NovelToon NovelToon
Transmigrasi ABCDE

Transmigrasi ABCDE

Status: sedang berlangsung
Genre:Idola sekolah / Angst / Transmigrasi / Misteri / Balas Dendam
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: kurukaraita45

5 jiwa yang tertransmigrasi untuk meneruskan misi dan mengungkap kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kurukaraita45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Bukan Misi Biasa

Petunjuk :

"Semua yang terjadi bukanlah kebetulan. Pasti ada sebab tertentu bagi hidupmu."

...ΩΩΩ...

Dia, menyendiri dalam gelap. Angin berembus pelan memasuki kaca jendela yang sedikit terbuka, senja mulai berganti dengan hadirnya malam yang sunyi. Tetesan air hujan mengalir deras dari langit, lampu-lampu kota temaram mulai bertebaran.

Sepi. Sunyi. Pikirannya terus berputar-putar pada sesuatu yang sangat ia sesali, menyakiti. Entah kali berapa, ia menyendiri hanya untuk menyesali sesuatu yang pasti. Merobek luka yang terlalu berarti, dan menata bahagia yang masih menjadi sebuah mimpi.

"Maafkan aku!"

Syahdu. Air matanya mulai berlinang, dia terus memandangi tetesan air hujan yang merambat pada kaca jendela rumahnya.

"Maaf Sila, kamu harus menjadi korban dari rencana kami." Rayn. Usai mengetahui berita fakta, ia mengurung diri di kamarnya sejak pagi tadi.

"Gue gak becus! Kenapa bisa-bisanya gue mengira Sila akan baik-baik saja, padahal tindakan dia yang gue perintahkan itu terlalu berbahaya. Apalagi Misra." Isak tangis menggelora memenuhi seisi ruangan, tak terdengar tak terbendung. Hanya dapat didengarkan oleh dirinya sendiri, suara air hujan begitu keras mengenai permukaan.

"Gue, gagal!"

Rintihannya semakin terdengar keras, namun tak ada siapapun yang dapat mendengarkannya. Pilu ia rasakan amat mendalam, bagaimana tidak? Secara tidak langsung dia yang menyebabkan kecelakaan terjadi pada Sila.

...ΩΩΩ...

"Tes! Semuanya aman?"

Daisen berkomunikasi dengan mereka—Akashi, Bercelly, Callisany dan Evelyn—menggunakan sebuah alat kecil yang ia ciptakan. Alat tersebut mirip alat pelacak, dan ditempel di bagian belakang telinga.

Daisen memperhatikan mereka dari sebuah lokasi, dia tetap terjaga di depan komputer. Fungsi alat tersebut juga memantau keadaan. Barangkali ada orang lain, alat tersebut akan bergetar.

"Aman, Sen!"

Evelyn menjawabnya.

"Kalian gimana?"

Akashi yang menjawab pertanyaan tersebut, "Aman, ini udah gue pantau dari luar, dan kebetulan lagi sepi."

"Cepat gerak!"

Evelyn dan Callisany bertugas di Bina Garuda.

"Sa! Lo yang bikin asap berwarna itu, dan gue yang nempelin benda-benda ini." Evelyn menapakkan 10 benda kecil yang berada di tangannya, terbalut dengan sarung tangan hitam.

Sebelumnya, dia telah memperkirakan jika jumlah kamera wartawan akan banyak, dan benar adanya sampai 10 kamera, 3 wartawan perempuan dan 7 wartawan laki-laki.

"Okei! Gue udah siapin semuanya!" Lisa menganggukan kepala, dan mulai bertindak.

Lisa lebih dulu masuk ke ruang aula, dia mengalihkan pembicaraan dengan memutar sebuah rekaman suara yang tidak jelas arah pembicaraannya.

Saat semua pandangan tertuju pada layar lapangan, karena dari sumber suara akan ditampilkan gambar kejadian yang tak kunjung ada.

Lisa naik ke atas rooftop, dia mulai menyalakan beberapa kali dan beberapa rupa dari asap berwarna tersebut. Orang lain mulai menyadari, keberadaan asap tersebut dari atas rooftop. Namun mereka tidak dapat melihat sedikitpun siapa di sana, Lisa masih terus menyalakan berpuluh-puluh kali, sebelum Evelyn menghubunginya.

Asap apa ini? Kenapa perih dan sesak gini?

Ini ada apa ya? Bukannya lagi berduka, tapi ada asap perayaan.

Aduh gak bisa ini, mata perih dan dada mulai sesak.

Ini bahaya, gue harus keluar dari sini.

Samar-samar suara orang yang bersahutan terdengar oleh Evelyn yang masih sibuk menempelkan benda-benda tersebut terhadap kamera wartawan.

Kali ke 50, sudah 5 menit Asap tersebut masih mengepul dengan tebal. Evelyn selesai melaksanakannya tanpa ketahuan, dia segera pergi ke halaman belakang, dan mengkode Lisa dengan mengklik alat yang berada di belakang telinganya.

Lisa mengerti, tugasnya telah selesai, sebelum asap habis dia cepat-cepat turun ke bawah. Dan tiba asap tersebut tak lagi terasa juga tak lagi terlihat, Lisa sudah bersama dengan Evelyn. Mereka semua menatap rooftop dengan mata yang merah berkaca-kaca, dan batuk-batuk yang belum mereda.

"Aman Sa?"

Lisa masih kecapean, "A-man, Ny!"

"Ya udah sekarang kita kabarin Daisen, dan tunggu instruksi dia."

Dengan segera Evelyn kembali mengklik benda di belakang telinganya, dengan arah ke sebelah kanan. "Sen! Semuanya terkawal dengan baik!"

Sambil menunggu kabar dari Akashi dan Bercelly, Daisen lebih dulu memprioritaskan apa yang sudah dikerjakan.

"Okei! Sebentar!"

Evelyn dan Callisany mematuhi arahan, menunggu sebelum Daisen kembali mengarahkan.

Daisen segera mengaktifkan alat yang berada di kamera wartawan tersebut, yang terhubung dengan komputernya. Dia mengarahkan kursornya kepada tombol di layar yang berwarna merah.

Maka, semua kamera wartawan yang telah terpasang alat tersebut mati. Setiap kali wartawan mencoba kameranya, tak nampak apapun selain gelap menguasai.

"Udah! Alatnya juga udah menyatu dengan warna kamera, sekarang kalian cepat pergi dari sana. Misi kalian selesai," perintah Daisen.

Evelyn dan Callisany segera pergi dari tempat tersebut, lewat gerbang belakang. Semuanya aman terkendali, namun perbuatan mereka disaksikan oleh seseorang dari jendela labolatorium, dia hanya tersenyum.

Tak menunggu waktu lama, Akashi dan Bercelly menghubungi Daisen, karena telah berhasil masuk ke ruang siaran.

"Sen? Ini gimana? Gue udah di depan monitornya sama Celly." Akashi duduk di atas kursi, dan menghadap ke arah monitor. Sedangkan Celly berdiri di belakangnya.

"Langkah pertama, lo nyalain dulu terus masuk ke bagian siaran televisi."

Akashi menuruti perintah Daisen dengan telaten. "Udah."

"Lo cari siaran Metrosin dan masuk ke sana."

"Selanjutnya ada bagian aktif dan nonaktif, itu lagi aktif dan lo nonaktifkan."

"Lo masuk ke bagian all data dan cari Bina Garuda."

Langkah demi langkah berhasil dilakukan oleh Akashi. Namun, kejanggalan terjadi saat ini. Alat yang berada di belakang telinga mereka bergetar, menandakan akan ada orang yang mendekat dalam jarak 10 meter.

"Shi! Bentar dulu, ini ada orang!"

"Aduh, gimana Sen?"

"Tenang dulu, Cell! Langkah ko harus lebih cepat dari langkah dia, lo tulis di kertas sekarang juga." Bercelly langsung mengikutinya tanpa basa-basi. "Saya tunggu kamu di ruangan kerja manager, udah lo tulis itu?"

"Udah!"

"Sekarang lo jalan dengan cepat dan simpan kertas itu dengan terbalik di bawah pintu, tapi hati-hati jangan sampai dia curiga."

Bercelly mengikutinya dengan segera.

Yaps!

Wanita yang akan memasuki ruangan tersebut dengan bermain ponsel, dan baru menyadari ada kertas saat ia hendak membuka pintu. Akashi dengan cepat memanfaatkan keadaan.

"Setelah itu, delete all data dan lo segera kembalikan layar seperti semula."

Proses deleting data lumayan lama, tapi beruntungnya perempuan tadi masuk ke ruang manager setelah membaca isi kertas tersebut.

"Kasar Shi semuanya?"

Huft!

"Kelar!"

"Cepat kalian pergi dari sana!"

Mereka berdua langsung pergi saat itu juga, dan tanpa ketahuan. Sehingga stasiun televisi manapun tak dapat meliput Bina Garuda.

...-ToBeContinued- ...

1
kurukaraita45
Sangat bagus!
Bowo
seruh baget cerita nya ayo semangat Buat lag
kurukaraita45: ayok mampir lagi, tiap hari upnya dan kalo hari Minggu 2 kali lho. ketinggalan banyak gak nih kakaknya?
total 2 replies
khun :3
Buatku terbawa suasana banget. Gimana thor bisa bikin ceritanya seperti itu?
kurukaraita45: ayok kak boleh mampir lagi, aku up tiap hari lho dan kalo hari Minggu spesial 2 kali up.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!