Takdir yang mempertemukan mereka berdua, takdir pula yang membawa mereka kedalam hubungan yang rumit.
Faiha Azkiya, seorang muslimah yang mempunyai mimpi menjadi wanita yang kuat dan tangguh. Pundaknya saat ini dituntut menjadi kokoh, untuk menghidupi dirinya dan sang nenek. Ingin rasanya ia menyerah pada takdir, namun semuanya itu berbanding terbalik. Dimana, takdir itu malah merubah kehidupannya.
Azzam Arsalaan. Pemberontakkan, kejam dan ditakuti oleh hampir semua orang dalam dunia bisnis. Bahkan dunia hitam pun sangat tidak ingin terlibat sesuatu dengannya. Ia akan sangat murka jika kehidupannya terusik, tiada kata 'ampun dan maaf' darinya. Jika tidak, maka nyawa mereka akan lenyap saat itu juga.
Akankah takdir itu dapat menyatukan mereka dan bahagia? Atau sebalinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Beberapa hari kemudian...
Saat ini, Kiya sudah beraktivitas seperti sedia kala. Bekerja dengan posisi baru sebagai asisten pribadi Azzam, tapi. Sejak hari dimana mereka mendapatkan penyerangan, Azzam belum terlihat datang ke perusahaan. Daffa hanya memberitahukannya, jika bos mereka sedang ada pekerjaan lain.
Pria aneh itu kemana? sudah beberapa hari ini dia tidak masuk, apa dia sakit? atau lukanya itu semakin parah? Apa sikapku sudah keterlaluan kepadanya? Hufh, Kenapa jadinya mikirin dia terus. Sadar Kiya, sadar. Perbedaan diantara kalian sungguh sangat terlihat jelas, dia pantas untuk mendapatkan yang lebih baik dari aku. Kiya.
Kiya tidak menyadari, jika Azzam selalu mengawasinya melalui kamera pengawas yang ia pasang secara diam-diam diruangannya tersebut. Azzam memang tidak datang ke perusahaan, ia lebih memilih bekerja dari rumah dan Daffa akan mengirimkan berkas-berkas yang ia butuhkan. Perasaannya saat ini masih sedikit marah dengan ucapan Kiya beberapa hari yang lalu, Azzam ingin Kiya menyadari jika perasaannya itu tulus dan tidak main-main. Azzam memberikan perintah kepada Ghina dan Daffa untuk selalu mengawasi Kiya, mengatur jam kerja dan memperhatikan kesehatannya.
Ddrrttt
Ddrrttt
Kakak Dokter is calling...
" Assalamu'alaikum kak." Jawab Kiya, menerima panggilan telfon yang ternyata dari Gabriel.
" Eh, jawab apa ya. Salam dah, jangan terlalu lelah bekerja. Ingat lambungnmu, apa kau ingin kakak memasang alat penyadap dikepalamu itu biar selalu ingat. Dari tadi kau anggurkan makanan dari kakak. Apa iblis itu selalu memberikan pekerjaan yang sulit padamu? Bilang sama kakak, akan kakak habisi dia, dasar manusia tidak berperikemanusian. Cepat makan sana." Gabriel menjadi posesif kepada Kiya, ia merasa benar-benar mempunyai adik yang harus ia jaga.
" Hem, ayolah kak. Namanya juga kerja, pasti ada plus dan minusnya. Apa tidak ada pasien yang ingin kakak periksa, hingga kakak selalu mengomel setiap menitnya ditelingaku? Lagian, makanan sebanyak itu. Apa nggak mubazir nantinya?" Kiya menyindir Gabriel yang merupakan kakak posesifnya dan sudah over limit.
" Kau ini, pasti adalah pasiennya. Makan nggak dimakan, pokoknya harus habis. Oh iya, tadi kakak sudah mengirimkan nenek alat untuk menjahit. Biar dia tidak merasa bosan, setiap hari menunggumu seharian dirumah tanpa kegiatan. Ya sudah, lanjutkan pekerjaanmu. Bye! " . Gabriel memang selalu seenaknya saja.
Ya Tuhan, pria ini. Kiya.
Kiya pun melanjutkan pekerjaannya, memeriksa setiap berkas yang berdatangan. Sebelum diberikan kepada bosnya, Kiya terlebih dahulu mengauditnya.
Tok
Tok
Tok
" Ki, sudah waktunya istirahat. Yuk cari makan!." Ajak Ghina yang memasuki ruangan tersebut.
" Ehm, kayaknya nggak deh mbak. Ini, dikirimin manusia posesif bin protective. Kita makan ini saja ya, aku nggak mungkin bisa menghabisinya sendirian. Heheheh..." Menunjukkan kiriman paket makanan dari Gabriel dalam jumlah yang cukup banyak.
" Wah wah wah, makan besar dong kita." Ghina kaget melihat makanan dihadapannya.
Akhirnya, kiya pun mengundang teman-temannya dari tim keuangan yang dahulu. Nabila, Eci dan Berry. Serta satu orang lagi, Ferdinand. Dia adalah pegawai baru yang menggantikan posisi Kiya dalam tim tersebut, mereka pun menikmati hidangan besar tersebut dengan sangat hikmat. Tanpa mereka sadari, Ferdinand terus-terusan memperhatikan Kiya.
" Alhamdulillah." ucap Kiya, melihat teman-temannya sangat menikmati hidangan tersebut.
" Aduh, perutku baru kali ini merasakan makanan bintang lima. Ah, senangnya." Berry berceloteh dengan senangnya.
" Aih, katrok pakek banget ni anak. Makanya, sekali-sekali makan noh di restoran mehong. Jangan pinggiran mulu'." Eci menyela perkataan Berry.
" Hemat pangkal kaya, pokemon." Berry membela diri dari celaan Eci.
" Hemat hemat, pala lu! Elu itu bukan lagi hemat, melainkan pelit bin medit. Dasar!." Eci melotot kepada Berry.
Kiya, Nabila dan Ghina tersenyum, melihat ulah dari teman-temannya yang super unik. Hanya Ferdinand yang masih dalam mode diam, namun tersenyum. Ternyata, Ghina perlahan-lahan merasakan adanya keanehan pada Ferdinand. Dia tertangkap basah oleh Ghina, saat sedang asik memandangi Kiya.
" Eh Ki, kamu belum sholat kan? Udah mau habis waktu istirahatnya." Ghina tidak ingin, Kiya dalam masalah. Apalagi bosnya itu sudah memperintahkan kepadanya untuk menjaga Kiya, hanya saja status mereka masih belum jelas.
" Ah, iya mbak. Terima kasih sudah mengingatkan, Kalau begitu kami duluan ya. Kalian silahkan menikmatinya." Kiya dan Ghina beranjak pergi, meninggalkan mereka yang masih asik dengan hidangan yang ada.
Sambil berjalan, Ghina pun memperingati Kiya agar berhati-hati dengan Ferdinand. Mbak liat, tatapannya sama kamu itu sangat aneh. Ingat sama bos." Ghina mengingatkan Kiya agar tidak terlalu percaya dengan orang baru.
" Mbak ada-ada saja, kan kita semua teman satu tim. Mungkin itu hanya perasaan mbak saja." Kiya tersenyum menatap Ghina yang masih dengan wajah penasarannya.
" Ye ni anak, pokoknya mbak sudah mengingatkan kamu ya. Jika terjadi sesuatu karena dia, mbak nggak ikut-ikut lo Ki." Ghina berceloteh sembari menggenakan mukenahnya.
" Insyaa Allah nggak akan terjadi apa-apa mbak, do'ain saja. Ya udah, sholat dulu ya." Kiya mengakhiri pembicaraan diantara mereka berdua, sebenarnya Kiya juga merasakan hal tersebut. Namun semuanya itu ia tepis, ia tidak ingin bershu-udzon (berburuk sangka) kepada orang lain.
......................
Kiya! Cantik juga, manis dan sangat menarik. Akan kucoba untuk menakhlukkannya, tidak ada larangan untuk mendekatinya, bukan! Ferdinand.