NovelToon NovelToon
Suami Ku Yang Relakan

Suami Ku Yang Relakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: ScarletWrittes

Leon, pria yang ku cintai selama 7 tahun tega mengkhianati Yola demi sekertaris bernama Erlin, Yola merasa terpukul melihat tingkah laku suamiku, aku merasa betapa jahatnya suamiku padaku, sampai akhirnya ku memilih untuk mengiklaskan pernikahan kita, tetapi suamiku tidak ingin berpisah bagaimana pilihanku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScarletWrittes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25

Leon merasa kesal dengan perkataan Yoto. Entah kenapa, pria ini membuat Leon semakin emosi dan ingin menonjoknya. Namun, Leon merasa tidak berdaya dan bingung bagaimana caranya mengalahkan Yoto dalam genggamannya.

“Lu pikir lu bisa selalu kayak begini sama Yola? Ya, mungkin sekarang lu bakal menang. Tapi kalau Yola udah tahu lu pria yang kayak gimana, dia pasti akan milih gue. Dan asal lu tahu aja, cinta lama itu selalu bisa balik lagi. Jadi, jangan pernah ngira cinta lu lebih besar daripada gue. Paham, lu?”

Yoto langsung berbalik badan dan masuk ke mobilnya tanpa berkata apa-apa. Sedangkan Leon hanya diam, tidak bisa membalas, lalu menendang tanaman dekat rumahnya.

Leon masuk ke rumah dan mencoba mengetuk pintu kamar Yola dengan perlahan. Namun, Yola tidak mau membuka pintu karena merasa kesal dengan sifat Leon yang arogan dan emosional.

“Sayang, aku minta maaf. Aku udah ngelakuin hal yang di luar dugaan aku. Aku tahu aku salah. Kamu mau kan, maafin aku?”

Yola hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun. Walaupun ia merasa tidak adil dengan sikap Leon, ia harus tegas agar Leon tidak mempermalukannya lagi untuk kedua kalinya.

“Ya udah, kalau kamu nggak mau maafin aku nggak apa-apa. Tapi kamu udah makan belum? Kalau belum, ayo kita makan. Aku masakin apa aja yang kamu mau.”

Yola mendengar itu dan bingung. Apakah Leon bisa memasak untuknya? Selama ini, yang selalu masak adalah dirinya, bukan Leon.

Leon mencoba mengambil simpati Yola. Tiba-tiba ia merintih kesakitan. Yola pun sigap membuka pintu tanpa berkata apa-apa.

Leon merasa senang melihat Yola yang langsung membuka pintu kamar.

“Kamu kenapa tiba-tiba merintih kesakitan? Emang ada yang bikin kamu sakit?”

“Ada, kamu orangnya. Makanya aku sakit hati sama kamu. Kamu mau makan apa? Aku masakin ya.”

“Kayaknya kamu nggak pernah masakin aku apa-apa. Emang kamu bisa masak? Kalau cuma buang-buang bahan, mending nggak usah deh, daripada bikin aku malas.”

Leon terdiam, lalu pergi ke dapur tanpa menjawab. Yola menatapnya, lalu ikut ke dapur. Leon mulai mengambil bahan-bahan simpel untuk dimasak.

“Kamu duduk aja di meja makan, tungguin aku. Nanti aku masakin buat kamu. Kamu tenang aja, kan aku suami kamu. Aku nggak bakal aneh-anehin makanannya.”

“Aku tuh khawatir sama kamu. Takutnya kamu nggak bisa masak, nanti malah kasih aku makanan gosong. Kan kamu nggak pernah masak.”

“Kamu itu ya, selalu aja menghina aku. Aku tuh punya skill, tahu! Walaupun aku sering ke kantor kerja, aku tetap bisa masak. Emang kamu kira sebelum nikah sama kamu aku makannya gimana?”

“Yah, dulu kan ada bibi yang masakin. Kalau sekarang kan nggak ada. Masa iya kamu manggil bibi lagi?”

Leon merasa sedih. Apakah benar dirinya selama ini sudah jahat pada Yola, sehingga Yola membalas dengan sikap dingin sekarang?

Namun, Leon tidak ingin berhenti berusaha bersikap baik. Ia yakin, suatu saat Yola akan mengakui usahanya.

Yola memperhatikan setiap gerakan Leon. Justru itu membuat Leon grogi dan takut melukai dirinya sendiri. Yola mendekat, dan entah kenapa Leon merasa senang bisa dekat seperti ini. Mungkin sudah terlambat, tapi ia tetap ingin mencoba.

“Salah tuh motong sayurnya. Nggak kayak gitu. Potong sayur tuh cuma bagi tiga, ngapain kamu bagi enam? Kamu mau kecilin banget sayurnya?”

“Kamu diem aja dulu. Dengerin aku, coba perhatiin. Nanti kalau makanannya udah jadi, baru kamu kasih tahu rasanya.”

“Dih, dikasih tahu yang benar malah nggak mau denger. Ya udah deh, aku tunggu hasil akhirnya aja. Aku mau nonton TV dulu.”

Leon tersenyum mendengar kata-kata Yola. Sudah lama sekali Yola tidak menonton TV di ruang tamu. Biasanya, dulu ia selalu melakukannya setiap Leon pulang kerja.

Entah kenapa, Leon merasa rindu dengan kehangatan rumahnya di masa lalu. Ia yakin kehangatan itu bisa kembali jika keduanya saling mencintai.

Kalau akhirnya nanti Yola tetap tidak mencintainya, mungkin sekarang adalah waktunya Leon belajar mencintai orang dengan segala kekurangannya.

Setelah selesai masak, Leon menaruh makanan di meja makan, lalu menghampiri Yola. Namun ternyata Yola tertidur di sofa, bukan sedang menonton TV.

Leon hanya tersenyum melihatnya. Mungkin Yola memang kelelahan. Ia pun membiarkan Yola tidur di pangkuannya.

Entah kenapa, Leon merasa bahagia. Padahal dulu ia tidak pernah mau melakukan hal ini untuk Yola, bahkan sering menolaknya.

Tak lama, Yola terbangun. Ia kaget karena merasa lebih tinggi dari biasanya, lalu melihat ada dua kaki di bawahnya. Saat menengadah, ternyata dirinya sedang dipangku Leon.

Yola tidak menyangka Leon mau memangkunya. Namun, perasaannya sudah berbeda. Ia menganggap itu hanya sekadar perhatian biasa.

Leon terbangun bersamaan, lalu mendekap Yola dari belakang. Yola kaget, tidak menyangka Leon bisa seperti itu. Anehnya, ia tidak melepaskan pelukan tersebut.

“Maafin aku ya. Aku mau begini sepuluh menit aja, boleh?”

Yola tidak menjawab. Tetapi diamnya menandakan persetujuan.

Mungkin, tidak ada salahnya bila ia membuka hati lagi untuk Leon, walaupun hatinya sempat tertutup rapat.

Setelah sepuluh menit, Yola melepaskan pelukan itu. Ia berjalan ke meja makan dan mencoba masakan Leon.

Ia makan tanpa ekspresi. Leon menunggu dengan harap-harap cemas.

“Enak. Sesuai selera aku. Tapi lain kali jangan masak lagi, ya. Soalnya aku ngerasa nggak perlu makan malam. Aku takut gendut.”

“Kamu nggak gemuk kok. Kamu imut, berisi. Menurut aku nggak apa-apa kalau kamu makan. Kan kamu juga butuh nutrisi.”

“Aku udah memenuhi nutrisi itu kok pas kerja. Jadi kamu tenang aja, aku nggak bakal kelaparan.”

Leon yang mendengar itu hanya diam saja dan tidak berkata apa-apa, tetapi ia memahami betapa sakit hatinya saat mendengar perkataan Yola.

Yola sadar akan perbuatannya, tetapi tetap saja dirinya hanya berusaha jujur karena tidak mau merepotkan Leon.

Leon mencoba untuk tidak terlalu peduli dengan perkataan Yola, sebab dirinya juga paham apa yang sedang dibicarakan oleh Yola.

Selesai makan, Yola sedang mencuci piring. Saat itulah Leon mendekap Yola dari belakang dengan erat. Awalnya Yola merasa terbebani dengan sikap Leon, namun ia tidak berusaha menolak.

 

Keesokan paginya, Yola mencoba menghubungi Yoto lebih dulu, tetapi Yoto tidak mengangkat telepon. Hingga akhirnya Yola pergi lebih dulu dari rumah dan menuju ke kantor Yoto.

Sementara itu, Leon mencoba membuat sarapan untuk Yola. Namun, saat semuanya selesai, Yola sudah tidak ada di tempat. Sarapan itu pun akhirnya hanya Leon yang menikmati seorang diri.

Leon bingung ke mana perginya Yola, tetapi ia tahu ke mana kemungkinan Yola pergi. Walau bagaimanapun, Leon tidak mau terlalu ikut campur dalam urusan Yola. Ia takut Yola justru merasa semakin risih kepadanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!