Cerita ini lanjutan Aku Yang Tidak Sempurna.
Bakat yang di milikinya adalah warisan dari sang mama yang seorang pelukis terkenal.
Namun ia lebih memilih menjadi pelukis jalanan untuk mengisi waktu luangnya. Berbaur dengan alam itu keinginannya.
Dia adalah Rafan Nashif, seorang pelukis jalanan dan sekaligus seorang CEO di perusahaan.
Namun tidak banyak yang tahu jika dirinya seorang CEO, bahkan pacarnya sendiri pun tidak tahu.
Sehingga ia di hina dan di selingkuhi karena di kira hanya seorang seniman jalanan yang tidak punya masa depan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran, mampir yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka, jika nama tempat, nama orang ada yang sama itu hanya kebetulan semata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Rafan menatap Suryo, namun Suryo malah tidak berani menatap Rafan. Mungkin ada rasa bersalah dalam dirinya.
"Maaf Pak, kalau boleh tahu ada urusan apa ya?" tanya Rafan. Terdengar lembut, namun tegas.
"Saya datang hanya untuk meminta maaf, waktu itu sempat menghina mu. Karena saya tidak tahu ternyata kamu seorang CEO," jawab Suryo.
"Tidak apa-apa Pak, Bapak orang kaya, jadi wajar menghina dan merendahkan orang lain," ujar Rafan.
Suryo kehabisan kata-kata. Ia tidak tahu mau bilang apa lagi? Lidahnya terasa kelu saat berhadapan dengan Rafan.
Tadi, saat sebelum ketemu Rafan, banyak yang ingin di katakan nya. Namun setelah berhadapan dengan Rafan kata-kata itu hilang entah ke mana?
"Kalau tidak ada apa-apa lagi, silakan Pak," kata Rafan mengusir Suryo secara halus.
"Ridho, antar tamu kita sampai lantai bawah," pinta Rafan.
"Baik Tuan!" Ridho pun mempersilakan Suryo untuk keluar dari ruangan Rafan.
Rafan juga dengan hormat mempersilakan Suryo untuk segera keluar dari ruangannya.
Rafan mengerti betul dengan keinginan Suryo, awalnya meminta maaf, ujung-ujungnya meminta untuk kembali kepada anaknya.
Namun Rafan tidak memberikan kesempatan untuk Suryo berbicara. Rafan sudah skakmat Suryo sebelum sempat mengatakan apa-apa.
Rafan tersenyum miring, kemudian melanjutkan pekerjaannya. Rafan tidak terlalu sibuk, namun ia harus secepatnya menyelesaikan pekerjaannya, karena nanti siang akan bertemu pujaan hatinya.
Sementara Ridho mengantar Suryo sampai parkiran, bahkan dengan hormat nya Ridho membukakan pintu mobil untuk Suryo.
Itu semua atas permintaan Rafan untuk memperlakukan orang kaya seperti Suryo. Suryo masuk, kemudian Ridho segera kembali ke ruangannya karena tugasnya sudah selesai.
"Bagaimana? Sudah kamu antar?" tanya Rafan.
"Sudah Tuan, sesuai permintaan Anda. Tapi kenapa harus di perlakukan seperti itu Tuan?" tanya Ridho.
"Karena beliau merasa dirinya orang paling kaya, jadi ya begitulah," jawab Rafan.
Sebenarnya Ridho kurang paham dengan maksud tuan nya. Bahkan ia sampai garuk-garuk kepala setelah keluar dari ruangan Rafan.
Ridho tidak mengerti jika itu adalah sindiran halus yang berikan Rafan kepada Suryo. Menurutnya, tidak perlu emosi menghadapi orang seperti itu.
Cukup buat dia bungkam dengan perilaku yang kita tunjukkan. Dan benar saja, Suryo tidak bisa berkutik di hadapan Rafan.
Sikap sopan dan tutur kata yang lembut dari Rafan, namun terdengar tegas di telinga mereka yang mendengarnya.
Rafan melihat jam tangannya, sebentar lagi saatnya makan siang. Rafan pun menghentikan pekerjaannya dan memberitahu kepada Ridho jika ia akan keluar.
"Tuan akhir-akhir ini jadi sering keluar saat istirahat makan siang, kadang tidak kembali lagi ke perusahaan. Tuan memang banyak berubah akhir-akhir ini. Meski pun begitu, pekerjaan tuan tidak terbengkalai," gumam Ridho.
Rafan dengan setelan jas navy blue terlihat keren. Di tambah kacamata hitam membuat ketampanan dan aura nya semakin kuat.
Dengan langkah lebar nya ia berjalan menuju parkiran. Di lantai bawah cukup sepi karena para karyawan masih bekerja di ruangan masing-masing.
Rafan melajukan mobilnya setelah keluar dari pintu gerbang. Siang hari kendaraan cukup ramai, namun tidak sampai terjadi kemacetan.
Sampailah ia ke tempat Lestari tinggal. Terlihat Lestari sedang menyuapi seorang wanita. Rafan yang hendak keluar dari mobil pun tertahan sejenak.
Rafan tersenyum melihat bagaimana cara Lestari memperlakukan mamanya. Sebelum dia tahu pun sudah di perlakukan dengan baik, apalagi sekarang dia sudah resmi berpacaran dengan Rafan.
Rafan keluar dari mobil dan berjalan menghampiri mereka. Mereka belum menyadari kalau Rafan datang.
"Ma." Seruni, Saskia, dan Lestari menoleh.
"Kamu tidak kerja?" tanya Saskia.
"Ini sudah jam berapa Oma, masa tidak ada istirahat nya sama sekali," jawab Rafan.
"Sebentar ya Bu," ucap Lestari. Seruni mengangguk.
"Mas mau ketoprak?" tanya Lestari.
"Tidak, aku mau kamu sayang," jawab Rafan.
Seruni dan Saskia saling pandang, lalu keduanya pun tersenyum. Mereka ikut bahagia melihat Rafan bahagia.
"Ah Mas bisa aja, aku serius Mas," ujar Lestari.
"Aku juga serius sayang, aku ingin mengajakmu makan di tempat lain," kata Rafan.
Lestari menolak, karena dia masih berjualan. Lagipula ada Saskia dan Seruni di sini. Itu membuatnya semakin tidak enak.
"Pergilah Nak, jualan nya biar Oma borong semuanya," kata Saskia.
Rafan mengacungkan jempol ke Saskia. Saskia hanya mencibir. Karena menurutnya Rafan terlalu lambat dalam bertindak.
Tidak ada pilihan lain, Lestari pun menyiapkan semuanya. Setelah selesai, Lestari pun membungkusnya.
"Oma yakin?" tanyanya memastikan.
"Yakin dong, nih Oma pindai kode QR nya," jawab Saskia.
Lestari pun segera membereskan tempat jualannya, karena sudah habis di beli oleh Saskia. Ada beberapa pembeli yang baru datang pun akhirnya tidak jadi untuk membeli.
Saskia dan Seruni pamit pulang. Ketoprak yang di beli nya nanti akan di berikan kepada mereka yang di temui di jalan. Seperti pemulung dan pejalan kaki juga anak-anak yang kelaparan.
Kita ke mana Mas?" tanya Lestari setelah di dalam mobil.
"Ke cafe tempat kita waktu itu," jawab Rafan.
Lestari tidak lagi bertanya saat mobil terus melaju di jalanan. Hingga mereka tiba di cafe yang di maksud.
Laksmi melihat Lestari keluar dari mobil bersama seorang pemuda tampan. Dia pun langsung pamit sebentar untuk menemui Lestari.
"Tari!" pekik Laksmi.
"Mimi!" balas Lestari lalu mereka pun berpelukan dan cipika-cipiki.
"Dia?" tanya Laksmi.
"Pacarnya Tari," jawab Rafan.
Laksmi melototi Lestari karena tidak bilang-bilang jika sudah punya pacar. Lestari mengatakan jika Laksmi terlalu sibuk, jadi dia pun tidak sempat untuk memberitahu.
Laksmi mengerucutkan bibirnya karena kesal. Mereka berteman cukup lama, semenjak bekerja di sini.
"Laksmi!" panggil Rudi.
"Iya bos." Laksmi pun mengajak Lestari masuk. Karena pengunjung cukup ramai, jadi Laksmi tidak bisa berlama-lama ngobrol dengan Lestari.
"Pak Rafan, silakan Pak," ucap Rudi. Namun matanya melirik ke Lestari.
Lestari tidak lagi melihat buku menu, karena dia sudah hafal dengan menu di sini.
"Samakan saja," kata Rafan setelah Lestari menyebutkan pesanan nya.
"Mohon di tunggu ya Pak, Tari," ucap Rudi.
Rudi sengaja melayani mereka, karena ada Lestari. Dulu sewaktu Lestari bekerja di sini, Lestari lah yang sering di suruh-suruh.
Namun setelah Lestari tidak bekerja lagi, Rudi merasa ada yang hilang. Beberapa waktu yang lalu pengunjung cukup sepi, namun sekarang sudah kembali ramai.
"Sepertinya Rudi menyukai mu," kata Rafan.
"Ah cuekin saja, siapa suruh dia pecat aku tanpa pertimbangan. Bahkan gajiku juga tidak di bayar," ujar Lestari sewot.
Lestari tahu jika Rudi suka sama dia, hanya saja Lestari tidak menggubrisnya. Rudi sering kesal karena selama Lestari bekerja di sini, selalu tidak di tanggapi oleh Lestari.
ada yg dpt karma ternyata sdah mbah dukunnya g mempan, jdi gila kan dia 😛😛
Lestari merasa kehilangan???
Lestari merasa kesepian???
Lestari merasa ada yang kurang???😛😛😛