Ashella Zyla Aurora, gadis yang sangat suka membaca komik. Ia sangat suka membaca novel online atau komik, tapi yang paling Ashel suka adalah membaca komik karena ia bisa melihat langsung karakter tokoh yang sangat tampan dengan gambar yang di buat oleh sang penulis.
Namun sesuatu terjadi, ini sangat diluar akal sehat. Bagaimana bisa saat ia sedang membaca komik, ia malah masuk ke dalam komik tersebut. Dan yang paling parah ia memasuki tokoh antagonis yang sering membully, bahkan saat ia memasuki komik tersebut ia sedang membully seorang cowok culun yang memakai kacamata.
"Udahlah Sha, kasian tuh cowok culun udah babak belur."
"Lo ngomong sama gue? "
"Iya Aleesha."
"Aleesha? gue? " tunjuk Ashella pada dirinya sendiri.
"Ya lo lah, yang namanya Aleesha iris Zephyrine kan cuman lo."
Nama yang sangat familiar, Ashel sangat tahu siapa pemilik nama tersebut. Itu adalah nama antagonis perempuan di komik Charm Obsession.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 - Sethan
"Nih liat perjanjian yang gue buat," Aleesha menyerahkan kertas itu kepada Aidan dan Theo. Mereka berdua dengan teliti membaca apa yang ditulis oleh Aleesha. Mereka terkejut membaca perjanjian itu.
"Ini—" mau dibaca berapa kali pun perjanjian ini hanya menguntungkan Aidan dan Theo.
Isi perjanjiannya adalah:
Aleesha tidak akan membully lagi Aidan dan Theo, jangka waktunya selamanya.
Jika ada yang membully Aidan dan Theo, kalian harus memberitahu Aleesha. Aleesha akan balas dendam terhadap apa yang mereka lakukan. Ibaratnya seperti mata dibalas mata nyawa dibalas nyawa.
Aleesha pastikan tidak akan ada yang berani membully Aidan dan Theo.
Aidan dan Theo akan makan makanan yang selayaknya bukan roti keras dan air putih lagi.
Untuk membuat Aidan dan Theo tetap aman, kalian harus selalu berada di dekat Aleesha. Jika tidak keberatan Aidan dan Theo maukah berteman dengan Aleesha?
Aleesha akan bertanggung jawab merawat Aidan dan Theo jika masih ada luka yang disebabkan oleh Aleesha.
Di bawahnya terdapat tanda tangan Aleesha. Aidan dan Theo menatap Aleesha heran.
"Kenapa apa ada yang kurang? Kalau ada yang kurang kalian bisa tambahkan perjanjian sesuai yang kalian mau," Aleesha menatap Aidan dan Theo bergantian.
"Perjanjian ini hanya menguntungkan aku dan Theo," Theo mengangguk menyetujui ucapan Aidan.
"Terus kenapa? " heran Aleesha.
"Gimana ya," Aidan bingung menjelaskannya.
Melihat Aidan yang kebingungan Theo pun bicara."Perjanjian ini hanya menguntungkan kami, sedangkan kamu tidak mendapatkan apa-apa. Bahkan kamu harus melakukan banyak hal untuk kami."
"Gue buat ini kan biar kalian percaya kalau gue gak akan biarin siapapun bully kalian lagi termasuk gue, jadi kalau sewaktu-waktu ada kejadian yang tidak terduga kalian bisa cari gue, gue benar-benar nyesal atas semua yang gue lakuin, mungkin gue gak pantes dapat maaf dari kalian karena perbuatan gue yang udah kelewatan, maka dari itu gue pengen nebus kesalahan gue dengan melindungi kalian dari siapapun itu, apa kalian percaya sama gue? "
"Aku percaya sama Aleesha," jawab Aidan tersenyum, sedangkan Theo hanya diam saja.
Gue ngerti sih luka yang gue kasih ke Theo gak bisa dimaafin gitu aja
"Gue bakal buktiin dengan perbuatan gue agar kalian percaya," ujar Aleesha sungguh-sungguh.
Aidan menandatangani perjanjian itu, begitu pun dengan Theo. Aleesha tersenyum melihat itu.
"Kalian bisa bawa perjanjian itu sebagai bukti, jadi boleh gak kalau gue jadi teman kalian? " Aleesha menatap penuh harap.
"Boleh," lagi-lagi senyuman terpatri di wajah cowok imut itu. Theo hanya menganggukkan kepalanya.
"Oke makasih ya, sampai ketemu makan malam nanti, jangan lupa temuin gue ya."
"Iya," ujar mereka berbarengan. Kemudian mereka pergi dari perpustakaan.
Akhirnya Aleesha bisa bernafas lega. Sekarang ia harus membuat Aidan dan Theo percaya kepadanya.
Dengan begini gue bisa membuat semua orang percaya bahwa gue udah berubah dan gue gak akan dipandang sebagai tukang bully lagi, tapi masalah tersulit adalah membuat semua orang percaya bahwa gue gak akan bully Grace lagi, apalagi dua pawangnya yang selalu natap gue tajam, pokoknya gue harus yakinin semua orang, apa gue jadi pahlawan kesiangan aja ya? ide yang bagus, meski sulit dan gak akan semudah itu, tapi gue pasti bisa
Aleesha mengangguk-anggukkan kepalanya dan tersenyum tapi itu hanya beberapa detik, Aleesha melunturkan senyumnya melihat seorang pemuda yang bersandar di rak buku dengan bersedekap dada lalu menatapnya tajam dan tersenyum miring.
"Lo pasti mikirin rencana buat bully Grace kan? Itu gak akan pernah berhasil jadi mending lo nyerah aja."
"Apaan sih sok tahu banget lo," kesal Aleesha.
"Halah gak usah nyangkal."
"Gue emang pernah bully Grace tapi itu dulu, sekarang gue gak akan bully dia lagi camkan itu."
Ethan tertawa mendengar ucapan Aleesha seolah-olah ia baru saja mendengar lelucon.
Aleesha menatap Ethan heran."Kenapa lo ketawa? "
"Gak nyangka aja kata yang gak akan pernah diucapkan oleh seorang Aleesha bisa dengan mudah lo ucapin."
"Gue serius gak akan ganggu apalagi bully Grace lagi, percaya sama gue! "
"Buat apa gue percaya sama cewek kayak lo."
"Ck terserah pokoknya gue gak akan bully dia lagi, tapi percuma sih ngomong kayak gini ke orang yang gak akan percaya sama omongan gue, sampai mulut gue berbusa pun lo gak akan percaya kan,"
"Jelas gue gak akan percaya ucapan yang keluar dari mulut lo yang penuh kebohongan itu," Ethan menatap remeh Aleesha. Kini ia berdiri dihadapan Aleesha.
Aleesha mendongakkan kepalanya karena tingginya hanya sebatas dada pemuda itu.
"Daripada lo was-was sama gue, mending sana lo jagain Grace yang lagi bermesraan sama Grey daripada ngerecokin gue," Aleesha pergi dengan menabrak bahu Ethan tapi itu tidak membuat Ethan menyingkir. Ethan masih diam ditempat tidak bergerak sedikit pun.
Sebelum benar-benar pergi Aleesha menoleh kebelakang dan menatap Ethan kesal.
Ethan melihat kepergian gadis itu dengan pandangan yang sulit dijelaskan.
Aleesha berjalan menuju dorm dengan wajah yang kesal."Kok dia gak gerak sedikitpun padahal gue udah nyenggol tuh bocah dengan kekuatan penuh."
Di taman yang berada tepat di antara dorm laki-laki dan perempuan, ada Sheryn dan Lucas yang sedang duduk di salah satu kursi yang ada di taman. Aleesha menghampiri mereka.
"Hukuman lo udah selesai? " tanya Sheryn mempersilahkan Aleesha duduk di sebelahnya.
"Udah."
"Nih minum dulu," Sheryn memberikan air mineral kepada Aleesha.
"Makasih Sheryn," Aleesha meneguk air mineral itu sampai tersisa setengahnya.
"Haus banget? "
"Iya gue cape banget ngerjain hukuman apalagi ada orang yang bikin gue kesal makin bikin tenaga gue terkuras," tiba-tiba terlintas wajah Ethan, entah mengapa hal itu membuat Aleesha kesal.
"Kenapa lo kesal gitu, siapa orang yang bikin lo kesal? "
"Gue terus diawasi sethan," jawab Aleesha berapi-api.
"Setan? " tanya Lucas heran.
"Setan? Sejak kapan lo jadi indihome?"
"Bukan indihome tapi indigo sayang," ujar Lucas menatap Sheryn lembut.
"Eh iya indigo, aku salah nyebut ya," Sheryn menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Gakpapa sayang salah nyebut itu hal yang biasa," Lucas tersenyum menatap Sheryn, Sheryn pun tersenyum.
Aleesha menatap kedua sejoli ini kesal. Bisa-bisanya mereka bermesraan dihadapan dirinya yang jomblo ini.
Merasa ada yang menatap Sheryn pun tersadar bahwa masih ada Aleesha. Ia pun berdehem lalu menatap Aleesha."Lo beneran diawasi Setan? "
"Iya."
"Lo beneran indigo? " tanya Sheryn terkejut.
"Bukan setan beneran tapi sikapnya emang mirip sih," ujar Aleesha.
"Terus siapa yang lo maksud? " tanya Lucas.
"Sethan tuh Ethan."