JURUS TERAKHIR TUANKU/ TUANGKU
Ribuan tahun lamanya, daratan Xianwu mengenal satu hukum: kekuasaan dipegang oleh pemilik teknik bela diri pamungkas.
Tuanku —seorang pewaris klan kuno yang tersisa—telah hidup dalam bayang-bayang kehancuran. Ia tidak memiliki bakat kultivasi, tubuhnya lemah, dan nyaris menjadi sampah di mata dunia persilatan.
Namun, saat desakan musuh mencapai puncaknya, sebuah gulungan usang terbuka di hadapannya. Gulungan itu hanya berisi satu teknik, satu gerakan mematikan yang diwariskan dari para pendahulu: "Jurus Terakhir Tuanku".
Jurus ini bukan tentang kekuatan, melainkan tentang pengorbanan, rahasia alam semesta, dan harga yang harus dibayar untuk menjadi yang terkuat.
Mampukah Tuanku, dengan satu jurus misterius itu, mengubah takdirnya, membalaskan dendam klannya, dan berdiri sebagai Tuanku yang baru di bawah langit Xianwu?
Ikuti kisah tentang warisan terlarang, kehormatan yang direbut kembali, dan satu jurus yang mampu menghancurkan seluruh dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
NOVEL: JURUS TERAKHIR TUANKU II:
WARISAN SANG PENYEIMBANG
BAB 24: WARISAN GELAP DAN KUNCI PEMURNIAN NAGA
1. Perjalanan Kembali dan Bayangan Raja Bayangan
Putra Angin segera kembali ke Daratan Xianwu, meninggalkan Jantung Kristal di bawah perlindungan sementara dari Tongkat Lin Kai dan Zeta Enam. Kedatangannya di Puncak Keseimbangan disambut dengan suasana tegang, berbeda dengan kedamaian abadi yang seharusnya ada.
Putri Keseimbangan, keturunan langsung dari Fatimah dan Liandra, menyambutnya. Ia memancarkan aura Qi Yin yang terkendali, simbol nyata dari warisan ganda Tuanku.
"Retakan di Barat adalah manifestasi dari ketidakstabilan di sini," kata Putri Keseimbangan. "Qi Yin Murni membutuhkan penyaluran. Jika tidak digunakan untuk menyegel, ia akan mencari kehancuran."
"Di mana Raja Bayangan?" tanya Putra Angin, sambil memasukkan Rin ke dalam saku jubahnya.
"Di bekas wilayah Klan Naga Hitam. Dia mengasingkan diri," jawab Putri Keseimbangan. "Dia takut. Setiap kali emosinya bergejolak, Qi di sekitarnya mati. Tanpa sengaja, dia telah menghancurkan ladang spiritual dan mematikan mata air Qi di desa-desa terpencil."
Mereka tiba di hutan yang dulunya merupakan benteng Naga Hitam. Suasana di sini sunyi, tetapi bukan kedamaian; melainkan kehampaan Qi. Pohon-pohon tampak layu, dan tanahnya dingin.
"Dia ada di sana," bisik Putri Keseimbangan, menunjuk ke sebuah gua yang gelap. "Dia tidak tahu bagaimana mengendalikan Qi Yin Murni-nya yang bereinkarnasi. Dia percaya dia adalah kutukan baru."
Putra Angin berjalan mendekati gua. Ia merasakan Qi Yin Murni yang sangat padat, lebih dingin daripada Qi Yin Mutlak Tuanku. Qi ini murni, tetapi tanpa sentuhan kehidupan.
"Aku akan masuk sendiri," kata Putra Angin. "Dia tidak akan menyakiti kita. Kita memiliki Rin, dan kita memiliki filosofi. Kita akan memberinya cermin."
2. Pertemuan dengan Kekosongan
Di dalam gua yang dingin, duduk seorang pemuda dengan mata yang gelap dan murung. Tubuhnya memancarkan dingin yang ekstrem. Ia adalah Raja Bayangan, pewaris genetik Kutukan Jiwa.
"Pergilah," desis Raja Bayangan, suaranya dipenuhi kesedihan yang dalam. "Aku adalah kekosongan. Aku akan menghancurkan Qi-mu."
Putra Angin duduk dengan tenang di hadapannya. "Aku tidak akan pergi. Aku datang untuk melihat Kutukan Jiwa yang telah diatasi. Mengapa kau menyebut dirimu kekosongan?"
"Setiap kali aku marah, setiap kali aku sedih... Qi mati. Aku adalah kutukan dari Raja Kultivasi yang lenyap, Tuanku!" Raja Bayangan berteriak.
Seketika, Qi Yin Murni-nya meledak. Qi Putra Angin ditekan, Tongkat Lin Kai bergetar. Rin, di saku Putra Angin, mengeong keras, Qi Yang-nya merangkak keluar, menciptakan perisai hangat di sekitar mereka.
"Lihat," kata Putra Angin, menunjuk ke sehelai lumut yang hampir mati di samping Raja Bayangan. "Qi-mu tidak mati, ia dipisahkan. Kau hanya memiliki Qi Yin Murni, yang paling gelap. Kau hanya membutuhkan Qi Yang Murni untuk menjadi utuh."
Raja Bayangan melihat Rin. Ia terkejut. Rin tidak terpengaruh oleh Qi Yin Murni-nya; malah, Qi Yang Rin tertarik padanya, menciptakan pusaran Yin-Yang kecil.
"Dia... tidak takut padaku?"
"Dia adalah Keseimbangan Murni. Dia adalah setengah dari dirimu yang hilang," kata Putra Angin. "Qi Yin Murni-mu, yang merupakan warisan terberat dari Tuanku, adalah kunci untuk menyegel Qian Yu. Kau bukan kutukan, kau adalah Segel Terakhir."
Raja Bayangan terdiam. Untuk pertama kalinya, seseorang memberinya tujuan, bukan ketakutan.
3. Misi ke Roh Timur dan Cangkang Naga
Putra Angin berhasil membujuk Raja Bayangan. Dengan ditemani oleh Putri Keseimbangan, yang Qi Yin-nya yang lebih stabil berfungsi sebagai buffer, mereka memulai perjalanan ke Benua Roh Timur.
Misi mereka: mencari Cangkang Naga, pengganti Air Mata Naga.
Di Roh Timur, mereka bertemu dengan utusan yang ditugaskan, seorang Master Spiritual tua dari klan Xiao Long.
"Cangkang Naga adalah legenda," kata Master Spiritual tua itu. "Itu adalah kulit naga spiritual yang telah hidup selama ribuan tahun, dan kulit itu dapat menyerap semua bentuk Qi, memurnikannya, dan melepaskannya kembali dalam bentuk yang paling murni. Itu adalah pemurni Qi terkuat di dunia."
"Kami butuh itu untuk menyegel Jantung Kristal," kata Putra Angin. "Air Mata Naga telah diserap."
Master Spiritual itu menunjuk ke puncak Gunung Naga. "Cangkang itu diletakkan di Puncak Naga, dijaga oleh Qi Roh Hewan Buas yang telah disaring. Qi itu sangat damai, tetapi juga sangat kuat. Hanya yang memiliki Qi Konflik yang dapat memohon Cangkang itu. Karena kedamaian telah lama ada, Qi damai kami tidak dapat mencapai Cangkang."
Raja Bayangan melangkah maju. "Qi Konflik. Saya memilikinya. Qi Yin Murni saya adalah inti dari semua konflik, dan penolakan terhadap keseimbangan."
Putra Angin mengangguk. "Raja Bayangan, kau adalah satu-satunya yang bisa memohon Cangkang Naga. Qi Yin Murni-mu, yang berlawanan dengan kedamaian, akan menciptakan resonansi yang dibutuhkan."
4. Ujian di Puncak Naga
Mereka mendaki Puncak Naga. Di puncaknya, terletak altar yang diselimuti kabut. Kabut itu adalah Qi Roh Hewan Buas yang sangat damai, terasa seperti bantal lembut yang menolak sentuhan.
"Ini adalah Qi kedamaian. Qi-mu akan ditolak," kata Putra Angin.
Raja Bayangan berdiri di hadapan kabut. Ia menutup mata, memanggil Qi Yin Murni-nya yang gelap.
HUUUU!
Qi Yin Murni yang dingin meledak, berbenturan dengan Qi damai. Kabut itu menjerit, mundur dari Qi yang sangat ekstrem itu.
"Ini dia! Kebalikan!" seru Putri Keseimbangan.
Raja Bayangan menyalurkan Qi Yin Murni ke kabut, memaksakan keberadaannya yang gelap ke dalam kedamaian. Perjuangan itu menyakitkan; Raja Bayangan merasakan Qi Yin Murni-nya ingin menariknya ke dalam kehampaan.
Rin, si kucing, segera melompat ke bahu Raja Bayangan. Rin mengeluarkan Qi Yang Murni-nya, membanjiri Raja Bayangan dengan kehangatan.
Ini adalah momen kritis: Yin Murni dan Yang Murni bertemu tanpa penyaring.
Raja Bayangan menjerit kesakitan, tetapi ia bertahan. Qi Yin Murni-nya tidak menghancurkan; ia kini menyadari batasnya, berkat Qi Yang Rin.
Ketika Qi Yin Murni mencapai titik maksimalnya, kabut itu bubar. Di tengah altar, muncul sebuah cangkang naga yang besar dan berkilauan, berwarna giok gelap. Itu adalah Cangkang Naga.
"Ambil Cangkang itu! Cepat!" teriak Putra Angin.
Raja Bayangan menyentuh Cangkang Naga. Seketika, Cangkang itu menyerap Qi Yin Murni-nya. Cangkang itu menyaring Qi itu, membersihkan rasa sakit dan kehampaan, dan melepaskan Qi Yin yang kini terasa tenang dan kuat.
Raja Bayangan, yang kini Qi-nya stabil dan tenang, tersenyum untuk pertama kalinya. "Aku... tidak lagi kekosongan."
Mereka telah berhasil. Mereka mendapatkan Cangkang Naga yang disaring oleh Qi Yin Murni yang stabil.
"Sekarang," kata Putra Angin, memanggul Cangkang Naga yang kini terasa ringan, "saatnya kembali ke Barat. Kita akan menutup segel itu, dan memurnikan Jantung Kristal selamanya."
Misi telah memasuki fase terakhir. Mereka memiliki Cangkang Naga dan Raja Bayangan yang kini stabil; warisan Kutukan Jiwa siap untuk menyelamatkan peradaban.