio. Yang jelas dia bukan orang Indo. Kalau lelaki ini, Dia kakak angkatnya Lea.”
“Lea… Siapa dia?”
“Mama kandung Ayu.”
Yosep pun menggangguk-anggukkan kepalanya. Kini dia yakin kalau Lelaki itu memang bukan papa kandung Ayu. Tapi dia tak boleh cemburu, karena ia melihat Ayu sepertinya merasa aman dan bahagia di sisinya.
“Di mana Papa tinggal, Ma?”
“Mama tidak tahu. Yang mama tahu dulu Papamu tinggal di Indo. Di sanalah mama bertemu dengan papamu dulu.”
“Apakah kamu ingin bertemu dengannya?”
Yosep terdiam sejenak. Dalam hati kecilnya memang keinginan itu ada. Tapi untuk apa? Toh selama ini, papa kandungnya tak pernah mencarinya. Mungkin dia sudah melupakannya. Atau bahkan ia menganggap kalau dirinya tak pernah ada di dunia ini.
“Entahlah, Ma.”
“Meskipun kamu nanti bertemu dengan papamu, Mama harap kamu tak melupakan Mama.”
“Itu tak kan terjadi, Ma.”
“Terima kasih, Nak.”
Yosep tersenyum kesil. Dalam hati, dia berkata, “Aku sayang Mama.”
“Maaf ya. Kalau selama ini mama menyembunyikannya pada dirimu.”
“Tak apa-apa, Ma. Yosep mengerti, kok. Semua ini untuk kebaikan Yosep.”
Helena bersyukur, putranya tidak menyalahkannya untuk identitas pribadi yang terlambat ia berikan.
Setelah menurunkan mama Helena di rumah, Yosep pun kembali berpamitan.
“Ma, Aku ada keperluan penting, nih. Aku pergi dulu, ya.”
“Pacaran?”
“Ih, Mama curiga melulu. Nggak-ngak, Ma. Percaya, deh. Ini penting banget.”
“Pergilah. Tapi jangan malam-malam pulangnya. Kamu besok sekolah, kan.”
“Beres, Ma. Yosep ingat, kok. Lagian sebentar lagi yosep ujian.”
Dia pun segera membawa mobilnya melesat ke hotel dimana papanya Ayu berada. Dia ingin menunjukkan bukti bahwa dirinya adalah saudara kandung Ayudia meski hanya seayah.
Tapi saat melihat bahagianya Ayu menikmati makan malam bersama Papanya, dia pun mengurungkannya. Jangan-jangan beita yang dibawanya akan membuat Ayudia syok. Apalagi jika mengetahui kalau lelaki yang dipanggilnya sebagai papa adalah buan papa kandungnya.
Yosep pun berbalik, membawa mobilnya kembali ke rumah.
mampir juga di karya aku ya🤭
cuman akan aku persingkat.
sayang kalau tak ku teruskan tulisan ini.
biar deh, walaupun tak lulus review.
yang penting selesai dulu.