Naura saqyla gadis cantik berusia 17 tahun, merantau ke kota Yogyakarta dan bekerja sebagai ART di sebuah rumah mewah.
dengan niat hati ingin mengumpulkan uang untuk oprasi ibu nya yang sedang di rawat di rumah sakit, karena kanker otak.
setelah mengabdi selama 5 tahun, saat dia menginjak usia 21 tahu. majikannya tiba-tiba menawarkan sebuah pernikahan yang tidak terduga pada Naura.
Usia mereka terbilang terpaut cukup jauh yang di mana majikannya berumur 35 tahun, dan sedangkan Naura dia masih muda dan labil. akankah keduanya bisa saling mencintai atau malah sebaiknya.
Bagaimana kelanjutan nya yuk baca aja 🤗
well aku UP gak setiap hari guys🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tayanlee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 28
...***...
Naura segera bergerak mengabaikan rasa takutnya, Ia menghampiri suaminya lalu memeluk pinggang Adrian dengan erat-erat, agar suaminya menghentikan apa yang dia lakukan.
" sayang tolong hentikan_ sudah cukup, dia sudah tidak bisa melawan_ Ku mohon sayang " suara Naura bergetar tetapi tegas, Naura menarik kuat tubuh suaminya agar bisa menghentikannya, berusaha untuk menjauhkan suaminya dari pria itu.
Dengan nafas gemuruh naik turun yang tidak teratur, Adrian menghentikan serangan nya, kalau buka permintaan istrinya dia mungkin akan mematahkan beberapa tulang Evan.
Haaaa___
" jika kau berani menyentuhnya lagi, bukan pukulan lagi yang aku layangkan " ancam Adrian dengan sorot mata yang tajam.
" sayang sudah _ jangan pukul lagi, kasian_ lihat dia sudah jadi jelek seperti itu " kata Naura, Ia tak mau melepaskan pelukan nya.
Adrian melepaskan tangan Naura, lalu berbalik sepenuhnya memandang wajah istrinya, sorot matanya yang tajam dan berkilat karena amarah kini perlahan redup saat melihat istrinya, Ia menatap wajah istrinya yang pucat, mata indahnya sedikit berkaca-kaca karena ketakutan dan kekhawatiran, tetapi Naura tetap berdiri tegak.
Nafas Adrian yang tadi memburu kini perlahan teratur, Adrian menghela nafas panjang lalu menundukkan kepalanya sedikit agar sejajar dengan wajah istrinya, Ia membiarkan pandangannya sepenuhnya tertuju pada wajah Naura, Adrian merasa bersalah karena telah menunjukkan sisi buruk nya di hadapan Naura.
" sayang apa kamu baik-baik saja_ " tanya Adrian dengan suara serak dan lebih lembut, jauh berbeda dengan nada mengancam yang dia gunakan pada Evan, tangan nya menyentuh kepala Naura.
" iya_ aku baik-baik saja, kita sudahi ya _ aku tidak tega melihatnya babak belur seperti itu " ucap Naura, kepalanya menoleh pada Evan yang terkapar di tanah.
" dia pantas mendapatkan nya sayang_ " ucap Adrian, tangan yang satunya mengepal kembali mengingat istrinya yang di sakiti oleh pria yang dia pukul tadi.
" yah_ dia pantas mendapatkan nya " ucap Naura dengan suaranya yang bergetar, menahan tangisnya. Ia melihat tangan suaminya yang terluka.
Naura meraih kedua tangan suaminya, memandang nya dengan penuh khawatir. 𝖫alu mencium tangan Adrian yang terluka dengan lembut.
" lihat kamu jadi terluka seperti ini_ " lirih Naura.
" ini tidak sebanding dengan apa yang kamu alami sayang " kata Adrian, tangannya membelai wajah Naura dengan lembut.
Naura menggelengkan kepalanya lalu tersenyum lirih, menyentuh tangan kekar yang menghangatkan itu.
" aku tidak apa-apa sayang " jawab Naura dengan senyum tipis di sudut bibir nya.
Evan perlahan berdiri, Ia menatap punggung Adrian dengan tatapan tajam dan penuh kebencian, Ia membuang ludahnya yang penuh darah.
" wanita gilak itu, membuat luka di wajah tampan ku " geram Evan.Naura dan Adrian langsung mengalihkan perhatian mereka memandang Evan dengan tatapan marah.
" itu adalah bentuk pertahanan diri, " jawab Naura sinis.
" dasar wanita gilak_ akan ku balas ini semua " ancam Evan, manik matanya menangkap dua orang yang Ia kenal. Evan seketika mematung tatapan tajam yang Ia layangkan pada Adrian dan Naura seketika lenyap, di gantikan oleh keterkejutan dan rasa gentar.
" ayah " gumam Evan suaranya seperti bisik, dia terkesima dengan apa yang Ia lihat. 𝖲osok ayahnya yang berdiri tak jauh dari mereka, menatap Evan dengan tatapan tajam kepala tangannya mengepal erat.
Pria tua dengan setelan jas mahal yang rapih, yang selama ini menjadi sosok otoritas dan sumber ketakutannya, benar-benar berdiri di sana menatapnya dengan tajam tak berkedip bahkan urat di kepalanya terlihat jelas.
pak Hardiman melangkah maju, menghampiri putra nya dan mata elangnya sepenuhnya tertuju pada Evan anak semata wayang nya.
" kau " suaranya menggelegar serak dan penuh intimidasi.
" apa yang sudah kau lakukan, Evan. "
Evan yang biasanya sombong kini menciut di hadapan sang ayah, Ia tergarap berusaha untuk mencari pembelaan.
" ayah__A.. aku.. hanya_ "
PLAK
tamparan keras mendarat di pipi Evan yang sudah membiru, meninggalkan bekas merah baru. tamparan itu jauh leh menyakitkan, bukan hanya fisik melainkan juga harga diri Evan. 𝖡aik Adrian, Naura tau pun febian mereka bertiga sama-sama terkejut.
itu pasti sangat menyakitkan, sudah kena gigitan ku, lalu kena pukul suamiku dan kini kena tamparan dari ayahnya. ( suara hati Naura)
tapi itu pantas si _dia dapatkan, apa yang dia lakukan itu adalah hal yang sangat jahat dan bejat. ( batin Naura)
" haya apa " pak Hardiman mencengkram kerah kemeja Evan, menyeret putra nya ke hadapan Naura dan Adrian, mata yang tajam beralih ke Naura yang terkejut.
" nyonya " kata Hardiman, nada suaranya tiba-tiba berubah, jauh lebih tenang namun masih menyimpan ketegasan dan dingin, pak Hardiman membungkuk kan tubuhnya sedikit, sebuah isyarat permintaan maaf.
" saya Hardiman _ saya benar-benar minta maaf yang sebesar-besarnya atas kelakuan biadab putra saya, saya sudah tahu apa yang dia lakukan pada anda, tidak ada kata-kata yang bisa mewakili rasa malu dan penyesalan saya "
" tuan Adrian saya benar-benar minta maaf pada anda, karena putra saya yang bodoh ini, istri anda mengalami hal yang menakutkan "
Naura hanya bisa menatapnya, tangannya masih menggenggam tangan Adrian yang terluka, Adrian memilih untuk tidak ikut campur dia ingin melihat bagaimana Hardiman mengatasi masalah ini.
" dasar tidak tahu malu " handrik Hardiman kembali membentak Evan, mendorongnya hingga tersungkur lagi ke tanah.
" kau pikir dengan melakukan kekerasan dan pelecehan bisa mendapatkan apa yang kau mau?! kau mempermalukan nama keluarga kita "
" ta__ tapi ayah wanita itu yang_ " Evan mencoba membela diri, tangannya menunjuk Naura.
" DIAM " Hardiman menendang pelan kaki Evan,
" aku sudah mendengar semuanya, kamu tidak punya hak menyentuh wanita yang sudah bersuami, apa lagi dengan cara serendah itu Evan! selama ini aku membiarkan mu bermain dengan wanita-wanita yang gak jelas itu, tapi tidak aku sangka kamu juga berani menyentuh wanita yang sudah menikah, sungguh sangat memalukan, kamu pantas mendapatkan pukulan itu " pak Hardiman menunjuk wajah memar Evan.
Pak Hardiman berbalik ke arah Adrian, menatapnya dengan pandangan menilai, lalu mengangguk hormat.
" Taun, saya tahu kemarahan anda tidak akan mereda haya dengan permintaan maaf, tapi saya pastikan Evan akan menerima ganjaran yang setimpal. 𝖲aya akan menarik semua fasilitasnya, membekukan aset nya, dan mengirimnya jauh dari sini agar dia belajar apa artinya tanggung jawab dan etika "
Adrian melangkah maju hingga berdiri sejajar dengan pak Hardiman, lalu Adrian menoleh ke belakang. 𝖬elihat wajah istrinya yang tampak pucat karena kelelahan emosional.
" Denger baik-baik pak Hardiman " kata Adrian dingin, tatapannya sangat tajam hingga pak Hardiman sedikit menundukkan kepalanya.
" jika saya denger atau melihat dia berani muncul lagi di hadapan istri saya. saya tidak perduli siapa anda pak Hardiman. saya akan pastikan dia lumpuh, ini bukan ancaman tapi ini janji "
" oh_ dan tentang kerja sama kita, saya akan membatalkan rencana nya, tentunya anda harus membayar kerugian yang cukup besar sesuai kontak dan janji anda " lanjut Adrian, tangan Adrian mengusap-usap jas pak Hardiman, bukan mengusir debu melainkan meremehkan.
pak Hardiman mengangguk menerima ancaman dari Adrian, Ia menganggapnya sebagai konsekuensi.
" Ingat itu " lalu Ia berbalik menghampiri istrinya yang berdiri tegak dengan wajah yang pucat.
" saya mengerti tuan,, saya akan mengurus putra saya "
" dan tolong mengenai kerja sama kita, saya minta anda memikirkan nya lagi " pinta pak Hardiman,
dapat majikan