ASMARALOKA

Hari cerah namun aku sudah mulai bosan dengan rutinitasku di rumah pekerjaanku yang sekarang hanya menjadi tukang masak untuk Jiro dan selebihnya membantu ibu di toko bunganya. Padahal 2tahun aku menjadi manusia super sibuk pergi ke berbagai tempat mencari informasi untuk bahan berita, berhadapan dengan masyarakat untuk mewawancarainya, pergi hingga sudut-sudut kota bahkan sampai kepelosok hanya untuk mendapatkan informasi, menerjang badai, angin disaat cuaca buruk aku tetap harus memberikan informasi berita untuk masyarakat yang senang menonton acara berita, hal yang paling aku sukai adalah ketika meliput sebuah kuliner karena aku pun bisa mencicipinya. Akupun mengirim sebuah pesan teks kepada Jiro, aku mengeluhkan keseharianku yang hanya di dalam rumah setelah Hanna menikah aku sudah tidak lagi menghabiskan waktu atau berkumpul dengannya, Hanna sudah mengabdikan dirinya menjadi seorang istri untuk Marcel terlebih dia pun sedang mengandung anak pertamanya. Jiro pun begitu sibuk dengan pekerjaannya sebagai dokter hanya sesekali aku bertemu dengannya itupun karena aku mengantarkan pesanannya ke rumah sakit.

Notifikasi di ponselku berbunyi aku pun segera memeriksanya "Kau mau bertemu denganku?" Jiro membalas pesanku

Aku mengigit ibu jariku karena aku merasa gugup dan tidak tahu harus membalasnya atau tidak, aku mengetik kalimat"Boleh" namun aku begitu ragu hingga aku menekan tombol kirim dengan jantungku yang berdebar-debar

Kemudian Jiro kembali membalasnya"Tunggu ... Sebentar lagi tugasku selesai"

"Apa tidak apa-apa? Atau lain kali saja kalau kau punya waktu senggang" balasku

"Aku ingin bertemu denganmu hari ini" balas Jiro mendebarkan jantungku

Akupun bergegas menganti pakaianku, dan memastikan bahwa di dompetku masih tersisa uang karena sebelumnya aku terlalu banyak membeli cemilan.

Aku segera menemuinya dan menunggunya di depan rumah sakit, dan begitu Jiro keluar dari gedung rumah sakit Jiro dengan segera menghampiriku.

"Kamu sudah lama menunggu?" tanya Jiro

Aku menggelengkan kepala"tidak begitu lama"

"Maafkan aku" ucap Jiro merasa bersalah

Aku tertawa kecil"apa yang salah tidak ada Jiro, kenapa kamu harus minta maaf, seharusnya aku lah yang meminta maaf padamu karena aku mengganggu waktumu"

Jiro menggelengkan kepalanya"Aku benar-benar ingin bertemu denganmu"

Aku terheran melihat sikap Jiro yang benar-benar berbalik 90° tidak seperti Jiro yang ku kenal saat masih sekolah begitu dingin dan cuek, tanpa basa basi kembali aku pun langsung menarik lengan Jiro lalu membawanya ke suatu tempat dimana ada banyak kuliner disuatu tempat festival.

"Ramai sekali, padahal aku ingin membeli cake itu tapi antri" tunjukku pada Jiro

"kamu benar-benar paling suka tempat seperti ini ya" ucap Jiro terdengar seperti sedang meledekku

"Kamu ini yaaa" aku mencubit kecil pinggang Jiro bukannya kesakitan justru Jiro tertawa karena merasa geli

"Iya ... Iyaa ... Ampun!!!!!" ucap Jiro

Aku pun mendengus kesal kepada Jiro hingga Jiro terlihat menahan tawanya"bagaimana kalau kita pergi keliling dulu siapa tahu ada yang lebih menarik perhatianmu"

"Baiklah" Jawabku

"Kamu tahu tidak Mia sudah beberapa kali aku ikut kencan buta?" tutur Jiro membuka obrolan kembali

"Mana aku tahu, kamu juga tidak pernah cerita" Jawabku membuat Jiro tertawa

"Maksudku, aku sudah beberapa kali bertemu dengan wanita tapi diantaranya saat sedang kencan mereka paling suka pergi shoping baju, tas , make up dan sepatu hingga aku lelah menunggu" Jelas Jiro

Aku memandangi Jiro"bukan aku tidak suka baju dan lainnya, tapi aku lebih suka makanan karena ketika aku stres aku akan mencari makanan"

"Bukankah di saat moodmu sedang baik-baik saja kamu masih mencari makanan" sekali lagi ucapan Jiro terdengar seperti meledekku hingga aku mencubit kembali pinggangnya tanpa ampun.

Namun beberapa menit kemudian aku mendengar seperti ada seseorang memanggil-manggil namaku dari jarak jauh aku pun melihat sekitar hingga pada saat suara itu terdengar semakin mendekat aku berbalik arah dan ku lihat seorang pria paruh baya berdiri di hadapanku membuatku tak percaya apa yang sudah ku lihat pria itu sepert tidak asing di mataku aku berusaha mengingat wajah itu, namun pria itu kemudian mengatakan bahwa dia adalah papa.

"Mia ... Ini papa" ucap Pria itu begitu bergemetar

Mataku mulai sembab"papa"

Dia adalah papa ku yang sudah lama pergi meninggalkan ku juga mama, wajahnya yang tersamar dalam ingatanku karena papa sudah begitu lama pergi dari kehidupanku hingga aku tidak mengenalinya, namun terlihat di belakang seorang anak laki-laki yang terlihat seperti usianya sekitar 13 tahun dan seorang anak perempuan usianya sekitar 11 tahun. Akan tetapi aku tercengang saat anak perempuan itu memanggil papa dengan sebutan yang sama. Hingga akhirnya aku pun pergi berbincang dengan papa di mana hanya ada aku dan papa.

"Apa kabar nak, papa selama ini berusaha mencarimu hingga pada suatu hari kau muncul di televisi sebagai reporter betapa papa sangat bahagia meski papa hanya bisa melihatmu di layar kaca ternyata kamu tumbuh menjadi gadis cantik namun pada saat itu kamu sudah tidak pernah kembali muncul di televisi" papa mendesah pilu

Aku masih menahan air mataku"Jika papa sudah tahu ketika aku masih menjadi reporter mengapa papa tidak mencariku?"

Papa terdiam membisu rasanya begitu pilu hingga papa menangis sejadi-jadinya"itu karena papa takut kamu membenci papa ketika papa muncul disaat kamu berjaya"

Air mataku mulai pecah hingga aku pun menangis"lalu kenapa papa malah muncul di hadapanku sekarang, lalu apa maksudnya dari dua anak yang di belakang papa itu menyebut mu papa juga"

"Me ... Mereka adalah a .. Adik tirimu" Jelas Papa

Nafasku bergetar"papa tahu selama ini aku menunggu papa kembali, kembali padaku juga mama aku mengharapkan itu namun ternyata papa sudah memiliki keluarga baru dari sekian lama aku menunggu, kesalahan apapun akan ku maafkan tapi ternyata_" Aku menangis sejadi-jadinya

"Maafkan papa nak, saat itu papa dan mamamu sudah benar-benar di luar kendali kami sudah berusaha tetap bersama namun ujung-ujungnya tetap kami saling menyakiti satu sama lain hingga akhirnya kami memutuskan untuk berpisah namun mama yang mendapatkan hak asuhmu, saat itu papa pergi kerumah untuk bertemu denganmu namun ternyata mama mu membawamu pindah hingga tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaan kalian, papa berpikir papa dan mamamu sudah benar-benar tidak lagi bisa bersama. Maafkan papa jika papa menyakitimu selama ini" jelas papa

Aku menghapus air mataku"bagaimanapun aku masih belum bisa menerimanya"

Papa tersenyum padaku"kamu memang berhak membenci papa, namun ada satu hal papa pun ingin hidup berdampingan dimana saat masa tua papa tidak ingin sendirian, nak meskipun kamu membenci papa namun bisakah papa tetap bisa menghubungimu?"

Aku terdiam sejenak"Aku sudah terbiasa menjadi anak tunggal, aku masih tidak percaya harus memiliki dua adik yang sepertinya aku tidak akan menganggap mereka adikku"

Papa mendesah pilu"tidak apa jika kamu tidak ingin menganggap mereka adikmu, namun satu hal permintaan papa tetap lah terhubung karena papa sudah menemukan mu, papa tidak ingin kehilanganmu kembali"

Hingga akhirnya akupun kembali pada Jiro yang sudah menungguku, mataku begitu sembab hingga aku kehilangan mood makanku.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Jiro yang terlihat sedang mengkhawatirkanku, aku pun mengangguk pelan

"Kita pulang saja" ucapku

"Kenapa?" tanya Jiro

Aku tersenyum pada Jiro"kamu juga pasti lelah setelah seharian bekerja, aku pun besok harus belanja keperluan untuk makan siangmu besok"

Jiro pun mengikuti perkataanku"Maaf Mia, ini untukmu" Jiro memberikan cake yang aku inginkan

"Bagaimana kamu bisa?" ucapku terheran karena sebelumnya antrian cake itu begitu panjang

Jiro tersenyum"akan aku lakukan untukmu" ucapnya membuatku tersipu malu