NovelToon NovelToon
Life After Marriage: My Annoying Husband

Life After Marriage: My Annoying Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers / Cintapertama
Popularitas:46
Nilai: 5
Nama Author: Aluina_

Keira Anindya memiliki rencana hidup yang sempurna. Lulus kuliah, kerja, lalu menikah dengan pria dewasa yang matang dan berwibawa. Namun rencana itu hancur lebur saat ayahnya memaksanya menikah dengan anak rekan bisnisnya demi menyelamatkan perusahaan.
Masalahnya calon suaminya adalah Arkan Zayden. Pria seumuran yang kelakuannya minus, tengil, hobi tebar pesona, dan mulutnya setajam silet. Arkan adalah musuh bebuyutan Keira sejak SMA.

"Heh Singa Betina! Jangan geer ya. Gue nikahin lo cuma biar kartu kredit gue gak dibekukan Papa!"

"Siapa juga yang mau nikah sama Buaya Darat kayak lo!"

Pernikahan yang diawali dengan 'perang dunia' dan kontrak konyol. Namun bagaimana jika di balik sikap usil dan tengil Arkan, ternyata pria itu menyimpan rahasia manis? Akankah Keira luluh atau justru darah tingginya makin kumat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aluina_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26

Suasana di dalam mobil sedan mewah Arkan yang melaju membelah jalanan Jakarta malam itu terasa hangat dan penuh tawa. Keira sudah melepas sepatu hak tingginya dan duduk bersila di jok penumpang dengan santai, tidak peduli gaun mahalnya kusut.

Arkan masih tertawa kecil sambil menyetir. Sesekali dia melirik istrinya dengan tatapan kagum yang tidak ditutup-tutupi.

"Sumpah Ra. Gue masih enggak bisa berhenti mikirin muka Vanessa tadi. Pas lo bilang gue jadwal minum obat cacing, mukanya langsung ijo kayak ketelen biji kedondong. Itu epik banget," kata Arkan sambil memukul setir pelan.

Keira ikut tertawa sambil memijat kakinya yang pegal. "Ya abisnya gue kesel. Dia genit banget megang-megang bahu lo. Gue harus kasih alasan yang logis tapi bikin dia ilfeel. Obat cacing adalah solusi terbaik."

"Tapi kenapa harus cacing Ra? Emangnya gue kelihatan kurus kering kayak orang cacingan? Bilang kek gue butuh vitamin ketampanan atau apa gitu yang lebih keren," protes Arkan meski bibirnya tersenyum.

"Kalau gue bilang vitamin ketampanan, nanti dia malah makin nempel. Gue harus bikin imej lo jatuh sejatuh-jatuhnya biar dia enggak nafsu lagi sama lo. Taktik perang, Pak Bos," jelas Keira bangga.

Arkan menggelengkan kepala. Dia meraih tangan kiri Keira dan menggenggamnya erat di atas persneling.

"Makasih ya. Lo udah nyelametin gue malam ini. Jujur gue risih banget dansa sama dia. Baunya nyengat banget kayak toko parfum tumpah," aku Arkan.

"Sama-sama. Gue juga enggak rela suami gue dipegang-pegang sama nenek sihir Paris itu. Itu namanya menjaga aset," jawab Keira.

Mereka sampai di rumah lewat tengah malam. Rumah mewah itu sepi dan gelap. Arkan memarkirkan mobil di garasi. Saat mereka turun, Arkan tiba-tiba menggendong Keira ala pengantin baru.

"Arkan! Turunin! Gue berat!" pekik Keira kaget sambil mengalungkan tangannya ke leher Arkan agar tidak jatuh.

"Enggak mau. Kaki lo kan sakit abis pake heels tinggi banget tadi. Sebagai suami siaga, gue harus gendong lo sampai kamar. Anggap aja latihan buat gendong anak kita nanti," kata Arkan sambil berjalan masuk ke rumah dengan langkah gagah.

Keira menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada bidang Arkan. Jantungnya berdegup kencang mendengar detak jantung Arkan yang juga berpacu cepat. Wangi parfum Arkan yang maskulin bercampur keringat tipis membuatnya merasa nyaman.

Sesampainya di kamar, Arkan menurunkan Keira di tepi kasur baru mereka yang empuk. Keira duduk sambil mengatur napas. Arkan berdiri di hadapannya sambil melonggarkan dasi kupu-kupunya.

"Ra," panggil Arkan pelan. Suaranya terdengar lebih berat dari biasanya.

"Apa?" Keira mendongak.

"Bantuin gue dong. Ini kancing kemeja gue nyangkut di rambut lo tadi pas gendong," kata Arkan sambil menunjuk kancing atas kemejanya.

Keira berdiri dan mendekat. Benar saja, ada sehelai rambut panjang Keira yang melilit di kancing Arkan. Dengan telaten, Keira berusaha melepaskannya. Jarak wajah mereka sangat dekat. Keira bisa merasakan hembusan napas hangat Arkan di dahinya.

"Udah," kata Keira setelah berhasil melepaskan rambutnya.

"Sekarang gantian. Bantuin gue buka resleting gaun gue. Tangan gue enggak nyampe ke belakang. Ini gaunnya agak sempit di punggung," pinta Keira sambil membalikkan badan.

Arkan menelan ludah. Punggung Keira yang terekspos sebagian oleh model off-shoulder gaun itu terlihat sangat mulus di bawah lampu kamar yang temaram. Arkan mengulurkan tangannya yang sedikit gemetar.

"Arkan? Kok diem? Bisa enggak?" tanya Keira saat tidak merasakan pergerakan.

"Bisa. Sabar. Tangan gue licin abis megang setir," alibi Arkan.

Arkan memegang kepala resleting itu. Dia menariknya perlahan ke bawah. Bunyi resleting terbuka terdengar nyaring di keheningan kamar. Punggung putih Keira perlahan terlihat semakin jelas. Arkan menahan napas. Pemandangan ini terlalu indah untuk dilewatkan, tetapi juga menyiksa imannya yang setipis tisu.

Tiba-tiba, resleting itu macet di tengah jalan.

"Duh. Macet Ra. Nyangkut di kain daleman kayaknya," lapor Arkan panik.

"Hah? Jangan ditarik paksa! Nanti robek! Ini gaun mahal minjem punya Mama lo!" seru Keira panik.

Arkan mencoba menariknya ke atas lagi, tetapi tidak bisa. Menarik ke bawah juga tidak bisa. Gaun itu benar-benar terkunci di tengah punggung.

"Gimana ini Arkan? Gue kejepit! Gue enggak bisa napas kalau enggak dibuka!" Keira mulai sesak napas karena panik dan korset yang ketat.

"Tenang Ra. Jangan panik. Gue ambil gunting," kata Arkan.

"JANGAN! Kalau digunting gue balikinnya gimana ke Mama? Gue harus ganti rugi lima puluh juta!" larang Keira.

Mereka berdua terjebak dalam situasi konyol. Keira berdiri membelakangi Arkan dengan gaun setengah terbuka, sementara Arkan berkeringat dingin berusaha membetulkan resleting macet dengan jari-jarinya yang besar.

"Coba lo tarik napas terus tahan perut lo. Biar agak longgar," instruksi Arkan.

Keira menahan napas sekuat tenaga sampai wajahnya biru. Arkan mencoba menarik resleting itu lagi dengan hati-hati.

Resleting itu akhirnya bergerak turun. Keira menghembuskan napas lega yang panjang. Gaun itu melorot jatuh ke lantai, menyisakan Keira yang hanya mengenakan pakaian dalam dan korset pembentuk tubuh.

Keira refleks menyilangkan tangan di dada dan berbalik menghadap Arkan dengan wajah merah padam.

"Arkan! Tutup mata lo!" teriak Keira malu.

Namun Arkan tidak menutup mata. Dia justru menatap Keira dengan tatapan yang sulit diartikan. Tidak ada nafsu yang menjijikkan, melainkan tatapan memuja yang tulus.

"Kenapa harus tutup mata? Lo istri gue, Ra. Dan lo cantik banget," ucap Arkan lembut. Dia melangkah maju mendekati Keira.

Keira terpaku. Langkah kakinya seolah dipaku ke lantai. Dia tidak mundur seperti biasanya. Hatinya berdesir hebat mendengar pujian itu.

Arkan berhenti tepat di depan Keira. Dia mengangkat tangannya dan menyentuh pipi Keira dengan ibu jarinya.

"Ra. Inget kan tadi di warung bakso gue bilang apa? Gue mau kita mulai semuanya dengan bener. Gue mau kita jadi suami istri yang sebenernya," bisik Arkan.

Keira mengangguk kaku. "Iya. Gue inget."

"Gue enggak mau maksa lo. Tapi gue juga laki-laki normal yang enggak tahan kalau liat istri secantik lo di depan mata. Jadi, boleh enggak gue minta hak gue malam ini? Tanpa obat cacing, tanpa nyamuk, tanpa gangguan?" tanya Arkan sopan namun penuh harap.

Keira menatap mata cokelat Arkan yang dalam. Dia melihat ketulusan dan cinta di sana. Ketakutannya perlahan sirna. Dia sadar, dia juga menginginkan hal yang sama. Dia sudah jatuh cinta pada pria tengil ini.

"Lampu," cicit Keira pelan.

"Kenapa lampunya?"

"Matiin lampunya. Gue malu kalau terang benderang," pinta Keira sambil menyembunyikan wajahnya di dada Arkan.

Arkan tersenyum lega. Itu artinya lampu hijau. "Siap Nyonya. Gelap-gelapan lebih seru. Kayak main petak umpet."

Arkan mematikan lampu utama dan hanya menyisakan lampu tidur yang sangat redup. Dia kembali ke hadapan Keira, lalu mengangkat tubuh mungil istrinya dan membaringkannya di kasur dengan lembut.

Malam itu, tidak ada lagi guling pembatas. Tidak ada lagi sandiwara. Yang ada hanyalah Arkan dan Keira yang saling menyalurkan perasaan yang selama ini terpendam. Perasaan cinta yang tumbuh dari rasa benci, gengsi, dan situasi konyol yang mereka lalui bersama.

Di tengah keheningan malam, Arkan membisikkan kalimat yang membuat Keira tersenyum bahagia.

"Gue cinta sama lo, Keira. Istri galak gue."

"Gue juga cinta sama lo, Arkan. Suami tengil gue."

Sinar matahari pagi yang cerah masuk melalui celah jendela yang lupa ditutup semalam. Arkan terbangun lebih dulu. Dia merasakan berat di lengannya. Keira masih tertidur pulas berbantalkan lengan kanannya. Wajahnya terlihat damai dan polos tanpa makeup.

Arkan tersenyum lebar mengingat kejadian semalam. Dia merasa menjadi pria paling beruntung di dunia. Dia mencium kening Keira pelan, berusaha tidak membangunkannya.

Namun, perut Arkan berbunyi nyaring.

Suara itu cukup keras hingga membuat dahi Keira berkerut. Mata Keira perlahan terbuka.

"Berisik banget sih perut lo. Kayak mesin cuci rusak," gumam Keira dengan suara serak khas bangun tidur.

Arkan nyengir. "Laper Ra. Semalem kan olahraga kardio. Butuh asupan energi."

Wajah Keira memerah seketika mengerti maksud 'olahraga' itu. Dia memukul dada Arkan pelan.

"Dasar mesum. Pikirannya makanan mulu," omel Keira sambil menarik selimut menutupi tubuhnya sampai leher.

"Ya wajar dong. Gue manusia. Lo mau dimasakin apa? Nasi goreng ginjal lagi?" tawar Arkan sambil bangkit dan memakai celana pendeknya.

"Enggak usah. Kita pesen bubur ayam langganan aja. Gue males gerak. Badan gue remuk semua gara-gara lo," keluh Keira manja.

Arkan tertawa bangga. "Itu artinya gue sukses menjalankan tugas negara. Oke, gue pesen bubur ayam. Lo mandi gih. Atau mau dimandiin?"

Keira melempar bantal ke arah Arkan. "Keluar sana! Gue mandi sendiri!"

Arkan menangkap bantal itu sambil tertawa lalu keluar kamar dengan siulan riang.

Saat Keira sedang mandi, ponsel Arkan yang tertinggal di nakas berbunyi. Sebuah panggilan masuk dari Mama Rina.

Keira yang baru selesai mandi dan memakai piyama handuk mendengar dering itu. Dia melihat layar ponsel Arkan.

Mama Negara Calling

Keira mengangkatnya, takut ada hal penting.

"Halo Ma? Ini Keira. Arkan lagi di bawah pesen bubur," sapa Keira sopan.

"Halo Keira sayang! Wah, suara kamu kok serak-serak basah gitu? Abis teriak-teriak ya semalam?" goda Mama Rina langsung to the point. Insting mertuanya memang menakutkan.

Wajah Keira memanas. "Enggak kok Ma. Lagi batuk dikit. Ada apa Ma nelpon pagi-pagi?"

"Gini sayang. Mama sama Papa kan bangga banget liat kalian di berita kemarin pas ngalahin si pelakor itu. Terus Mama juga seneng liat kalian makin lengket. Jadi Mama kasih hadiah buat kalian," kata Mama Rina antusias.

"Hadiah apa Ma? Jangan boneka bayi lagi ya Ma. Jojo udah cukup bikin pusing," tolak Keira halus.

"Bukan boneka. Ini tiket pesawat dan voucher hotel. Ke Bali. Tiga hari dua malam. Berangkat nanti sore jam lima. Kalian harus bulan madu beneran. Enggak ada penolakan," perintah Mama Rina.

"Hah? Nanti sore? Ma, Keira belum cuti. Arkan juga banyak kerjaan," Keira kaget. Mendadak sekali.

"Udah Mama urus. Papa udah bilang ke sekretaris Arkan buat kosongin jadwal. Dan Mama udah telpon bos kamu, Pak Burhan. Dia setuju kasih kamu cuti bonus karena kinerja kamu bagus. Jadi kalian tinggal packing. Sopir Mama bakal jemput jam dua siang," jelas Mama Rina dengan persiapan matang.

Keira tidak bisa berkata-kata. Mertuanya ini benar-benar The Real Boss.

"Y-ya udah Ma. Makasih banyak ya Ma," jawab Keira pasrah.

"Sama-sama sayang. Pokoknya pulang dari Bali harus bawa kabar baik ya. Kalau enggak, Mama kirim jus tauge satu galon ke rumah. Dah sayang!" telepon diputus sepihak.

Keira menatap ponsel itu dengan bengong. Jus tauge satu galon? Itu ancaman biologis namanya.

Arkan masuk ke kamar membawa dua mangkok bubur ayam.

"Siapa yang nelpon Ra? Kok muka lo tegang gitu? Ada teror lagi?" tanya Arkan sambil meletakkan bubur di meja.

"Bukan teror. Tapi perintah negara. Mama nelpon. Kita disuruh ke Bali nanti sore. Bulan madu," lapor Keira.

Mata Arkan berbinar. "Serius? Bali? Asik dong! Kita bisa main air di pantai. Bisa liat sunset. Bisa lanjutin ronde kedua di villa romantis."

"Otak lo isinya ronde mulu. Kita belum packing Arkan! Pesawat jam lima sore!" Keira mulai panik ala emak-emak.

"Santai Ra. Masih pagi. Kita sarapan dulu. Bubur ayam spesial pakai ati ampela buat penambah stamina," Arkan menyodorkan sendok pada Keira.

Mereka sarapan bersama di balkon kamar sambil menikmati udara pagi.

"Ra," panggil Arkan di sela makan.

"Hmm?"

"Gue seneng deh Vanessa balik kemarin," kata Arkan tiba-tiba.

Keira tersedak. "Lo seneng? Lo masih cinta sama dia?"

"Bukan gitu. Gue seneng karena gara-gara dia dateng, lo jadi cemburu buta dan akhirnya ngaku kalau lo cinta sama gue. Kalau enggak ada dia, mungkin kita masih main kucing-kucingan sampai lebaran monyet," jelas Arkan sambil tersenyum manis.

Keira mencibir. "Dasar. Itu namanya blessing in disguise. Berkah terselubung."

"Iya. Dan berkah terbesarnya adalah lo. Makasih ya udah jadi istri gue. Walaupun lo galak, suka nyubit, dan masakan lo kadang gosong, tapi gue tetep sayang," gombal Arkan.

"Gue juga sayang sama lo. Walaupun lo tengil, manja, dan suka bikin darah tinggi. Lo pelengkap hidup gue yang aneh ini," balas Keira tulus.

Arkan mendekatkan wajahnya, hendak mencium Keira. Tapi Keira menahan bibir Arkan dengan kerupuk.

"Makan dulu. Abis itu packing. Jangan macem-macem. Kita butuh tenaga buat lari ke bandara nanti," kata Keira tegas.

Arkan menggigit kerupuk itu sambil tertawa. Petualangan baru menanti mereka di Bali. Dan Arkan yakin, bulan madu kali ini tidak akan menjadi bencana seperti fitting baju atau foto prewedding mereka dulu. Kali ini, semuanya akan terasa manis. Semanis bubur ayam kecap yang sedang mereka nikmati berdua.

Meskipun, tentu saja, Arkan tidak tahu kalau di Bali nanti mereka akan bertemu dengan seseorang yang tidak terduga. Seseorang yang akan menguji kekompakan mereka sekali lagi. Tapi itu urusan nanti. Sekarang, biarkan mereka menikmati bubur ayam dan cinta yang baru mekar ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!