Melisa terpaksa menjalani kehidupan yang penuh dosa, demi tujuannya untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta Cerai
Melisa membuka tutupan pada kain putih itu, terlihat wajah Lusi yang sedikit membiru. Melisa mengulurkan tangannya dan menyempatkan mengusap lembut wajah tirus namun masih terlihat cantik dimata Melisa.
Wajah yang sering menggendongnya saat ia balita, hingga wajah yang bikin Melisa mu4k dengan semua kejahatannya karena rasa iri dengki Lusi.
Percuma saja Melisa memukul bahkan mencaci maki Lusi sekalipun, karena Lusi yang di hadapan nya hanyalah jasadnya saja.
"Ibu, Melisa sudah berusaha memaafkanmu. Pergilah dengan tenang disana. Semoga kalian disana saling damai." Ucap Melisa yang ia tujukan pada Lusi ketika ibunya itu bertemu dengan kedua orang tuanya.
Melisa menutup kain putih itu kembali, dan mendekati Rudy. Hingga saat pun tiba dimana Lusi diberangkatkan dan hendak di kuburkan kes sebuah TPU yang letaknya tidak jauh dari rumah.
Rudy dan Melisa mengikuti sampai malam dengan Samudera yang telah digendong oleh Melisa kembali.
Semua pergi sesaat jenazah Lusi telah dimakamkan, Melisa pun pulang kerja rumah masa kecilnya, disana Rudy bermain dengan puteranya.
Melisa keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan pakaian daster dengan nuansa batik, lalu ia berjalan mengambil Samudera untuk ia gendong, lalu Melisa memberikan a s i ekslusifnya pasa puteranya.
Samudera langsung bersemangat m3 ny3 54p a s i pelita hidupnya untuk membuatnya kenyang dan sehat.
Melisa pun dengan santai memperlihatkan bukit empuknya di depan Rudy yang kini tangannya memegangi sesuatu dibawahnya.
"Sepertinya putera kita kehausan." Ujar Rudy menatap dalam Melisa yang kini hanya menanggapi Rudy dengan senyum tipisnya.
Entah mengapa kini keduanya terlihat canggung, terlebih Rudy ia menjadi kehabisan kata-kata saat di dekat Melisa.
Sedangkan Melisa berupaya untuk abai pada Rudy, ia di dalam lubuk hatinya begitu merindukan Rudy, tapi tidak ia perlihatkan.
"Mel ayo makan dulu!! Supaya a 5 i kamu tetap lancar."
"Nanti saja!!" Jawab Melisa acuh.
"Baiklah terserah kamu saja. Tapi ayah peringatkan kamu jangan lupa makan, mumpung Samudera juga sudah tidur."
"Iya ayah, nanti Melisa kalo lapar akan makan."
Rudy meninggalkan Melisa dan ia pun terlihat makan sendiri, di tempat mereka bertiga biasanya makan bersama.
Melisa yang merasa kelaparan pun akhirnya keluar dari kamar, ia berjalan mendekat pada Rudy yang sedang menyantap makan malamnya.
Rudy menatap Melisa saat isteri kecilnya itu duduk berseberangan dengannya, tidak seperti biasanya yang akan duduk disampingnya bahkan selalu bermanja ria menyenderkan kepalanya pada bahu suaminya.
Namun semua itu hanyalah kenangan saja, Rudy sangat kecewa dengan sikap dingin Melisa padanya.
"Makan yang banyak Mel."
"Iya ayah, terima kasih." Jawab Melisa yang kemudian meraih sayur dan lauk pauk dalam piringnya.
Setelahnya tidak ada percakapan untuk keduanya, Melisa lebih memilih menyantap hidangan malamnya yang sangat lezat. Sedangkan Rudy sesekali menatap dalam manik bening Melisa yang juga sesekali memperhatikannya.
"Setelah ini ada yang perlu aku bicarakan sama kamu Mel."
"Aku juga!!" Jawab Melisa cepat menanggapinya, sembari Melisa telah menggeser piringnya yang masih tersisa makanan.
"Kita bicara diruang tengah saja."
"Oke." Jawab Melisa saat itu juga.
Rudy dan Melisa akhirnya duduk berdekatan, keduanya saling menatap satu sama lain.
"Mel, pertama ayah ingin ucapkan terima kasih karena kamu sudah mau hadir di pemakaman ibu kamu."
"Hem,,,,lalu ayah mau bilang apa lagi?" Ketus Melisa.
"Selama beberapa hari ini kamu tinggal dimana Mel? Bolehkan ayah tahu?"
"Ayah tidak perlu tahu tempat tinggal baru Melisa, kita lebih baik menyudahinya." Perjelas Melisa yang sudah memantapkan dirinya.
"Apa maksud ucapan kamu Mel? Jangan bilang kamu....!!'
"Ya, ceraikan aku ayah!!" Seru Melisa dengan menatap nyalang.
"Apa...??"
"Apakah harus Melisa ulang lagi? Bukankah ayah sudah tahu bahwa setelah Melisa melahirkan, aku akan pergi dari kehidupan kalian. Baik itu ada atau tanpa adanya kehadiran isteri anda." Cetus Melisa.
"Isteriku itu juga ibu kamu Mel?"
"Sudah cukup...!!". Melisa mengangkat satu tangannya untuk mencegah Rudy banyak bicara.
"Aku tidak mau membahas yang sudah-sudah, aku hanya ingin membalaskan dendam aku. Titik!!'
Rudy menarik Melisa kedalam dekapannya, supaya kemarahan isterinya mereda, namun Melisa berontak.
"Lepaskan Melisa ayah, hentikan semua ini."
"Mel ayah mencintai kamu, sebaiknya kamu urungkan perpisahan kita. Apalagi ibu sudah tidak ada dan kita memiliki Samudera untuk memperlengkap hidup kita."
"Tidak ayah, karena ini bukan tujuan hidupku. Aku hanya ingin membalas dendam atas semua yang terjadi pada kedua orang tua aku. Jika Melisa tidak membalaskan itu pada orang-orang yang menghancurkan hidup orang tua, aku merasa menjadi anak yang tidak berbakti dan tak berguna."
"Lepas ayah!!" Ulang Melisa kembali.
Rudy pun terpaksa menguraikan dekapannya, walau itu terasa amat sakit yang Rudy rasakan ketika Melisa kekeh tak ingin di p3 luk.
Rudy menatap dalam manik Melisa, ia bahkan tak menyangka anak gadisnya yang kerap manja dan menampilkan kesan penurut itu kini menjadi sosok yang penuh ambisi dan begitu keras kepala.
"Mel, jangan pisahkan ayah dengan samudera. Please!" Mohon Rudy yang kini telah memohon pada Melisa.
Melisa menarik nafasnya dalam-dalam lalu ia pun mengenggam tangan Rudy.
"Ayah.....Melisa mohon ceraikan Melisa, dan samudera bisa tinggal denganmu." Ucap Melisa yang berniat meninggalkan puteranya pada Rudy.
"Benarkah??"
"Iya, cepat talak Melisa!!"
Rudy merasa berat setelah mendengar keinginan kekeh dari Melisa yang hanya ingin bercerai dari Rudy.
"Baik, jika itu keinginan kamu. Ayah hanya punya satu syarat, dan jika kamu penuhi, maka aku akan menurutinya." Ungkap Rudy.
"Apa itu?"
"L4 y4 n! ayah seperti biasa untuk yang terakhir kalinya, sebagai bakti seorang isteri pada suaminya." Ucap Rudy dengan mata berkaca-kaca.
"Tapi ayah ini....."
"Please, hanya sekali." Janji Rudy dengan memperlihatkan kesenduan di wajahnya.
Melisa menatap ayahnya, seakan ia tidak tega dengan permohonan terakhir pria itu, namun jika dengan syarat itu ia bisa mendapatkan kata cerai, sudah pasti Melisa akan sangat senang.
"Baik, aku setuju ayah." Ucap Melisa.
Melisa beranjak dari kursinya dan melepaskan dasternya hingga terjatuh dilantai, satu persatu dalamannya hingga tak bersisa dikulitnya.
Rudy yang telah lama merindukan tubuh isterinya mulai bereaksi dan menautkan b1 b1r nya.
Melisa pun menyambutnya, Rudy menggendong Melisa ala bridal style dan membawanya ke sebuah kamar dimana keduanya sering lupa diri karena kebutuhan yang membuat keduanya meraih pun c4k bersama.
Dan malam itu mereka larut dalam sebuah ikatan batin, dimana keduanya sama-sama menjalankan perannya masing-masing.
Dalam ibadah suami istri itu, Rudy bahkan mengingkari janjinya dan bermain di lahan Melisa hingga dua kali, dan saat itu mereka berhenti saat hari menjelang pukul 2 malam
Melisa tertidur dengan sangat nyaman, disampingnya Rudy sampai tidak tidur karena ia hanya ingin mengamati wajah cantik Melisa sampai ia benar-benar tertidur sendiri karena efek lelahnya.
Suara tangisan Samudera membuat Melisa langsung membuka matanya, ia langsung mengambil Samudera dengan tubuh yang masih p0 L 0s nya.
Melisa memberikan 45! nya dan memberikannya pada Samudera yang kelaparan. Bayi mungil itu dengan cepat m3 ny3 d0t dari sumbernya.
Tangan Melisa mengusap lembut pipi samudera yang kini sudah semakin gembul saja. Bayi mungil itu memainkan gentong Melisa seakan bayi itu ingin sumbernya keluar dengan sangat banyak.
Melisa terkekeh melihat puteranya yang tampan itu, namun senyuman itu hanya sebentar membingkai wajah cantiknya. Karena setelah itu Melisa menghela nafa5nya.
Dirinya teringat janjinya akan meninggalkan samudera pada ayahnya untuk dirawat, ia terpaksa melakukan hal kejam itu untuk membuatnya bisa leluasa membalas dendam.
Suara deheman Rudy membuat Melisa terkejut, lalu ia langsung meraih selimut untuk menutupi tubuh n4k3d nya.
"Sudah bangun?" Suara serak khas bangun tidur ayahnya menyapa pendengaran Melisa.
"Iya sudah. Jangan lupakan janji kamu ayah." Peringat Melisa.
"Ya aku akan tepati. Mandilah terlebih dahulu." Jawab Rudy dan kini pria itu mengambil alih puteranya.
Melisa mengangguk, lalu ia memulai dirinya dengan ritual bersih-bersih dikamar mandi. Membersihkan sisa semalam yang sebagian menempel pada tubuhnya.
Sedangkan Rudy kini sedang bermain dengan Samudera, ia menguyel-uyel pipi gembul puteranya, sesekali mencubit pelan karena gemasnya
Melisa keluar dari kamar mandi dengan bathrobe yang membingkai tubuh indahnya, Rudy pun memalingkan wajahnya supaya ia tidak ter g0 da lagi dan menubruk Melisa kembali.
Rudy memasuki kamar mandi dan memulai aktivitasnya disana, sedangkan Melisa kini sudah rapi dengan rambut yang masih setengah basah.
Tak lama Rudy pun keluar dari kamar mandi dan segera memakai pakaian casualmya, lalu ia mendekat pada Melisa yang mengendong Samudera.
"Ayah.....aku sudah siap." Lirih Melisa menatap ayahnya dengan kesenduan wajahnya.
Rudy begitu berat, namun demi kebebasan isteri mudanya itu akhirnya kata itu pun terucap.
"Melisa Fitriani saya talak kamu, dan mulai hari ini kamu bukanlah isteri saya lagi." Lirih Rudy disertai air matanya yang telah menetes.
Melisa pun sama, ia juga mengeluarkan cairan beningnya yang keluar dari sudut matanya, lalu ia paksakan dengan senyumannya.
"Terima kasih ayah, mulai hari ini Melisa bukan lah istri ayah, dan tolong jaga Samudera baik-baik. Kalo Melisa kangen pasti aku akan kesini untuk melihat Samudera." Ucap Melisa dengan air mata yang tidak berhenti keluar dari mata beningnya.
"Ya pasti, ayah akan jaga putera kita. Kembalilah jika balas dendam kamu sudah selesai. Ayah akan menerima kamu selalu, dan pintu rumah ini akan selalu terbuka untukmu." Ucap Rudy.
Melisa memeluk ayahnya dan keduanya saling menangis serta Melisa pun mendekap bayi mungilnya dan berulang kali mengecup nya.
Melisa dengan berat hati akhirnya keluar dari rumah itu, menyisakan Rudy dan samudera hanya berdua saja.