Novel ini kelanjutan dari Cinta di atas menara ( pencuri hati pria lumpuh)
Arabella adalah seorang gadis muda yang terpaksa menikahi seorang pria yang sangat membenci wanita.
Di matanya semua wanita adalah sumber penderitaan.
Tapi seiring berjalannya waktu pemikiran itupun berubah,dan semua sudah terlambat.
Perlakuan kasar dan tidak manusiawi yang Bella terima selama ini telah mengubah hatinya yang tak lagi menginginkan cinta dari suaminya. Bella pun memilih pergi meninggalkannya. Nah apa yang akan terjadi selanjutnya?
Dan siapakah Arabella? adakah hubungannya dengan Devan dan Andara? Bagaimana kisah selanjutnya..?
Yuk simak di karya terbaruku.
Jangan lupa like, subscribe dan komentar yang baik baik ya 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
Malam itu bulan bersinar separuh di atas langit pedesaan yang sunyi. Bella duduk di halaman sebuah rumah sederhana dengan mendongak ke atas memandangi penuh rasa kagum, keikhlasan rembulan yang selalu setia menyertai malam.
" Hai, kok malam begini ada di luar sih? Nanti masuk angin lo" Ucap Vandra masih dengan senyumannya yang memikat kemudian ikut duduk di samping Arabella.
Arabella menegakkan kepalanya dan menoleh ke arah Vandra dengan senyum tipis terukir di sudut bibirnya " Kak Vandra sudah pulang rupanya?"
" Ehem"
Bella terkejut menatap sudut bibir Vandra yang lebam seperti bekas luka pukulan " Kak, kak Vandra baru saja berantem?"
Vandra terperanjat dan mengusapnya dengan tangannya " Ah tidak ini tadi biasa jatuh dari motor" Ia terpaksa berbohong kalau sebenarnya luka itu pukulan dari Saga tadi pagi. Vandra merasa harus menyembunyikan kebenaran karena tidak ingin Bella khawatir pada dirinya dan menjadi sangat membenci suaminya sendiri ayah dari anak yang saat dia kandung.
" Memangnya kak Vandra pakai motor?"
" Tadi di rumah sakit pinjam punya teman. Sudah tidak usah dibahas lagi, o iya bagaimana kondisi kandunganmu Bell? Apa kamu tidak berniat memberitahu suami kamu tentang ini" Tanya Vandra sembari merentangkan kedua tangannya di sandaran kursi taman yang ia duduki.
Bella menghela nafasnya dalam dalam dan menundukkan kepalanya sejenak seperti sedang mengatur pikirannya " Sepertinya aku akan merahasiakan darinya kak, aku tidak mau dia tahu mengenai anak ini. Aku ingin melupakan semuanya dan memulai hidup baru bersama anakku" Bella menunduk dan mengusap perutnya yang masih rata.
" Terserah kamu Bell, aku akan selalu membantumu kapanpun kamu membutuhkanku aku akan selalu ada untukmu"
" Terimakasih kak"
Vandra terus menatap Bella yang nampak menikmati sinar rembulan malam ini, senyum manis terukir di sudut bibirnya namun terlihat jelas reruntuhan hati yang sebenarnya menahan ribuan rasa sakit yang tidak ingin diketahui oleh siapapun.
" Lelaki macam apa yang sudah tega menyakitimu Bell?" Batin Vandra terus menatap Bella.
" Kak, kenapa menatapku seperti itu. Ada yang salah ya dengan ku apa penampilanku aneh?" Tanya Bella begitu tahu Vandra menatapnya dari tadi.
Vandra tertawa tipis " Haha ya enggak lah, masa gak boleh aku menatapmu? Harus bayar kah?"
" Ye emangnya Bella cewek matre"
" Ya udah ya udah sekarang sudah malam sebaiknya kamu masuk ke dalam!"
Bella mendengus, memanyunkan bibirnya
" Kan masih ingin di sini kak?"
" Jangan membantah, kamu sedang hamil ada amanah besar yang dititipkan di rahimmu jadi harus menjaganya dengan baik, ayo buruan masuk!" Perintah Vandra.
" Baik baik pak dokter " Jawab Bella kemudian beranjak dan melangkah memasuki rumah kecil itu diikuti Vandra di belakangnya.
Setelah mengalami kejadian yang membuatnya harus meninggalkan kehidupan lamanya, Arabella menemukan ketenangan di sebuah rumah sederhana yang berada di pedesaan. Rumah itu menjadi tempat tinggalnya bersama Vandra, seorang dokter pria yang telah menolongnya dalam situasi sulit. Vandra, dengan profesinya sebagai dokter, menunjukkan kepedulian dan keahlian dalam merawat Arabella saat dia membutuhkannya.
Demi menghindari konflik dengan suaminya Arabella yang tempramen Vandra mengundurkan diri dari rumah sakit besar di kota, ia rela meninggalkan posisi kepala rumah sakit dan memilih membuka klinik kecil di desa yang jauh sekaligus untuk mengabdikan diri membantu para penduduk desa di bidang kesehatan.
Di rumah itu, Arabella juga berinteraksi dengan Devan, ayah Vandra yang ramah dan bijaksana. Devan menyambut Arabella dengan hangat dan membantunya menyesuaikan diri dengan kehidupan baru di pedesaan. Bersama Vandra dan Devan, Arabella belajar menghargai kesederhanaan dan kehangatan hubungan keluarga.
Hari-hari di rumah sederhana itu membawa Arabella ke dalam kehidupan yang lebih tenang dan bermakna. Vandra sering membantu Arabella dalam hal kesehatan dan memberikan dukungan moral, sementara Devan membagikan kebijaksanaan dan pengalaman hidupnya. Arabella mulai merasa seperti bagian dari keluarga kecil ini, menemukan kenyamanan dan keamanan di tengah keindahan alam pedesaan.
Bella pun belajar banyak hal di sana, mulai dari pertanian menanam berbagai sayuran dan peternakan ikan air tawar.
Di sana Bella seakan lupa akan penderitaannya selama ini, karena Devan juga menerimanya dengan tangan terbuka, menganggapnya seperti putrinya sendiri.
" Paman Devan butuh sesuatu? Bilang saja sama Bella sekalian Bella keluar mau antar makan siang untuk kak Vandra di klinik"
Devan tersenyum kecil sambil menggeleng
" Tidak perlu nak, paman tidak perlu apa apa lagi. O iya kalau ke klinik hati hati di jalan ya? Terkadang di sana ada beberapa pemotor yang sering bikin rusuh, kalau mereka mengganggumu bilang saja kalau kamu adiknya dokter Vandra " Seru Devan sembari membersihkan rumput sambil duduk santai di halaman rumah.
" Baik paman, Bella permisi dulu ya, Assalamualaikum "
" Waalaikumsalam " Devan terus menatap ke arah Bella yang berjalan menuju klinik. Pikiran Devan kembali pada Andara ketika masih muda , ada sedikit kemiripan dengan wajah Bella, itulah yang membuatnya sangat betah memandangi wajah gadis itu. Setiap senyum yang terukir di sana seakan Andara yang sedang tersenyum kepadanya.
.
.
.
Sementara itu di rumah Mahendra, nampak Saga yang semakin frustasi atas kepergian istrinya. Bella seperti lenyap ditelan bumi, meskipun telah mengerahkan seluruh anak buahnya tapi tetap saja tidak menemukan jejaknya.
Beberapa hari yang lalu Saga pernah berniat untuk tidak menyentuh wine mahalnya di lemari tapi kali ini kegundahan pikirannya tidak bisa untuk tidak menyentuhnya.
Seteguk demi seteguk ia tuangkan di tenggorokannya hingga beberapa botol sudah kosong berada di depannya.
Raga datang mendekati putranya itu, tatapannya tajam rahangnya mengeras.
Diraihnya kerah baju Saga
Plaks
Plaks
Dua kali tamparan yang cukup keras mendarat sempurna di wajah pemuda tampan itu.
" Brengsek kamu! Kamu mau menghancurkan Mahendra dan Hara? Jawab!" Gertak Raga masih mencengkram erat kerah baju Saga yang berada di bawah alam sadar karena wine yang ia teguk.
" Pa, apa sih maksud papa?" Jawab Saga dengan meracau.
Raga mendorong tubuh Saga lalu menyeretnya ke kamar mandi, dinyalakannya shower hingga membasahi tubuh putranya itu.
" Sekarang kamu sudah sadar! Kamu benar benar tidak berguna Saga, bahkan istri sebaik Bella kamu biarkan pergi begitu saja!" Gertak Raga dengan tatapan buas.
Saga mencoba menatap wajah papanya yang emosi " Hahh wanita? Bella? Mereka semua racun pa, mereka hanya membuat kita menderita" Ucap Saga sedikit meracau.
Raga semakin emosi dan mendorong tubuh Saga hingga membentur dinding kamar mandi " Sekarang kamu renungi kesalahanmu" Ucap Raga kemudian melangkah pergi meninggalkan putranya yang luruh dan menyesali semuanya tapi sudah terlambat. Luka yang Saga berikan terlalu parah hingga tak mampu bagi Bella untuk memaafkannya.
Saga merasa dunianya telah hancur, hidupnya seperti hampa bahkan kinerjanya di perusahaan saat ini sedang menurun yang membuat papanya harus turun tangan sendiri untuk mengatasinya.
" Hahhhhhhh brengsek! Semua karena kamu Bella! Awas saja kalau menemukanmu akan aku menghukummu !" Teriakan Saga yang terdengar sampai ke luar kamar mandi.
Tok tok tok
Tiba tiba terdengar suara ketukan dari luar kamar mandi.
" Tuan ada kabar baik" Ucap Vincent dari luar kamar mandi.
Saga bergegas beranjak dan membuka pintu kamar mandinya" Apa yang kamu katakan Vin?"
" Iya tuan saya sudah menemukan alamat dokter Vandra, apa kita langsung bergerak ke sana? Dan menurut informasi yang saya dapat dari pihak rumah sakit, dan melihat dari cctv kalau dari posturnya orang yang bersama nona Bella keluar dari rumah sakit adalah dokter Vandra" Ucap Vincent yang membuat Saga tersenyum tipis.
" Baiklah aku ikut Vin, aku harus memastikan sendiri dan menyeret wanita itu pulang" Jawab Saga.
Vincent pun mengangguk.