NovelToon NovelToon
Dijodohkan Dengan Dosen Penyakitan

Dijodohkan Dengan Dosen Penyakitan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Karir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Dijodohkan Orang Tua / Dokter / Suami amnesia
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Athena_Shou

Bianca Mith. Doktor muda arogan yang selalu saja mencari masalah setiap hari saat sedang bekerja. Ayahnya yang seorang pebisnis terkenal tidak tahan dengan kelakukan anaknya itu. Maka dari itu perjodohan itu diadakan.

Bianca menikah dengan Aether Beatrice. Dosen muda dari Universitas Mith. Sesuai kesepakatan awal, beberapa tahun setelah menikah, salah satu dari mereka harus mengorbankan cita-cita mereka untuk memimpin perusahaan keluarga.

Namun tepat setelah satu hari setelah pernikahan, Aether baru mengetahui bahwa ia memiliki penyakit serius pada bagian otaknya. Membuat Aether akan kehilangan sedikit demi sedikit ingatannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athena_Shou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terbangun Tengah Malam

Serena terbangun dari tidurnya. Karena posisi tidurnya miring, tatapan pertamanya tertuju pada punggung seseorang yang terlihat sedang duduk di depan meja belajar dengan lampu meja yang menyala.

Saat Serena sudah cukup lama diam, Serena bisa mengingat kembali apa yang terjadi. Serena sedang berada di kampung halaman Aether. Tidur di kamar laki-laki itu. Dan sekarang laki-laki itu sedang sibuk di depan meja belajar.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Serena dengan suara lemas.

Aether membalikkan tubuh tangannya berada di atas punggung kursi. Menatap istrinya yang kedua matanya sudah terbuka lebar.

"Belajar," jawab Aether.

"Kenapa? Apakah kamu digigit nyamuk?" tanya Aether penasaran.

"Tidak," jawab Serena mulai berdiri.

Saat Serena duduk di atas kasur. Bianca melihat ada bantal di bawah kasur. Bianca ingat bahwa ia tidak pernah menaruh bantal di sana. Menandakan bahwa orang yang meletakkan bantal itu di bawah adalah Aether.

"Kenapa?" tanya Bianca.

"Apanya yang kenapa?" tanya Aether kebingungan.

"Kenapa bantalnya di bawah?"

"Karena aku akan tidur di bawah."

"Kenapa?"

"Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak tidur bersama? Aku tidak mungkin mengambil kesempatan dan tidur di sampingmu."

"Ibumu akan memikirkan hal yang tidak-tidak jika melihatmu tidur di bawah."

"Tenang saja. Aku mengunci kamarku."

"Bukankah itu akan lebih berbahaya untukku?"

"Ada ibuku di rumah. Jika aku macam-macam, kamu bisa berteriak."

Bianca diam. Laki-laki itu memiliki banyak alasan untuk menjawab segala pertanyaan yang ia lontarkan.

"Apa kamu lapar?" tanya Aether mematikan lampu meja belajarnya.

"Sedikit," jawab Bianca.

"Aku akan memasak. Tunggulah sebentar."

Aether bangkit dari posisinya. Berjalan menuju pintu. Membuka kunci pintu. Dan keluar kamar untuk menuju ke arah dapur.

Bianca sendiri tidak bisa makan banyak tadi karena hanya berdua dengan Irene. Suasana sedikit canggung saat Aether tidak ada di rumah. Membuat Bianca tidak bisa berbuat banyak. Dan takut saat mengambil makanan.

Bianca meletakkan kedua kakinya di lantai. Berdiri. Dan mulai berjalan keluar dari kamar. Menyusul suaminya yang berada di dapur.

"Apa yang akan kamu masak?" tanya Bianca saat sudah berada di dapur.

"Bubur dengan potongan ayam di atasnya. Bukankah itu cocok untuk kondisi malam seperti ini? Suasana dingin dan makan makanan hangat. Itu kombinasi yang sangat hebat," ujar Aether mengambil dua piring nasi.

"Apa kamu pernah makan bubur kuah kuning sebelumnya?" tanya Aether.

"Tidak, belum pernah," jawab Bianca duduk di kursi meja makan.

"Kamu harus mencobanya. Apalagi aku yang memasaknya. Kamu akan merasa bahwa buburku ini lebih enak dari semua makanan yang pernah kamu masak."

"Benarkah? Jika memang kamu merasa sangat percaya diri pada masakanmu, kenapa kamu tidak mengizinkan ibumu mencicipinya?"

Aether berbalik badan. Terkejut dengan pertanyaan Bianca. Ia diam sejenak. Sampai ingat bahwa Bianca sudah menghabiskan banyak waktu berdua dengan Irene. Sehingga wajar saja jika Irene bercerita banyak pada Bianca.

"Karena aku mencintai masakan ibuku. Jika aku masak, maka artinya ibu tidak akan masak. Aku tidak mau itu. Selama aku ada di sini, hanya masakan ibuku yang aku masak," ujar Aether mencari alasan.

"Bukankah kamu tadi merasakan masakan ibuku? Bagaimana rasanya? Enak bukan?" tanya Aether.

"Enak. Lebih enak dari masakanmu," ejek Bianca menyangga dagu menggunakan tangan kanannya.

"Terkadang aku berpikir, bagaimana bisa aku bertahan selama ini dengan perempuan sepertimu yang tak bisa menghargai usaha orang lain?" tanya Aether menuangkan nasi dan air ke dalam panci.

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya seperti itu? Bagaimana bisa aku bertahan dengan orang sombong dan jahil sepertimu?" tanya Bianca balik.

Pandangan Bianca kembali tertuju pada rak akrilik yang berisikan segala piala dan piagam milik Aether. Bianca merasa dirinya sangat pintar. Bianca juga memiliki banyak piala di rumahnya. Namun setelah melihat milik Aether, Bianca merasa bahwa kepintaran laki-laki jauh berada di atasnya. Hanya kepintaran yang dimiliki oleh laki-laki itu tertutupi oleh sifat jahilnya.

"Apa ini? Apakah ada acara makan malam lagi?" tanya Irene muncul di dapur.

Bianca dan Aether terkejut akan kehadiran Irene. Mereka berpikir bahwa perempuan paruh baya itu sudah tidur. Dan mereka akan berdua di dapur.

Aether berjalan menuju ke arah belakang tubuh Irene. Memegang kedua bahu ibunya itu. Dan secara perlahan mendorong ibunya itu menuju dapur.

"Masak bubur kuah kuning," ujar Aether masih mendorong Irene.

"Kamu 'kan sudah mulai mengambil bahannya. Hanya perlu bikin bumbunya saja," jawab Irene.

"Ibu yang memasak," jelas Aether.

"Argh, kamu selalu seperti ini. Tidak mau memasak saat tidak ada Ibu. Sesekali Ibu juga ingin memakan masakanmu," keluh Irene saat sudah berada di depan meja dapur.

"Besok-besok," tolak Aether.

Aether duduk di kursi meja makan. Berhadapan dengan Bianca. Aether juga menopang dagunya dan memandang ke arah Irene.

"Kenapa? Bukankah kamu tadi baru saja menyombongkan masakanmu?" ejek Bianca tersenyum ke arah Aether.

"Aku akan memaksamu memakan buburku saat sudah pulang. Biar kamu tau aku tadi tidak berbohong," kesal Aether.

"Kenapa tidak sekarang saja?" tanya Irene mulai membuat bumbu untuk kuah bubur.

"Tidak. Untuk apa juga aku memasak jika ada Ibu?" jawab Aether melipat kedua tangannya di atas meja dan menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangan.

"Apakah ada masalah? Wajahmu terlihat sangat lesu setelah pulang dari balai desa," tanya Irene.

"Aku lelah. Mereka semua bertanya banyak hal padaku. Aku bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk diam setelah sampai di sana. Tenagaku habis," jawab Aether.

"Bukankah itu wajar? Kamu menjadi dosen dan menikah dengan wanita cantik. Mereka pasti iri dan ingin mendengar ceritamu," ujar Irene.

"Aku rasa seperti itu," balas Aether.

Bianca menatap rambut Aether. Laki-laki itu kekalahan. Namun saat ia terbangun tadi, ia melihat laki-laki itu sedang belajar. Dan menawarkan diri untuk memasak makanan untuk Bianca yang sedang kelaparan.

"Kenapa kamu menaruh pialamu di dapur?" tanya Bianca menyampaikan pertanyaan ada sedari awal kedatangannya ke rumah itu.

"Tidak ada alasan yang penting, aku hanya lebih nyaman jika disimpan di sini," jawab Aether kembali mengangkat kepalanya.

"Kenapa tidak di ruang tamu? Dan membiarkan para tamu melihatnya?" tanya Bianca.

"Aku ini orang rendah hati dan tidak suka menyombongkan diri. Kamu harus mengingatnya mulai sekarang," ujar Aether menepuk dadanya.

"Tadi kamu menyombongkan kemampuan masakmu," kesal Bianca menatap sinis Aether.

"Diamkan saja. Dia memang suka seperti itu jika sedang kelelahan. Jika kamu membiarkannya, dia akan tertidur," sahut Irene.

"Apa yang Ibu bicarakan? Apakah menurut Ibu, aku ini orang yang akan tidur dengan begitu mudahnya? Aku ini pendekar terhebat di muka bumi ini. Aku tidak mungkin menyerah di hadapan rasa lelahku," ujar Aether menghadap Irene.

"Tidurlah di kamarmu sana. Kamu sudah mulai berbicara yang aneh-aneh," ujar Irene berbalik menghadap Aether.

"Tidak. Aku akan di sini. Menemani istriku," tolak Aether.

Bianca tersenyum. Ia sudah lama sekali tidak merasakan suasana rumah seperti sekarang. Berdebat dengan orang rumah. Kesal dan tertawa bersama. Ini yang Bianca tidak pernah temukan saat bersama Kazuki. Bianca menemukannya saat bersama Aether.

"Akan ada festival tahunan besok malam di kaki gunung. Apa kalian tidak ingin melihatnya?" tanya Irene.

"Oh, sudah lama sekali aku tidak ke sana," jawab Aether terkejut.

"Ayo ke sana. Ada banyak makanan enak di sana," bujuk Aether menatap Bianca.

"Hanya ada makanan di pikiranmu," kesal Bianca.

1
Bianc
tegas dong
Bianc
merugikan kali
Bianc
hayoo ada masalah apa nih
Bianc
nah kena serangan balik
Bianc
baik sekalilah. selalu nganterin makanan
Bianc
otaknya dibawa ke bengkel aja. siapa tau bener
Bianc
kebalik nggak sih? kalau dibawa ke sana malah sembuh
Bianc
tanda-tanda pengen berhenti tapi nggak bisa
Bianc
habis kena kursi ya pasti sakit
Bianc
udah dilarang tetap nekat ke sana
Bianc
hayoo, mulai ketakutan
Bianc
jalan aja terus, nanti ketemu ujungnya
Bianc
katanya nggak takut hantu
Bianc
gejala penyakitnya kah?
Bianc
langsung dapat tawaran kerja dong
Bianc
tarik nafas. jgn grogi
Bianc
baik sekali lah
Bianc
aturannya ketat juga
Bianc
masih muda tapi udah pikun
Bianc
baru kenal langsung mau ngasih undangan/Frown/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!