MAAFKAN AKU, AYAH

.

“Alhamdulillah Kamu sudah pulang, Dek," bisik pak Ahmad dengan suara bergetar.

"Iya, Mas. Aku pulang,” jawab Aisyah sambil berbisik pula. Air matahari tak bisa mereka cegah untuk mengalir.

Setelah beberapa saat berpelukan, mereka melepaskan pelukan masing-masing. Pak Ahmad menatap wajah Aisyah dengan tatapan penuh cinta. Ia tak berhenti mengagumi wajah Aisyah yang semakin putih bersih dan memancarkan kecantikan dan kelembutan. Mungkin karena tinggal di rumah gedong, dan tidak banyak terpapar sinar matahari seperti saat berada di rumah.

"Kamu semakin cantik saja, Aisyah," ucap Pak Ahmad penuh kejujuran.

Aisyah tersipu malu mendengar pujian Pak Ahmad. "Apaan sih, Mas. Mas ini bisa saja," ucap Aisyah, sambil mencubit lengan Pak Ahmad. "Aku sudah tua begini masih dibilang cantik."

"Bagi Mas, kamu akan selalu menjadi wanita tercantik," ucap Pak Ahmad, dengan tulus.

Aisyah tersenyum bahagia mendengar ucapan Pak Ahmad. Ia merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Pak Ahmad. Suami yang selalu mencintainya dan menghargainya.

Bayu yang melihat adegan kemesraan antara kedua orang tuanya, perlahan menyeret kakinya merapat ke arah Riana. Riana yang juga sedang terpaku melihat keharmonisan antara Pak Ahmad dan Aisyah tersentak kaget ketika tiba-tiba saja Bayu menggenggam tangannya. Gadis itu secara spontan melihat tangannya yang kini digenggam oleh Bayu. Sementara Bayu terlihat sedang menatap ke arah kedua orang tuanya berpura-pura tidak tahu kalau Riana sedang menatap dirinya.

“Yah kalau Bayu pelukan sama Riana juga boleh nggak?" Ucapan Bayu membuat Pak Ahmad dan Aisyah menoleh.

“Tidak boleh!" jawab keduanya bersamaan.

"Ayah dari tadi menggombal terus," sela Bayu, dengan nada bercanda. "Gantian don, Yah. Bayu kan juga kangen sama ibu?" Bayu yang sudah melepaskan tangannya dari Riana berpura-pura merajuk.

Pak Ahmad dan Aisyah tertawa mendengar ucapan Bayu. “Lihat Aisyah, anakmu cemburu gitu," ucapan Ahmad yang terkekeh geli.

Aisyah tersenyum lalu melepaskan pegangan tangannya dari sang suami kemudian menghampiri dan memeluk Bayu erat-erat.

"Anak Ibu cepat sekali jadi besar," ucap Aisyah, dengan nada haru. "Ibu kangen banget sama kamu."

Bayu membalas pelukan ibunya dengan erat. "Bayu juga kangen banget sama Ibu," ucap Bayu, dengan suara bergetar.

“Ini Riana ya? Yang sering kamu ceritakan itu?" tanya Aisyah setelah melepaskan pelukan dari Bayu. Ia mendekat ke arah Riana yang berdiri kaku dengan wajah sedikit kaget.

"Bayu bercerita apa tentang aku pada ibunya?” gumam Riana dalam hati.

“Iya, Bulik. Saya, Riana," jawab Riana sambil mengulurkan tangannya kemudian mencium punggung tangan Aisyah dengan takzim.

Mengusap pucuk kepala Riana dengan lembut. Sebelumnya dia juga sudah mengenal Riana sebagai teman sekolah Bayu. Namun, mereka tidak terlalu akrab.

*

Setelah berbincang sejenak, pak Ahmad segera mengajak mereka pulang. Ia mengambil koper Aisyah dan berjalan menuju tempat parkir sambil menggandeng tangan Aisyah. Bayu dan Riana berjalan di belakang mereka.

Di dalam mobil, suasana terasa sangat hangat dan bahagia. Pak Ahmad dan Aisyah terus bercerita tentang pengalaman mereka selama berpisah. Bayu juga ikut bercerita tentang kegiatan sehari-harinya.

Perjalanan pulang terasa sangat singkat. Tak terasa, mereka sudah tiba di depan rumah mereka. Para tetangga yang berpapasan dengan mobil yang dikendarai oleh pak Ahmad, segera mengejar untuk ikut menyambut kedatangan Aisyah.

Pak Ahmad memarkirkan mobil di depan rumah dan mereka bertiga turun dari mobil. Para tetangga segera menghampiri mereka dan memberikan ucapan selamat kepada Aisyah.

“Aisyah, Ya Allah kamu sudah pulang," seru seorang tetangga yang langsung menyongsong begitu Aisyah turun dari mobil dan baru menginjakkan kaki di teras.

Aisyah tersenyum dan merasa sangat terharu dengan sambutan hangat yang diberikan oleh para tetangga.

“Alhamdulillah, Mbak," jawab Aisyah membalas pelukan dengan haru. “ Mbak apa kabar?"

"Mbak juga baik. Kowe mundak uayu, Syah (kamu semakin cuantik),” ucap tetangga itu. "Wajahmu dadi glowing,” lanjutnya membuat Aisyah semua yang ada tertawa. Setelah pelukan keduanya terlepas, Aisyah juga menyambut pelukan ibu-ibu lainnya.

Bayu bergegas membuka pintu, dan mempersilakan para tetangga yang memang teman-teman ibunya masuk. Dua tahun tidak bertemu, mungkin mereka ingin melepas rindu.

Namun, para ibu-ibu itu menolak masuk. Mereka cukup tahu jika Aisyah pasti lelah setelah perjalanan jauh. Jadi, mereka memilih berpamitan pulang.

.

Setelah para tetangga pergi, Aisyah menatap rumahnya dengan tatapan haru. Rumah sederhana yang telah lama ia tinggalkan. Rumah yang menyimpan banyak kenangan indah bersama keluarga tercinta.

Pak Ahmad merangkul Aisyah dan membimbingnya masuk ke dalam rumah. Bayu dan Riana mengikuti mereka dari belakang sambil membawa koper Aisyah.

Sesampainya di dalam rumah, Aisyah melihat sekeliling ruangan dengan mata terbelalak takjub. Di dinding ruang tamu, tertempel selembar kertas berukuran besar yang dicat dengan warna-warni. Di atasnya tertulis: "SELAMAT DATANG KEMBALI, IBU — KITA SAYANG IBU!"

"Maa syaa Allah, bagusnya. Ini Bayu yang buat sendiri?" tanya Aisyah dengan mata berkaca-kaca.

Bayu menggaruk tengkuknya sambil menunjukkan deretan giginya. “Riana yang bikin, Bu," jawabnya jujur.

Aisyah mendekat dan memeluk keduanya bersama-sama. "Terima kasih, Nak. Ini hadiah terbaik buat Ibu."