Elena hanya seorang gadis biasa di sebuah desa yang terletak di pelosok. Namun, siapa sangka identitasnya lebih dari pada itu.
Berbekal pada ingatannya tentang masa depan dunia ini dan juga kekuatan bawaannya, ia berjuang keras mengubah nasibnya dan orang di sekitarnya.
Dapatkah Elena mengubah nasibnya dan orang tercintanya? Ataukah semuanya hanya akan berakhir lebih buruk dari yang seharusnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28: Kepergian
Di kediaman Count Larrens. Jordan tiba-tiba menerima surat berlambang kekaisaran. Ia membukanya dengan hati yang bertanya-tanya. Apa lagi yang diperintahkan oleh sang Kaisar?
Namun, saat Jordan membaca kata demi kata di surat itu, matanya melebar karena terkejut. Ia langsung memanggil ajudannya dan memerintahkan untuk memanggil Pangeran Pertama ke ruang kerjanya sekarang.
Feng yang di beri perintah langsung berjalan ke arah kamar Altheon. Ia mengetuk dan berkata, "Permisi, Pangeran. Tuan Count ingin bertemu dengan anda sekarang juga." Setelah itu Feng tetap diam, menunggu balasan dari Altheon.
Beberapa detik kemudian bunyi Klik terdengar dan pintu kamar itu terbuka. Altheon menatap Feng dan berkata, "Antarkan aku."
Feng hanya bisa mengangguk kecil lalu mengantar Altheon ke ruang kerja Jordan.
Seperti biasanya, di tengah jalan mereka berpapasan dengan dua Larrens bersaudara. Namun, Feng langsung menyela Lark yang biasanya sudah mencari ribut ketika ia bertemu Altheon.
"Maaf, Tuan muda. Saya harus membawa Pangeran ke ruang kerja Tuan Count sekarang," ucap Feng dengan begitu tegas namun tetap dengan takaran sopan.
"Kenapa ayah selalu bertemu dengannya?! Memangnya apa yang kalian bahas?" Lark menyilangkan kedua tangannya di depan dada, bertanya dengan kepala terangkat sombong.
Altheon hanya menatapnya dengan malas dan berkata, "Tanya saja sendiri. Aku tidak punya kewajiban menjawab pertanyaan bodohmu yang tidak tahu batasan itu," tuturnya dengan nada datar.
Altheon tidak mempedulikan kekesalan Lark dan langsung melewatinya begitu saja. Saat itu, matanya juga bertemu dengan Mark. Tapi, Mark tidak mencari ribut seperti Lark. Ia hanya menatap Altheon yang sudah pergi dengan perasaan rumit.
Sesampainya Altheon di depan ruang kerja Jordan. Feng mengetuk pintu dan berkata, "Tuan Count, saya sudah membawa Pangeran Pertama."
"Biarkan dia masuk." Balasan itu langsung membuat Feng mendorong pintu dan mempersilahkan Altheon untuk masuk.
Setelah Altheon masuk, Feng kembali menutup pintunya dan menyisakan mereka berdua.
"Ada apa anda memanggil saya?"
Jordan yang berdiri di depan meja kerjanya dan bertatapan dengan Altheon yang berdiri tegak menghadap dirinya tanpa rasa rendah diri seperti sebelumnya. Jordan melirik ke arah meja kerjanya, dimana ia meletakkan surat dari kekaisaran.
"Ini." Ia memberikan surat itu pada Altheon.
Jordan mengamati ekspresi Altheon yang terlihat sedikit perubahan ketika membaca surat itu. Namun, yang ia lihat adalah senyum miring anak itu. Bukan ekspresi takut ataupun gelisah, melainkan ekspresi bersemangat.
Anak ini gila seperti kaisar....
"Berikan balasan bahwa Pangeran Pertama siap menerima tugas mulia dari sang Kaisar. Saya akan berangkat dalam waktu satu Minggu," jelasnya. Altheon pun langsung membalikkan badan dan pergi dari sana, tidak memberi Jordan kesempatan untuk berbicara sama sekali.
...★----------------★...
Sedangkan di istana, Ellios sedang minum teh bersama Selir Pertama di taman istana. Suasananya terasa begitu asri dengan pemandangan bunga-bunga yang bermekaran, dan angin yang bertiup lembut.
Namun, semua suasana nyaman itu lenyap karena ketegangan yang tak terlihat antara Pangeran Kedua dan Selir Pertama.
Elena yang selalu berdiri tepat di samping Ellios duduk hanya bisa menahan napas dengan gugup. Entah mengapa hanya di tempat itu saja udara terasa begitu sesak.
"Sudah lama kita tidak menghabiskan waktu bersama, kan, anakku?" ucap Viona sambil tersenyum lebar ke arah Ellios hingga matanya berbentuk bulan sabit.
"Iya ... Ibu ...." Ellios hanya menunduk tanpa melihat ke arah Viona. Jari-jarinya meremas gagang cangkir teh dengan erat.
Perasaannya campur aduk karena khawatir tentang Altheon yang akan dikirim ke perbatasan. Ia ingin menghentikan pengiriman Altheon, tapi ia tidak mempunyai kuasa atas itu. Hal itulah yang membuat Ellios tidak bisa tenang sejak kemarin.
"Ada apa, Ellios? Kamu sakit?" tanya Viona. Ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Ellios dan mengangkat pandangannya, membuat pandangan mereka berdua bertemu.
"Ti-tidak ibu ... Aku hanya merasa kurang sehat saja ...." Ellios memaksakan senyumnya pada Viona, dan itu membuat Viona ikut tersenyum.
"Kalau begitu, ibu tidak bisa membiarkan Ellios disini. Sebaiknya kamu beristirahat saja di kamar. El, bisa antarkan Ellios ke kamarnya?" Viona mengalihkan pandangannya ke Elena, dan Elena menanggapinya dengan senyum terpaksa, persis seperti yang dilakukan oleh Ellios sebelumnya.
"Lyra, siapkan barang untuk kita pergi. Katanya malam ini kaisar akan berangkat ke pesta kekaisaran yang sudah bersahabat selama ini. Di pesta itu aku harus tampil cantik di samping kaisar," pekik Viona dengan pelan. Wajahnya bersemu merah ketika Ellios dan Elena telah pergi dari sana.
Sedangkan, Ellios samar-samar mendengar pernyataan Viona dengan tidak sengaja.
Di dalam pikirannya tiba-tiba muncul sebuah ide gila.
Ketika malam tiba, Elena keluar dari kamar Ellios setelah menyelesaikan tugas di kamar Ellios. Ia berjalan menyusuri lorong untuk kembali ke kamarnya sendiri. Namun, di tengah jalannya ia melihat kepergian Viona dan Kaisar menggunakan kereta kuda yang mewah dari kaca lantai dua.
"Kemana mereka akan pergi?" tanya Elena pada dirinya dengan sedikit penasaran. Namun, perhatiannya teralihkan saat mendengar suara pecahan dari dalam kamar Ellios.
Elena yang belum terlalu jauh dari kamar Ellios langsung bergegas kembali. Ia mendobrak pintu dengan wajah panik, takut ada hal yang terjadi dan itu membahayakan Ellios.
Namun, yang Elena dapatkan adalah Ellios yang memakai baju keluar dan sedang menggendong banyak sekali kain di tangannya.
"A-apa yang anda lakukan ...?"
Suasana itu terasa canggung dan hening. Elena dan Ellios hanya bisa berpandang-pandangan dengan wajah terbelalak kaget.
To Be Continued: