NovelToon NovelToon
Cinta Sang CEO Dingin

Cinta Sang CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Balas Dendam / CEO / Bullying di Tempat Kerja / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Di kota megah Aurelia City, cinta dan kebencian berjalan beriringan di balik kaca gedung tinggi dan cahaya malam yang tak pernah padam.

Lina Anastasya, gadis sederhana yang keras kepala dan penuh tekad, hanya ingin bertahan hidup di dunia kerja yang kejam. Namun, takdir mempertemukannya dengan pria paling ditakuti di dunia bisnis Ethan Arsenio, CEO muda yang dingin, perfeksionis, dan berhati beku.

Pertemuan mereka dimulai dengan kesalahpahaman konyol, berlanjut dengan kontrak kerja yang nyaris seperti hukuman. Tapi di balik tatapan tajam Ethan, tersembunyi luka masa lalu yang dalam… luka yang secara tak terduga berhubungan dengan masa lalu keluarga Lina sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 16

Ballroom Hotel Imperial megah dan memuakkan. Ratusan orang terkaya di Aurelia City berdesakan, udara berdengung dengan tawa palsu dan denting gelas kristal.

Lina merasa seperti penipu ulung dalam gaun safirnya.

"Tetap dekat," desis Ethan di sebelahnya saat mereka keluar dari Maybach. Kilatan kamera paparazzi menyambut mereka di pintu masuk, tapi Ethan mengabaikan mereka seolah-olah lalat.

Lina memegang tablet kecil senjata satu-satunya erat-erat.

Pukul 19.45. Tepat sesuai jadwal.

Mereka tidak masuk melalui lobi utama. Lina mengarahkan Ethan melalui pintu samping dekat area servis, persis seperti rencananya. Saat mereka melangkah masuk ke ballroom, suara Nyonya Prawira yang melengking sedang bergema dari atas panggung.

"...dan dengan kemurahan hati kita malam ini, kita membuktikan bahwa Aurelia City..."

Pidato pembukaan. Sempurna. Semua mata tertuju ke panggung.

"Sekarang," bisik Lina.

Ethan tidak perlu disuruh dua kali. Dia bergerak dengan keanggunan predator yang senyap, menyusuri dinding belakang ruangan, menuju bar di sudut terjauh. Lina mengikuti persis di belakangnya, matanya memindai kerumunan.

Dia melihat Nyonya Prawira di atas panggung seorang wanita bertubuh mungil dengan gaun merah menyala dan kalung berlian yang bisa membeli apartemen Lina.

Dia melihat Tuan Budiman, pria tua berwajah kebapakan dengan jas yang sedikit kebesaran, berdiri canggung di dekat bar, persis seperti yang Lina minta.

Mereka tiba di bar tepat pukul 19.53. Ethan mengambil segelas sparkling water. Dia berdiri membelakangi kerumunan, terlindung oleh pilar marmer, tampak bosan namun tetap mengintimidasi.

Lina berdiri di sisinya, bertindak sebagai pengawal tak terlihat.

"Dia akan selesai bicara dalam dua menit," gumam Lina, menatap panggung.

"Aku tahu," balas Ethan pelan. "Aku bisa melihat Tuan Budiman dari sini. Dan aku bisa melihat Nyonya Prawira menatap ke arah ini. Dia sudah melihatku."

Jantung Lina berdebar. "Tidak masalah. Dia tidak akan sempat."

Pukul 19.55.

"TERIMA KASIH!" Suara Nyonya Prawira menggema, diikuti tepuk tangan meriah. Musik orkestra yang lembut mulai mengalun.

Inilah saatnya.

Nyonya Prawira turun dari panggung dan seperti yang diduga mulai melangkah ke arah mereka, senyum palsu terpasang di wajahnya.

"Tuan. Sekarang," kata Lina tegas.

Saat Nyonya Prawira masih berjarak tiga puluh langkah, Lina melangkah ke depan dan menyentuh lengan Tuan Budiman dengan sopan.

"Tuan Budiman? Saya Lina Anastasya, dari kantor Presir Arsenio."

Pria tua itu tersenyum lega. "Ah, ya, Nona. Terima kasih sudah mengundang saya."

"Presdir Arsenio sangat ingin bertemu Anda," kata Lina, dengan mulus menempatkan dirinya di antara Ethan dan Nyonya Prawira yang semakin mendekat. Dia memimpin Tuan Budiman ke hadapan Ethan.

Pukul 19.57.

"Tuan Budiman, sebuah kehormatan," kata Ethan, suaranya berubah hangat sebuah kehangatan palsu yang dibuat dengan ahli. Dia menjabat tangan pria itu.

"Presdir Ethan! Saya tidak tahu harus berkata apa atas kemurahan hati Anda..."

"Arsenio Group selalu mendukung pendidikan," potong Ethan, tidak ingin membuang waktu.

Lina menyerahkan amplop cek yang sudah disiapkan. Ethan menyerahkannya kepada Tuan Budiman. Tepat pada saat itu, seorang fotografer (yang sudah di briefing Lina) muncul entah dari mana.

KLIK!

Satu jepretan. Cek, Ethan, dan Tuan Budiman yang berseri-seri. Sempurna.

Pukul 19.59.

Nyonya Prawira hanya berjarak beberapa langkah. Wajahnya mengeras, menyadari dia telah kehilangan momennya.

"Ethan, Sayang! Kau akhirnya datang!" serunya, suaranya dibuat-buat riang.

Ethan baru saja akan berbalik, terperangkap.

Pukul 20.00. Tepat.

Ponsel di dompet kecil Lina bergetar alarm pengingat, bukan panggilan Elena. Dia tidak akan mengambil risiko sinyal buruk.

Lina segera melangkah maju, meletakkan satu tangannya dengan ringan namun mendesak di lengan tuksedo Ethan.

Kontak fisik itu membuat Ethan menoleh padanya seketika.

Lina menatapnya dengan ekspresi panik yang dibuat-buat. "Tuan," bisiknya, cukup keras untuk didengar, "panggilan darurat dari London. Mereka bilang ini mendesak. Masalah dewan."

Ethan menatap mata Lina. Sesaat, Lina takut pria itu akan membongkar sandiwaranya.

Tapi topeng Ethan sempurna. Wajahnya langsung mengeras menjadi cemas.

Dia berbalik ke Tuan Budiman. "Tuan Budiman, maafkan saya." Lalu dia menoleh ke Nyonya Prawira yang baru saja tiba.

"Nyonya Prawira. Malam yang indah," kata Ethan dingin, sudah sambil bergerak. "Sayang sekali, London tidak bisa menunggu."

Sebelum wanita itu bisa mengucapkan sepatah kata pun, Ethan sudah berjalan cepat menuju pintu samping, Lina setengah berlari untuk mengikutinya.

Mereka keluar dari ballroom yang menyesakkan itu dan kembali ke koridor servis yang sepi.

Pintu tertutup di belakang mereka, meredam suara orkestra.

Total waktu di dalam Lima belas menit. Tiga puluh detik.

Saat mereka berada di dalam lift pribadi menuju basement, adrenalin masih memompa di dalam diri Lina.

Keheningan di lift itu tebal. Ethan berdiri menatap pintu, punggungnya kaku. Lina bisa melihat pantulan mereka di baja yang mengilap.

Ethan tiba-tiba melonggarkan dasi kupu-kupunya dengan satu tarikan kasar.

"London, ya?" katanya ke pintu.

Lina menarik napas, akhirnya bisa bernapas lega. "Saya... saya pikir itu terdengar lebih penting daripada 'Elena', Tuan."

Lift berdenting, pintu terbuka ke lobi basement yang sepi tempat Maybach mereka menunggu.

Ethan berjalan keluar. Tepat sebelum masuk ke mobil, dia berhenti dan menatap Lina. Gaun biru safir itu tampak bersinar di bawah cahaya basement yang redup.

"Nyonya Prawira," kata Ethan, "tidak akan pernah memaafkanku. Atau kau."

"Itu... bagian dari rencana, Tuan?" tanya Lina ragu.

Ethan menatapnya lama. Topeng esnya masih ada, tapi matanya... matanya tidak sedingin satu jam yang lalu.

"Itu," katanya pelan, "adalah eksekusi yang sempurna, Nona Anastasya."

Dia masuk ke dalam mobil, meninggalkan Lina untuk bergegas masuk ke sisi penumpang. Pujian kedua. Dalam dua hari. Dunia benar-benar sudah terbalik.

1
Putra
ljutttttttttttt
Putra
mntppp
Alex Hutagalung
tak bakalan dibolehin Ethan mengundurkan diri, karna Ethan sendiri udah mulai suka Ama Lina 🤭
Alex Hutagalung
semangat thor
Sang_Imajinasi: terimakasih 💪
total 1 replies
Dedi
lnjut thor
Dedi
bagussss
Sang_Imajinasi: terimakasih 🙏
total 1 replies
Sheryn
😍😍
Sheryn
seru ni
Sheryn
bagussss
Sang_Imajinasi: terimakasih 🙏
total 1 replies
Fitriani
lanjutkan
Indah Ratna
yah baru tahu rasa Lina recent🤣
Indah Ratna
😍😍😍
Indah Ratna
🤣🤣😍
Indah Ratna
good thor
Sang_Imajinasi: terimakasih 🙏
total 1 replies
Ardi
gantung lanjutan thor
Ardi
good
Sang_Imajinasi: terimakasih 🙏
total 1 replies
Ardi
😍😍😍
Putra
lanjut thor
Putra
mantappp
Sang_Imajinasi: terimakasih 💪
total 1 replies
Putra
gasdd pol
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!