Alexa Rahmania atau biasa di panggil Ale mahasiswi berprestasi penyuka anak kecil. Ale anak kedua dari pasangan Rahmat Hudaya seorang pegawai pemerintahan dan Ida ningsih ibu rumah tangga.
Ardan Ramadhan kakak dari Ale seorang abdi negara kebanggaan Ibu Ida. Ibu Ida kerap kali membedakan kedua putra putrinya.
Bagaimana kisahnya??
Ikuti terus ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Meitania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Siang
Akhirnya terungkap jika Dinda dekat dengan Bang Wahyu polantas teman dari kakak kandung Ale. Ale segera memberi pemahaman mengenai pekerjaan Bang Wahyu yang Ale ketahui dari Abangnya. Dinda pun akhirnya memutuskan untuk ke rumah Oma Winda saja menemani Keira bermain karena Ale tengah berada di kantor Bima.
Bima yang ingin mengeluarkan suara pun Ale tahan karena Ale menghargai Dinda sahabatnya yang tengah bercurhat. Sebagai sahabat sekaligus Tante ipar Ale menghargai curhatan Dinda. Membuat Bima sedikit kesal namun mulutnya bisa bungkam ketika Ale membiarkan Bima memainkan gundukan kesukaannya. Walaupun Ale harus menahan agar suaranya tetap stabil terdengar oleh Dinda.
"Aah.."
Suara desahan Ale membuat Bima mendongakkan kepalanya. Kemudian Bima melepaskan mainannya. Ale tersenyum menatap Bima.
"Dinda?" Tanya Bima.
"Telfonnya udah mati Mas. Ayok makan." Ajak Ale dengan santainya.
"Makan kamu dulu lah Yang nanggung." Bima.
"Nanti keburu dingin makanannya ga enak." Ale.
"Enak udah ayo nanggung nih." Rengek Bima.
Bima telah mengunci dan menutup tirai ruangannya. Beruntung Bima menggunakan pengedap suara di ruangannya. Walaupun ada ruangan pribadi di ruangannya namun Bima ingin melakukannya di sofa namun merasa tak puas Bima pun membawa Ale ke dalam ruangannya dan melanjutkan kembali aksinya di dalam ruang pribadinya.
Hingga jam makan siang terlewat Bima masih menjalankan aksinya. Firman di buat geram karena Bima tak bisa di hubungi pasalnya mereka ada meeting di jam 2. Terpaksa Bima memimpin meeting tanpa Bima dengan alasan yang meyakinkan agar yang lain tak curiga.
"Pak, kenapa Pak Bima tidak ikut bersama kita?" Bela.
"Beliau berhalangan. Saya yang mewakilkan. Nanti catat semuanya jangan sampai ada yang terlewat dan laporkan pada saya terlebih dahulu sebelum kamu berikan laporannya pada Bos." Firman.
"Baik Pak." Bela.
Bela merasa aneh karena Bima tak memimpin Meeting padahal Bima ada di dalam ruangannya. Bela semakin penasaran dengan perempuan muda yang datang tadi bahkan. Firman memanggilnya dengan sebutan Nyonya padahal perempuan itu masih terlihat muda bahkan mungkin masih seorang pelajar.
Sementara Dinda telah sampai di kediaman Oma Winda. Dinda menyapa Oma Winda yang tengah duduk menemani Keira bermain di playmatt. Hanya mereka berdua tak terlihat Suster Yuli. Hanya ada Bibi yang wara-wiri di sekitar Oma Winda dan Keira.
"Oma, kemana sus Yuli?" Tanya Dinda setelah mencium punggung tangan Oma Winda dan mencium pipi kanan dan kirinya.
Dinda pun menciumi pipi Keira dan Keira tampak terusik dan kesal.
"Suster sedang makan siang tadi bergantian karena Kakak ga mau bobo." Oma Winda.
"Loh, kenapa Kakak ga mau bobo?" Tanya Dinda memindahkan Keira dalam pangkuannya.
"Ga tau ini biasanya udah bobo lagi. Nyari Mommy nya kayanya." Oma Winda.
"Emang perginya udah lama Oma?" Dinda.
"Sebelum makan siang. Tadinya Ale ga mau pergi tapi Oma paksa biar Ale punya waktu berdua dengan Bima." Oma Winda.
"Owh! Paling nanti pulang sore bareng Om Bima." Dinda.
"Ya sepertinya begitu. Ga mungkin si Bima biarin Ale pulang sendiri." Oma Winda.
"Hahaha.... Masuk kandang macan jangan harap keluar dengan selamat begitu ya Oma." Dinda.
"Bukan lagi lah. Tapi Oma bersyukur Ale bisa menaklukkan Bima walaupun sikap Bima masih dingin menghadapi yang lain. Namun, sikapnya pada Ale sudah berubah dan lebih lembut." Oma Winda.
"Ale memang sabar Oma. Dinda yakin Ale bisa menghadapi Om Bim. Hanya saja Dinda sedikit kesal dan khawatir pas kejadian kemarin itu."Dinda.
"Sudah jangan membahasnya lagi kasian Dina dia jadi merasa bersalah sekali." Oma Winda.
"Iya Oma. Untung Ale bisa segera menenangkan Kak Dina." Dinda.
Keira merengek di pangkuan Dinda dan sepertinya Keira merasa ngantuk. Dinda pun meminta Bibi untuk membuatkan susu untuk Keira. Kemudian. Dinda menimang Keira sebelum susu nya datang. Setelah di berikan susu dalam botolnya Keira pun tertidur. Dinda menyimpannya di kamarnya.
"Suster istirahat saja. Biar Kei tidur. Nanti sesekali di lihat saja ya sus." Dinda.
"Iya Nona." Suster Yuli.
Di dalam ruang pribadinya Bima terlihat Ale terkulai lemas di atas tempat tidur. Bima menyuapi Ale makan siang yang sudah terlewat. Bima pun baru menyadari jika dirinya harus memimpin meeting siang ini. Segera meraih ponselnya yang di letakkan di meja kebesaran nya. Dan ternyata Firman sudah menghubunginya berkali-kali bahkan Firman mengirimkan pesan padanya.
Bima segera membalas pesan Firman tanpa bersalah. Membuat Firman yang menerima pesannya do ruang meeting merasa gemas sendiri dengan tingkah bos sekaligus sahabatnya. Pasalnya Bima sudah menikah dua kali sementara dirinya satu kali pun gagal.
"Ada apa Mas?" Ale.
"Mas lupa sayang. Kalo Mas ada meeting siang ini." Bima.
"Tuh kan Ale bilang juga. Ale ga usah ke sini." Ucap Ale memajukan bibirnya.
"Jangan begitu sayang Mas jadi ingin lagi loh." Bima.
"Mas,,, habis tenaga ku." Ale.
"Makanya Mas suapi kamu agar kembali bertenaga sayang." Bima.
"Mas," Rengek Ale.
"Iya sayang,,, ngga sekarang Mas ga akan melakukannya lagi. Tapi nanti malam ya." Bima.
Ale hanya bisa pasrah dengan apa yang Bima inginkan. Jika menolak dirinya takut akan dosa. Dan Bima pun akan terus membujuknya seperti anak kecil yang menginginkan mainan. Setelah menyelesaikan makan siang nya mereka pun segera bersih-bersih dan kembali menggunakan pakaian mereka.
"Mas, periksa laporan hasil meeting tadi dulu ya sayang setelah itu kita pulang." Bima.
"Hm..." Jawan Ale singkat.
"Kamu mau bobo dulu?" Bima.
"Ngga. Ale tunggu di sini aja ya Mas." Ale duduk di sofa sedikit merebahkan kepalanya di sandaran sofa.
Bima meminta Firman mengantarkan hasil laporannya. Firman pun segera mengantarkannya ke dalam ruangan Bima. Firman melirik sekilas ke arah sofa dimana Ale duduk dan di lihatnya Ale begitu lemas dan Firman pun kini yakin jika Bima telah menggarapnya tadi. Pantas saja ponselnya tak dapat di hubungi.
"Ini laporannya Bos." Firman.
"Makasih Man. Saya periksa dulu nanti saya panggil kamu lagi." Bima.
"Baik Bos. Saya kembali ke ruangan saya Bos." Firman.
Bima pun degan serius memeriksa laporan yang firman kirimkan. Setelah selesai dan Ale merasa puas dangan hasil laporan Firman. Bima pun segera membereskan pekerjaannya dan segera mengajak Ale pulang.
"Ayo sayang kita pulang." Bima.
"Mas sudah selesai?" Ale.
"Sudah. Ini Mas mau kasih ke Firman dulu sebentar sekalian kita keluar ya." Bima.
"Oke." Ale.
Ale bergelayut di lengan Bima. Kemudian Bima berbicara pada Bela sekretaris nya jika dirinya pulang lebih dulu tanpa mengenakan siapa Ale. Kemudian Bima dan Ale ke ruangan Firman untuk mengantarkan laporannya. Setelah itu mereka pulang. Tono pun di buat bengong melihat Bima jalan bergandengan dengan perempuan muda yang dia temui tadi.
🌹🌹🌹