Penampilan Yanuar yang bersahaja membuat Amanda senang menatap Yanuar. Tanpa sengaja Amanda sering bertemu dengan Yanuar.
Sinta ibu kandung Amanda tidak tahu kalau putri bungsunya sedang jatuh cinta pada seorang duda. Ia mengatur kencan buta Amanda dengan Radit. Sebagai anak yang baik, Amanda menyetujui kencan buta dengan Radit. Namun, alangkah terkejutnya Amanda ternyata kencan buta itu bertempat di restoran hotel tempat Yanuar bekerja.
Akhirnya Sinta mengetahui Amanda sedang dekat dengan seorang duda. Ia tidak setuju putrinya menjalin kasih dengan Yanuar. Sinta berusaha menjauhkan Amanda dari Yanuar dengan cara memperkenalkan orang yang satu tipe dengan Yanuar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27.
“Mbak Amanda bukan orang yang harus dikasihani,” lanjut Yanuar.
“Mungkin saja Abang kasihan melihat Amanda yang berusaha mendekati Abang.” Amanda menundukan wajahnya. Ia malu kepada Yanuar karena mengatakan yang sebenarnya.
Yanuar tersenyum mendengar perkataan Amanda. “Apa benar Mbak sedang mengejar saya?” tanya Yanuar dengan tatapan menggoda.
Amanda tidak melihat senyum Yanuar yang memikat dan tatapan menggoda. Ia masih tetap menunduk. ‘Pake nanya lagi. Amanda kan jadi malu,’ kata Amanda di dalam hati.
“Mbak Amanda.” Yanuar memanggil Amanda. Namun, Amanda tetap menunduk. Ia merasa malu untuk menatap Yanuar.
Yanuar menghela napas melihat Amanda yang masih saja menunduk seperti seorang adik yang takut dimarahi kakaknya. “Amanda.” Yanuar kembali memanggil Amanda. Namun, kali ini tanpa sebutan ‘Mbak’ seperti karyawan memanggil anak atasan. Kali ini Yanuar memanggil Amanda seperti seorang pria yang sedang memanggil teman wanitanya.
Amanda kaget mendengar cara Yanuar memanggil seperti itu. Amanda mengangkat wajahnya. Yanuar sedang memandangnya dengan tatapan teduh dan penuh rasa sayang.
“Mau kamu menikah dengan Abang?” tanya Yanuar sekali lagi. Kali ini Yanuar mengubah panggilan dirinya agar lebih intim, tidak seperti seorang karyawan yang sedang berbicara dengan putri atasannya.
“Amanda mau, Bang. Tapi Amanda tidak mau Abang mempermainkan perasaan Amanda,” jawab Amanda dengan polos.
“Abang serius, Amanda. Abang tidak main-main. Abang benar-benar ingin menikah dengan Amanda.” Yanuar mencoba meyakinkan Amanda.
Yanuar merogoh saku celana jeans yang ia pakai, ia mengeluarkan kotak kecil dari dalam saku celana. Yanuar menaruh kotak kecil tersebut di atas meja lalu ia dorong kotak itu ke tengah meja agar dekat dengan Amanda.
“Ini untukmu,” ujar Yanuar.
Amanda menatap kotak itu lalu mengambil kotak tersebut. “Apa ini, Bang?” tanya Amanda.
“Itu sebagai tanda bahwa kamu sudah menerima pinangan Abang,” jawab Yanuar.
Amanda membuka kotak tersebut. Di dalam kotak ada sebuah cincin emas putih yang di tengahnya ada tulisan love. Sungguh seperti cincin anak remaja tidak seperti cincin lamaran. Amanda ingin tertawa melihat cincin tersebut. Ia mengatupkan bibirnya agar tidak tertawa.
Yanuar memperhatikan ekspresi wajah Amanda. Ia merasa Amanda tidak suka dengan model cincin tersebut. “Kenapa? Tidak suka dengan modelnya, ya?” tanya Yanuar.
“Tidak, Bang. Amanda suka dengan modelnya,” jawab Amanda.
Amanda mengambil cincin tersebut lalu ia sematkan di jari manis sebelas kiri. Cincin itu pas di jari manis Amanda. Amanda memperhatikan cincin tersebut. Ternyata cincin itu terlihat cantik di jari manisnya.
“Cincinnya pas di tangan Amanda. Bagaimana cara Abang bisa mencari ukuran yang pas dengan jari Amanda?” tanya Amanda sambil memperlihatkan cincin yang ia pakai di jari manis.
“Yulia yang memilih cincin itu. Ia mencoba di jari manisnya,” jawab Yanuar.
“Oh, pantesan saja,” kata Amanda sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Yanuar mengerut keningnya mendengar perkataan Amanda. “Pantesan saja bagaimana?” tanya Yanuar tidak mengerti.
“Pantesan saja modelnya sesuai dengan selera ABG,” jawab Amanda sambil menatap wajah Yanuar.
“Kamu tidak suka, ya? Biar Abang ganti dengan cincin yang lain,” ujar Yanuar.
Cepat-cepat Amanda mengumpet jari tangannya ke belakang punggung. Ia tidak ingin cincin itu diambil oleh Yanuar. “Jangan, Bang! Amanda suka dengan modelnya,” kata Amanda.
Yanuar menghela napas. Ia tidak akan memaksa Amanda melepaskan cincin tersebut. “Alhamdulillah kalau kamu suka,” ucap Yanuar.
“Bang.” Amanda menatap wajah Yanuar dengan wajah serius.
“Kenapa?” tanya Yanuar dengan tatapan yang lembut.
“Mengapa Abang memilih Amanda sebagai calon istri Abang?” tanya Amanda. Ia penasaran mengapa Yanuar memilih dirinya sebagai calon istri bukan perempuan lain.
Yanuar diam sejenak, ia terlihat sedang berpikir. “Kamu cantik, kamu pintar, kamu baik dan tidak sombong. Semua yang ada padamu, Abang suka,” jawab Yanuar.
“Cuma itu saja?” tanya Amanda dengan nada tidak percaya.
“Satu hal yang pasti karena kamu dan Yulia kelihatannya saling menyayangi dan akur. Abang tidak mau setiap hari istri dan anak Abang cekcok satu sama lain,” jawab Yanuar.
“Cuma itu saja? Tidak ada yang special?” tanya Amanda sekali lagi.
Yanuar menghela napas, sepertinya Amanda tidak percaya dengan perkataannya. Yanur mendekatkan tubuhnya ke meja lalu melipat tangannya di atas meja. “Amanda. Abang bukanlah laki-laki yang pandai merayu dengan kata-kata manis dan penuh cinta, seperti laki-laki lain. Rasa cinta dan sayang, Abang tunjukan melalui sikap Abang kepada Amanda,” jawab Yanuar dengan pelan agar tidak terdengar oleh pengunjung yang lain.
Amanda senang setelah mendengar jawaban Yanuar. Hatinya berbunga-bunga. Ternyata Yanuar bersikap baik kepadanya karena Yanuar menyukainya. “Iya, Abang. Amanda mengerti,” jawab Amanda sambil tersenyum manis.
Tiba-tiba datanglah dua orang pelayan resto membawa pesanan makanan mereka. Mereka menaruh makanan di atas meja. Amanda memperhatikan makanan dihadapannya yang nampak menggugah selera.
“Ayo, kita makan dulu. Kamu pasti sudah lapar.” Yanuar mengambil garpu dan pisau, ia bersiap-siap untuk menyantap makanannya. Namun, sebelum makan ia memperhatikan Amanda yang sedang mencicipi steak pesanannya.
“Bagaimana rasanya?” tanya Yanuar sambil menatap Amanda.
“Enak, Bang,” jawab Amanda sambil mengunyah daging steak.
“Makan yang banyak. Biar kamu sehat,” ujar Yanuar.
Amanda menikmati makan malamnya ditemani oleh pria pujaan hatinya yang sekarang sudah menjadi calon suaminya. Hati Amanda sangat bahagia karena apa yang ia impikan selama ini akhirnya terwujud. Yanuar tidak menyatakan cintanya tetapi ia malah meminang Amanda untuk dijadikan istri. Perempuan mana yang tidak senang dilamar oleh pria pujaan hati.
Setelah selesai makan mereka langsung pulang karena hari sudah larut malam. Yanuar mengantar Amanda pulang ke rumah. Sesampai di rumah Amanda, Yanuar menghentikan mobilnya di depan pagar. Rumah Amanda terlihat sudah sepi. Sepertinya semua penghuni rumah sudah beristirahat. Jam yang menempel di dashboard mobil menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.
Yanuar mematikan mesin mobilnya. Amanda duduk menghadap ke Yanuar. “Terima kasih atas makan malam yang indah dan cincin yang cantik, Bang,” ucap Amanda.
Yanuar tersenyum. “Dengan senang hati, Amanda,” jawab Yanuar.
Amanda menyelempangkan tali tas di bahu, ia bersiap untuk turun dari mobil. Ketika Amanda hendak membuka pintu mobil, Yanuar memanggilnya.
“Amanda.” Amanda tidak jadi membuka pintu mobil. Ia menoleh ke Yanuar.
“Ya, Bang,” jawab Amanda.
“Tolong sampaikan pesan Abang ke Pak Bobby. Besok malam setelah pulang kantor Abang hendak bertemu dengan Pak Bobby,” ujar Yanuar.
“Baik, Bang. Akan Amanda sampaikan pesan Abang ke papa,” jawab Amanda.
Amanda pun membuka pintu mobil. Ia turun dari mobil Yanuar. Yanuar juga turun dari mobil. Ia menemani Amanda sampai depan pintu pagar. Satpam rumah Bobby membuka pintu pagar. Amanda masuk ke halaman rumah.
“Dah Abang. Sampai bertemu besok.” Amanda melambaikan tangan ke Yanuar.
Yanuar tersenyum kepada Amanda. “Abang pamit, ya. Assalamualaikum,” ucap Yanuar.
“Waalaikumsalam,” jawab Amanda.
Yanuar kembali ke mobil. Ketika mobil Yanuar hendak menjalankan mobil , Amanda melambaikan tangannya ke arah mobil Yanuar. Yanuar membalas lambaian tangan Amanda lalu ia menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Amanda.
.
.
.
Pembaca yang baik hati dan tidak sombong, hari ini Deche up 1 bab aja, ya. Deche lagi males edit tulisan.
Terima kasih atas pengertiannya.
lha wong sampeyan aja "samen leven" laki² yg bukan mahrom gitu lho /Sweat/