Meninggal dalam kekecewaan, keputusasaan dan penyesalan yang mendalam, ternyata membawa Cassie Night menjalani takdir kehidupannya yang kedua.
Tidak hanya pergi bersama kedua anaknya untuk meninggalkan suami yang tidak setia, Cassie juga bertekad membuat sahabatnya tidak bersinar lagi.
Dalam pelariannya, Cassie bertemu dengan seorang pria yang dikelilingi roh jahat dan aura dingin di sekujur tubuhnya.
Namun, yang tak terduga adalah pria itu sangat terobesesi padanya hingga dia dan kedua anaknya begitu dimanjakan ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Felix, Jangan Macam-macam!
"Lepaskan aku, sialan!" Aleena memberontak dan memaki kedua pria yang memegang kedua tangannya dan menyeretnya pergi, suaranya menggema dalam kegelapan ruang sempit yang dipenuhi bayang-bayang. "Aku adalah wanita Felix, beraninya kalian melakukan ini padaku?!"
Meskipun tahu apa yang terjadi padanya selama beberapa hari terakhir atas izin dan perintah Felix, harapan masih menyelip di sudut hati Aleena.
Kenangan akan senyuman Felix dan lembutnya tatapan pria itu seolah menjadi ilusi yang selalu dia rindu.
'Felix masih menginginkanku,' bisik hati Aleena.
Dia membayangkan sebuah kehidupan yang berbeda, di mana cinta sejati dan kebahagiaan menanti di ujung jalan. Dia berangan-angan menjadi Nyonya Murphy, berdiri di samping pria yang pernah memperlakukannya seperti seorang ratu.
Namun, harapan itu beradu dengan kenyataan yang lebih pahit. Selama beberapa hari terakhir, dia diperlakukan lebih rendah dari seekor binatang.
Rantai yang mengikat tangan dan kakinya habis diukir dengan kepedihan, dan makanan yang diberikan hanya sisa buangan—tak layak untuk manusia.
Aleena menahan mual setiap kali ingat akan air kotor yang dipaksa harus ditenggak. Kini, meski rantainya sudah dilepas, dia tahu bahwa kebebasan ini adalah kebohongan yang lebih menyakitkan.
Ketika kedua penjaga itu akhirnya berhenti di depan sebuah pintu besar, Aleena merasakan detak jantungnya berdegup kencang. Dia berontak lagi, berusaha untuk tidak ditarik masuk.
"Felix?!" Suaranya bergetar saat melihat sosok yang pernah membawa harapan, kini tampak santai di kursi dengan rokok di tangan, wajahnya tenang seperti lautan yang tenang di bawah bulan.
Mata Aleena berbinar. "Felix, lihatlah mereka ... mereka berdua tidak berhenti menyiksaku." Perasaannya tercampur aduk, antara cinta yang mendalam dan kemarahan yang mendidih. Dia ingin percaya bahwa Felix akan mendengarnya, bahwa dia akan melindunginya.
Seperti merasakan kebingungan dan kesedihan yang mendalam dalam hati Aleena, Felix mematikan rokok di tangannya, lalu berdiri dan melambaikan tangan pada kedua penjaga itu.
Aleena langsung tersenyum senang, berpikir Felix benar-benar masih memilikinya di hatinya.
Begitu lepas dari cengkraman kedua penjaga itu, dia berniat menghambur ke pelukan Felix. Akan tetapi, realitas yang kejam terbentang di depan matanya; kaki Felix sudah lebih dulu mendarat di perutnya, hingga dia tersungkur di lantai yang dingin.
"Ahhhh...." Aleena menjerit kesakitan sambil mencengkram perutnya saat rasa sakit yang menyengat mendera. "Felix, kamu memukulku?"
Aleena mengangkat pandangannya dan menatap Felix dengan memasang ekspresi menyedihkan, bahkan matanya sudah berlinang. "Kamu sebelumnya tidak pernah memukulku. Kenapa sekarang kamu memukulku?"
"Mengapa?" Suara Felix rendah dan berat, tetapi emosi di wajahnya tegas dan tak terbantahkan; kepedihan, kemarahan, dan sakit hati berkumpul dalam satu tatapan. "Beraninya kamu bertanya mengapa?"
Felix melangkah mendekati Aleena, lalu berjongkok di depan wanita itu. "Siapa yang memberikanmu keberanian untuk memprovokasi Sisie-ku?"
Aleena menggigit bibirnya, hatinya berdegup cepat. “Kamu melakukan ini demi dia?” Setiap perkataan keluar dari mulutnya seolah menjadi pedang tajam yang berusaha melukai, meski dirinya sendiri turut terluka.
"Kalau tidak?" Jawaban Felix terdengar penuh tantangan, alisnya terangkat sebelah dan seringai di wajahnya seperti memperlihatkan segala rasa sakit yang terpendam.
Dia meremat dagu Aleena dengan keras, matanya seolah ingin menembus ke dalam jiwanya. "Aku memberimu uang, rumah, dan mobil mewah, bahkan memenuhi semua keinganmu hanya agar kau patuh melayaniku. Kenapa kau menghancurkan keluargaku?!"
Rasa marah merebak dalam diri Aleena, membakar dalam-dalam seperti api yang tak terpadamkan. Di tengah malam yang sunyi, suara hatinya berbisik nyaring. “Apa hebatnya dia? Dia hanyalah wanita yang mengurus rumah, tidak sehebat aku dalam segala hal.” Aleena mengingat kembali semua usaha dan pengorbanannya untuk Felix.
Dia merasa lebih berharga dan lebih layak dicintai, hanya karena perhatian yang diberikan Felix selama ini.
"Felix, akulah yang benar-benar mencintaimu," kata Aleena dengan keyakinan, seolah meyakinkan dirinya sendiri lebih daripada Felix.
Namun, dalam hatinya, rasa ragu menyelubungi. Dia mengamati wajah Felix yang dingin, seolah jauh darinya.
"Sisie itu wanita yang aku kejar selama bertahun-tahun, menerimaku di saat susah dan bersedia menderita bersamaku, sedangkan kau ...." Cengkraman Felix pada dagu Aleena semakin mengencang hingga wanita itu meringis kesakitan. "Kau hanyalah alat pemuas nafsyuku! Mana bisa dibandingkan dengan Sisie."
Sewaktu Keluarga Murphy hanyalah keluarga biasa, Cassie bersedia menerima Felix, membantunya, bahkan rela hidup susah bersamanya.
Tidak seperti Aleena atau pun wanita-wanita lainnya, mereka semua datang hanya ketika Keluarga Murphy menjadi salah satu keluarga terkemuka di Star City.
“Felix, akui saja ... kamu tidak mencintainya,” Aleena tertawa, tetapi tawanya terdengar lebih seperti derita daripada kegembiraan. Dia tahu itu langkah berisiko, tetapi kemarahan dan kepedihan itu semakin mendorongnya untuk berbicara, “Kalau kamu mencintainya, kamu tidak akan berselingkuh denganku. Kamu tidak akan tergoda ketika aku datang merayumu.”
Setiap kata itu keluar dari bibirnya seperti panah, menyerang jantung Felix dengan tepat dan mengandung kebenaran yang tidak bisa dibantah.
"Sebenarnya, kamu hanya terobsesi padanya dan ingin memberikan kompensasi padanya!" ungkap Aleena akhirnya dengan suara yang bergetar, menantang keberanian dan mendorong Felix kembali ke dalam luka lama.
"Diam!" hardik Felix dengan tajam, dia membanting wajah Aleena dengan kasar dan langsung berdiri.
“Aku tidak akan diam!” Aleena bersikeras, merasa terlahir kembali dari setiap tetes darah yang mengalir dari lukanya. "Ketika seorang pria ketahuan selingkuh, kenapa hanya orang ketiga yang disalahkan?"
Felix menggeram, dia menadahkan tangannya ke atas.
Melihat itu, salah satu penjaga dengan sigap memberikan rotan kepadanya.
“Felix, apa yang kamu—ahhh ....” Aleena tak sempat menghabiskan pertanyaannya sebelum rasa sakit menyergapnya.
Rotan itu berayun, mengenai tubuhnya dengan keras hingga membuatnya tersungkur dan memuntahkan seteguk darah segar.
Pandangan Aleena kembali menembus mata Felix. Keberaniannya lebih kuat dari rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. "Pria munafik sepertimu tidak pantas mendapatkan cinta!"
Dia membalas dengan keberanian, matanya berkobar dengan semangat yang tidak bisa dipadamkan meski sedang terpuruk.
"Aku bilang diam!"
Splashhh!!!
Splashhh!!!
Splashhh!!!
Setiap kali rotan di tangan Felix terayun, Aleena menjerit kesakitan dan refleks menyentuh luka di tubuhnya.
"Felix, hentikan ...." Aleena memelas dengan air mata sungguhan yang telah membanjiri wajahnya, sementara darah segar sudah menyeruak dari balik bajunya.
"Semua karena kau!" Felix tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, bahkan dia menatap Aleena dengan niat membunuh yang kental.
"Jangan mendekat!" Aleena bergetar ketakutan, dia merangkak mundur demi menghindari Felix.
"Jalan9, kau menghancurkan hidupku!"
Splashhh!!!
Arghhhh!!!
"Apakah sakit?"
"Sakit ... ini sangat menyakitkan." Aleena mengangguk antusias dan menatap Felix dengan tatapan memohon belas kasih. "Hentikan, oke?"
Detik berikutnya, dia menyentuh perutnya yang terasa nyeri. "Setidaknya, pikirkan anak kita."
"Anak kita, ya?" Suara Felix pelan saja, tetapi aura iblis menguar dari sekujur tubuhnya.
Aleena menggigil ketakutan, dia menatap Felix dengan waspada dan secara alami memeluk perutnya seolah-olah ingin melindungi sang janin. "Felix, jangan macam-macam."
mulai membuka hati sma Athur...
tunggu aj pd waktux Cess keluar bersama ..
kesuksesanx dan kemakmuran disertai kebahagian x ...