Rona baru saja sampai di mejanya, gadis itu terkejut saat mendengar suara seseorang yang tidak di duga-duganya menyatakan suka kepada nya.
Restu sosok laki-laki yang menjadi incaran para gadis berdiri sambil tersenyum lebar melihat nya
Akankah dia menerimanya ataukah tidak.
Apakah status sosial tidak membuat bimbang
Simak kisah nya di sini ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Airina Nu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Hidup adalah suatu anugerah dari yang maha kuasa untuk setiap insan untuk merasakan betapa hidup ini harus di nikmati sampai batas waktunya tiba untuk kembali kehadapan nya.
Begitulah yang sekarang sedang di pikirkan oleh Amelia.Gadis itu kini berada di dalam kamar nya bersama kedua sahabatnya yang menemaninya.Setelah acara pengajian selesai ke tiganya pun langsung memutuskan untuk beristirahat.
Amelia melirik kearah dua sahabatnya yang kini sudah tertidur pulas.Sungguh hatinya begitu bersyukur karena mempunyai sahabat seperti mereka.
Lama gadis itu terdiam menatap langit- langit kamarnya hingga perlahan-lahan dia pun mencoba untuk menutup kedua mata nya untuk tidur tapi lagi-lagi sia-sia rasa kantuk tak sekali pun datang dan membuat nya akhirnya memutuskan untuk bangun.
Dengan perlahan-lahan dia pun turun dari atas tempat tidurnya dan langsung menuju ke arah meja belajar nya lalu duduk di sana.Lama dia dalam posisi itu hingga tak lama dia pun mengambil sesuatu dari dalam buku pelajaran nya.
Di pandangi nya amplop cokelat itu lama hingga tak lama kemudian dia pun langsung membuka laci meja belajar nya dan meletakkan amplop itu di dalam nya.
"Padahal ini adalah salah satu harapan ku tapi sebelum aku mendapatkan nya aku harus kehilangan lagi".batinnya lalu menutup laci itu lagi.
" Ini adalah kejutan untuk dan ibu tapi sebelum Amelia memberitahukannya Bapak sudah dulu memberikan Amelia kejutan".ucapnya lagi hingga tanpa terasa air matanya pun jatuh di kedua pipinya dan langsung di hapus nya.
Amelia menoleh kearah tempat tidur di mana kedua sahabat nya masih tertidur pulas.Dengan mata lelah dia pun kembali bergabung dengan dua sahabat nya.
"Aku harus istirahat walaupun hanya sejenak".batinnya dalam hati dan tak lama kedua matanya pun terpejam.
Dua minggu kemudian.
Amelia terbangun tepat pukul 3 pagi, seperti biasanya gadis itu langsung melakukan aktifitas seperti biasanya, melakukan sholat malam setelah itu gadis itupun langsung melakukan pekerjaan rumah sambil menunggu waktu subuh tiba.
Tubuh nya begitu lelah tapi gadis itu mencoba melakukannya pekerjaan nya dengan ikhlas karena setelah kepergian Bapak nya kondisi ibunya pun masih terguncang dan banyak mengurung diri di dalam kamar hingga mengabaikan dirinya dan juga kedua adiknya.
Jadilah dirinya sebagai anak tertua akhirnya mengambil alih tugas Ibu nya selama sang ibu masih dalam keadaan berduka karena kehilangan sebagian belahan jiwa nya.
Tanpa terasa Amelia sudah menyelesaikan pekerjaan rumah nya.Sarapan pun sudah tersedia diatas meja beserta lauk-pauk untuk makan siang dan dia pun juga mengisinya ke dalam kotak bekalnya karena sehabis pulang sekolah gadis itu langsung bekerja part-time di restoran.
Setelah melaksanakan sholat subuh bersama kedua adiknya Amelia dan kedua adiknya pun bersiap-bersiap untuk sekolah.
Di meja makan
"Makan yang banyak".ucapnya kepada kedua adiknya dan kedua adiknya pun mengangguk.
" Kalian berdua mau membawa bekal? tanyanya.
"Mau kak".jawab keduanya membuat gadis itu pun langsung tersenyum.
" Biar kakak siapkan dulu ya".katanya sambil bangun dari duduk nya menuju ke arah dapur.
Di saat gadis itu tidak ada kedua anak laki-laki beda usia itupun langsung berbicara
" Abang udah lihat Ibu? tanya si bungsu Rei.
"Belum".jawab nya sambil memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
Rei pun langsung terdiam sambil melihat kearah pintu kamar Ibu nya yang sedari tertutup dan Zai yang melihat perubahan raut wajah adiknya itupun langsung bertanya
"Ada apa?
" Rei rindu sama Ibu".ucapnya dan membuat hati Zai terkejut mendengar keluhan adiknya.
Zai pun terdiam lalu bangun dari duduk nya dan langsung memeluk tubuh adiknya dari belakang.Sungguh diri nya tau kalau adiknya sekarang sangat merindukan sosok ibunya.
"Yang sabar ya Dek,mungkin Ibu membutuhkan waktu untuk sendiri. Kita berdoa saja semoga ibu bisa cepat kembali ceria seperti dulu".ucapnya menenangkan adiknya.Sungguh diri nya pun tau kalau sang adik bungsunya ini begitu dekat dengan kedua orang tuanya.
" Tapi sampai kapan Bang?tanyanya lirih membuat seseorang yang sedari tadi berdiri di depan pintu dapur itu pun hanya terdiam urung melangkah mendekat. Dalam hatinya ingin sekali merengkuh dan memeluk kedua adiknya tapi saat dia menyadari kalau kini air matanya jatuh akhirnya dia pun hanya melihat nya dari jauh sambil menangis menyaksikannya.
Lama dia dalam posisi seperti itu hingga akhirnya dia pun memutuskan untuk masuk ke kamar mandi di dekat dapur.Di dalam sana gadis cantik itupun langsung membasuh mukanya dengan air.Dan mengontrol perasaannya barulah dia memutuskan untuk keluar sambil membawa dua kotak bekal untuk kedua adiknya.
"Maaf ya kakak lama,tadi mencari kota bekal dulu".ucapnya setelah sampai di meja makan dia mana kedua adiknya sudah selesai sarapan.
" Nggak apa-apa kak".
"Ini untuk kamu Zai dan yang ini untuk kamu Dek".katanya sambil memberikan bok makan kepada kedua adiknya dan kedua nya pun menerimanya lalu memasukkan ke dalam tas sekolahnya.
" Dan ini uang saku untuk kalian ".ucapnya lagi sambil memberikan dua lembar uang pecahan 20 ribuan kepada kedua adiknya.
Kedua nya pun tersenyum.
" Makasih kakak".ucap keduanya begitu bahagia karena kakaknya begitu peduli kepada mereka berdua. Sungguh hati keduanya begitu beruntung karena memiliki kakaknya.
"Iya sama-sama.Ingat kalau kalian butuh sesuatu bilang sama kakak ya nggak usah sungkan".ucap nya dan di angguki oleh kedua nya.
" Sekarang berangkat dih,ojek jemputan kalian sudah menunggu di depan ".
"Iya kak".jawab keduanya sambil bangun dari duduk nya dan menyalami tangan kanan kakaknya dengan takzim barulah keduanya pun berangkat ke sekolah.
Amelia pun merapihkan meja makan dan membawa peralatan makan yang kotor ke wastafel. Setelah selesai mencuci nya barulah gadis itu bersiap untuk berangkat ke sekolah dengan mengendarai motor peninggalan Bapaknya.
Di sekolah.
Terlihat dua orang gadis kini sedang berjalan mondar-mandir di depan gerbang sekolah nya.Sesekali keduanya melihat kearah ponsel dan jam tangan nya.
"Telpon nggak ya? tanya Prisa kepada Dinda yang berdiri di samping nya.
" Ini gue lagi telpon tapi nggak di angkat-angkat".kata Dinda memberitahu.
"Apa dia sakit kali? tanya Prisa sambil melihat kearah pintu gerbang yang terdapat siswa-siswi yang berlalu lalang.
"Bisa jadi".jawab Dinda hingga akhirnya penantian mereka pun tidak sia-sia saat melihat sebuah motor matic masuk kedalam halaman sekolah.
" Panjang umur tuh anak di omongin datang".celetuk Dinda dan Prisa pun hanya mengangguk mengiyakannya.
Mereka pun berjalan mendekati seorang gadis berhijab dan juga memakai masker itupun menoleh ke arah keduanya.
"Gue kira elo nggak masuk Rona? tanya Prisa membuat gadis berhijab itupun melihat keduanya dan tersenyum di balik masker nya.
" Tadi ngurusin nyokap dulu".katanya memberitahu membuat kedua sahabatnya itupun langsung mengerti.
"Udah masuk yuk, sedikit lagi bel".ajak Amelia sambil merangkul kedua sahabatnya.
" Terima kasih karena kalian selalu ada untuk ku".ucapnya dalam hati.
Bersambung