Vira, terkejut ketika kartu undangan pernikahan kekasihnya Alby (rekan kerja) tersebar di kantor. Setelah 4 tahun hubungan, Alby akan menikahi wanita lain—membuatnya tertekan, apalagi dengan tuntutan kerja ketat dari William, Art Director yang dijuluki "Duda Killer".
Vira membawa surat pengunduran diri ke ruangan William, tapi bosnya malah merobeknya dan tiba-tiba melamar, "Kita menikah."
Bos-nya yang mendesaknya untuk menerima lamarannya dan Alby yang meminta hubungan mereka kembali setelah di khianati istrinya. Membuat Vira terjebak dalam dua obsesi pria yang menginginkannya.
Lalu apakah Vira mau menerima lamaran William pada akhirnya? Ataukah ia akan kembali dengan Alby?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Drezzlle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penolakan
Pria dengan stelan jas hitam—kemeja putih itu masih berlutut. Kedua tangannya gemetar, meremas celananya kuat-kuat.
Wajahnya lebam, darah di sudut bibir dan pelipis masih basah. Napasnya tercekat, nyaris mati.
BUGH!
Kaki tanpa alas itu lagi-lagi menendang di bagian dada. Alby kembali terhuyung, kedua bahunya kembali gemetar menahan isakan.
“Aku telah memberimu ijin untuk menikahi putriku, dan ini balasanmu!” suara Suryono menggelegar memenuhi ruangan.
Alby diam, sorot matanya jatuh di lantai. Tak berani berkutik.
“Bisa-bisanya kamu mengkhianati keluarga kami lalu kabur!” Suryono mengarahkan popor senapan ke arah punggung Alby. BUGH! memukulnya kuat.
Tulang torakal yang terhubung rusuk, berbunyi KREK!
Punggung Alby kembali ambruk, kini tangannya menyentuh lantai. Menahan rasa sakit yang kian menjalar.
“Ayah… aku masih sangat mencintai Vira,” kata Alby dengan suara gemetar.
“Jangan memanggilku ayah! Kita tidak ada urusan lagi setelah ini. Enyah dari kehidupan putriku, jangan pernah menunjukkan batang hidungmu di keluarga kami lagi.” napas Suryono tersengal, keringat dingin di kening dan pelipis menetes turun. Baru saja ia keluar dari rumah sakit setelah mendapatkan perawatan jantung, kini tenaganya kembali terkuras untuk memberi pelajaran pada Alby.
Sreek!
Kerah kemeja Alby terangkat saat Suryono mencengkeramnya kuat. Kedua mata mereka bertemu, Suryono dengan mata berkilat merah sementara Alby mata kelopak mata kanannya lebam hampir tak bisa melihat.
“Keluar dari rumahku, dan jangan memasuki kehidupan putriku lagi!” Peringatan terakhir yang diberikan Suryono. Cengkeraman itu mengendur dan perlahan terlepas.
Sementara di halaman depan rumah. Mobil Jeep lainnya tiba. Ikmal membuka pintu mobil dengan gerakan kasar.
Tok!
Mengetuk jendela mobil.
“Keluar kalian!” titahnya. Meminta Vira dan William segera turun.
William dan Vira turun dari mobil. Aina menyambut kedatangan putrinya dan langsung memeluknya erat. Air mata pecah, memukul punggung putrinya dengan pelan.
“Kenapa tidak katakan pada Ibu, jika hubunganmu dan Alby berakhir?!” suara Aina terdengar kesal, namun tak tega.
Vira mencium punggung tangan Ibunya, kemudian memeluknya. “Vira takut harus memulai darimana, Bu.” jawabnya.
Kemudian pandangan mata Aina beralih ke arah William.
“Dan… pria ini siapa?” tanya Aina, satu alisnya terangkat.
William tersenyum, lalu melangkah mendekat. “Saya William, pria yang hendak melamar putri Ibu,” jawab William dengan suara tenang.
Aina menggelengkan kepalanya, menarik napasnya pelan. Masalah di dalam rumah saja belum selesai, kedatangan pria yang akan melamar putrinya akan menjadi perdebatan sampai malam.
“Ayahmu sedang di ruang kerjanya bersama Alby,” ujar Aina.
Vira tersentak, matanya membesar. “Alby? Untuk apalagi?” tanya Vira.
“Untuk apa? Pecundang itu seharusnya datang terlebih dahulu tanpa kami harus menyeretnya,” timpal Ikmal.
Orang yang mereka bicarakan akhirnya keluar dari ruangan. Alby menunduk, napasnya masih tersengal.
Vira yang melihat Alby tanpa sadar berlari ke arahnya. Mengangkat dagu Alby perlahan, melihat semua luka lebam dan memar yang ayahnya berikan.
“Vira… aku masih mencintaimu, apa yang harus kau lakukan untuk membuat kita kembali?” ucap Alby.
William mendekat segera menyingkirkan tangan Alby yang akan menyentuh Vira. “Tidak ada yang bisa kamu lakukan, dia bukan milikmu lagi,” tegasnya.
Vira hanya diam, perasaan cinta itu belum sepenuhnya terkikis. Tapi, ia tidak bisa melakukan apapun. Jutaan kenangan yang indah diberikan Alby padanya, kini menjadi tak berarti hanya karena satu kesalahan.
Ikmal mendorong punggung Alby. “Pergi dari sini, urusanmu dan keluarga kami sudah selesai!” katanya. “Kembalikan sampah ini ke tempatnya!” titah Ikmal pada kedua rekannya.
“Vir…” Alby masih menoleh ke arah Vira, meskipun kedua rekan Ikmal menarik tangannya, memaksanya masuk kedalam mobil. “Vir… aku masih mencintaimu, sampai kapanpun akan mencintaimu Vira,” ucapnya lagi dengan suara parau.
Vira segera memalingkan wajahnya, menatap Alby lebih lama membuatnya takut untuk kehilangan kendali.
Mobil Jeep keluar dari halaman rumah. Melaju pergi—mengembalikan Alby pada tempatnya.
Suara langkah lain menyusul terdengar, menyambut kedatangan Vira dan William.
“Siapa dia?” tanya Suryono. Tatapannya menyelidik ke arah William.
“Dia pria itu… pria yang ingin menggantikan Alby,” jawab Ikmal.
William dengan langkah tenang mendekat, lalu mengeluarkan tangan kanannya untuk berjabat tangan.
“Perkenalkan saya William Sanjaya, atasan di kantor tempat putri Bapak bekerja,” ucap William.
Suryono membalas jabatan tangan ini dengan singkat.
“Silakan duduk,” ucap Suryono, suaranya tegas.
William kemudian duduk tepat berdampingan dengan Vira.
“Kau pria yang dibicarakan ingin menikahi putriku?” tanya Suryono, matanya memicing tajam.
“Benar Pak, saya berniat ingin melamar Vira,” jawab William dengan wajah tegas.
Perlahan sudut bibir Suryono naik keatas. “Saya tidak menyetujuinya,” ujar Suyono.
Seketika mata William melebar. “Saya sangat mencintai Vira, saya akan melakukan segalanya untuk memberikan kebahagiaan untuknya.”
“Semua pria yang datang ke rumah ini juga mengatakan hal yang sama, dan kali ini saya tidak akan membiarkan Vira jatuh pada pria pecundang lainnya,” ujar Suryono.
“Vira, masuk! Tinggalkan pekerjaanmu, ayah sudah menemukan pria yang tepat untukmu,” tambahnya. Suryono bangun dari duduknya.
“Antar dia kembali Ikmal!”
William seketika langsung bangkit dari duduknya dengan cepat. “Saya mencintai Vira, berapa yang anda inginkan agar saya bisa meminang Vira?”
Suryono berbalik, kemudian mendekat ke arah William.
Plak!
Satu tamparan keras di pipi kiri. Membuat semua orang tersentak.
“Putriku bukan barang, aku bisa membahagiakannya.” Mata Suryono terbelalak. “Pergi dari rumah ini,” tambahnya.
William segera menarik tangan Vira. “Vira kamu ingin hidup denganku?” tanya William. Suaranya terdengar tergesa dan membutuhkan jawaban dengan cepat. “Katakan?”
Suryono segera menarik kerah kemeja William. “Tinggalkan putriku, jika tidak… kamu tidak akan pernah melihat matahari lagi!”
Bersambung…
Akankah mbak Vira memilih Wiliam? Atau malah lebih menuruti keinginan kedua orangtuanya? 🤔🤔
tapi di cintai sama bos gaskeun lah 😍