NovelToon NovelToon
Main Villain System

Main Villain System

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Dikelilingi wanita cantik / Transmigrasi ke Dalam Novel / Mengubah sejarah
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: ex

Jing an, seorang penulis yang gagal, secara ajaib terlahir kembali sebagai Luo Chen, Tuan Muda lugu di dalam novel xianxia klise yang ia benci. Berbekal 'Main Villain System' yang bejat dan pengetahuan akan alur cerita, misinya sederhana... hancurkan protagonis asli. Ia akan merebut semua haremnya yang semok, mencuri setiap takdir keberuntungannya, dan mengubah kisah heroik sang pahlawan menjadi sebuah lelucon tragis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 Aturan Main

Aku melangkah keluar dari Aula Utama, meninggalkan para tetua yang kini sibuk berebut menghitung High-Grade Spirit Stones itu. Kesetiaan mereka telah kubeli, dan kekuasaanku di Klan Luo kini absolut.

Ayahku mungkin masih memegang gelar 'Patriarch' di mata publik, tapi semua orang di ruangan itu tahu siapa yang sekarang memegang rantai yang sesungguhnya.

Aku berjalan santai kembali ke halaman pribadiku. Para penjaga dan pelayan yang kulewati kini tidak hanya bersujud mereka terlihat lega, seolah-olah mereka baru saja mendengar kabar baik. Kabar tentang kekayaanku yang tak terbayangkan pasti sudah menyebar. Ketakutan mereka padaku kini telah bercampur dengan fanatisme buta. Bagus.

Aku berhenti sejenak sebelum masuk ke kamarku. Rencana baru itu masih segar di benakku. Kebrutalan sudah selesai. Saatnya untuk sebuah 'kelembutan'.

'Sistem,' kataku dalam benakku. 'Beli satu gaun. Kualitas terbaik. Sutra. Warna biru es. Yang cocok dengan auranya.'

[Ding! 'Ice Silkworm Dress' (High Grade) telah dibeli.]

[-150 VP. Total VP Saat Ini: 800.035 - 150 \= 799.885]

Sebuah gaun yang terlipat rapi, berkilauan seperti salju di bawah sinar bulan, muncul di inventorisku. Harga yang sangat murah untuk sebuah alat manipulasi yang berharga.

Aku membuka pintu kamarku.

Pemandangannya persis seperti yang kutinggalkan. Troli sarapan masih di tempatnya, piring-piring kotor menumpuk. Dan di lantai, di sudut ruangan yang paling jauh dari ranjang, Xiao Linyu meringkuk.

Dia telah membersihkan piring-piring itu, tetapi dia tidak berani duduk. Dia kembali ke lantai yang dingin, mengenakan gaun pelayan abu-abu yang kasar itu, memeluk lututnya. Dia pasti tertidur karena kelelahan, karena suara pintu terbuka membuatnya tersentak bangun dengan panik.

"Ah!"

Matanya yang terbelalak ngeri menatapku. Dia buru-buru beringsut mundur hingga punggungnya membentur dinding, mencoba membuat dirinya sekecil mungkin.

"Tu... Tuan..." bisiknya, gemetar hebat, jelas mengharapkan putaran siksaan berikutnya.

Aku mengabaikan ketakutannya. Aku berjalan melewatinya, tidak menatapnya. Aku pergi ke ranjang dan meletakkan gaun sutra biru es yang baru saja kubeli di atas seprai. Kain mewah itu tampak sangat kontras dengan gaun abu-abu kotor yang dia kenakan.

Dia menatap gaun sutra itu, lalu menatapku, kebingungannya yang total terlihat jelas di wajahnya.

"Lantai itu pasti dingin," kataku, suaraku netral. Ini adalah kata-kata pertama yang kuucapkan padanya yang tidak mengandung ancaman atau perintah kasar.

Dia tersentak, tidak tahu bagaimana harus merespons.

Aku menoleh padanya, ekspresiku datar.

"Pergi mandi lagi sana."

Dia jelas mengira ini adalah awal dari ritual penghinaan yang lain.

"Lalu," lanjutku, menunjuk ke gaun biru di tempat tidur. "Pakai itu."

Dia membeku. Dia menatap gaun yang indah itu, lalu menatap pakaian pelayan yang melekat di tubuhnya. Dia tidak mengerti. Ini... ini bukan perilaku seorang penyiksa.

"Apa kau lebih suka pakaian pelayan itu?" tanyaku, nadaku sedikit tidak sabar. "Aku tidak peduli. Tapi baumu seperti ketakutan yang basi, dan pakaian itu merusak pemandangan."

Ini adalah jebakan. Aku memberinya ilusi pilihan.

Dia buru-buru menggelengkan kepalanya. "...Ti-tidak, Tuan."

"Kalau begitu, pergilah."

Dia tidak perlu disuruh dua kali. Dia bergegas, meraih gaun sutra biru itu seolah itu adalah pelampung di tengah lautan, dan praktis berlari ke kamar mandi, menutup pintu di belakangnya. Aku bisa mendengar suara air yang mengalir deras.

Aku duduk dengan santai di meja, menunggu. Ini adalah bagian penting. Aku tidak memaksanya dengan segel. Aku ingin dia memilih untuk patuh pada perintah "baik" ini.

Beberapa menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka pelan.

Dia melangkah keluar, dan untuk sesaat, aku harus mengakui, dia benar-benar memukau.

Rambut hitamnya yang panjang masih basah, membingkai wajahnya yang pucat. Gaun sutra biru es itu seolah-olah dibuat untuknya, menempel sempurna di lekuk tubuhnya yang ramping namun berisi. Dia kembali terlihat seperti Sang Phoenix.

Tetapi hanya penampilannya.

Posturnya hancur. Dia berdiri di dekat pintu, bahunya membungkuk, kepalanya tertunduk, tangannya mencengkeram erat gaun baru itu. Dia tampak seperti seorang putri yang dipaksa mengenakan pakaian kebesarannya untuk dieksekusi. Dia jelas sedang menunggu perintah berikutnya. Dia mungkin mengira aku akan menyuruhnya berlutut lagi.

"Jauh lebih baik," kataku, memecah keheningan.

Dia tersentak.

Aku menunjuk ke kursi di seberang meja tempatku duduk.

"Duduk."

Perintah ini adalah kejutan terbesar baginya. Matanya yang mati melebar ngeri.

"Tu-tuan?"

"Apa kau tuli?" tanyaku, nada dinginku kembali. "Atau kau lebih suka lantai? Duduk. Aku benci melihat orang melayang-layang saat aku bicara."

Ketakutannya untuk tidak patuh lebih besar daripada kebingungannya. Dengan gerakan yang kaku dan seperti boneka, dia berjalan ke kursi itu. Dia tidak duduk sepenuhnya. Dia hanya bertengger di ujung kursi, punggungnya lurus kaku, tangannya terkepal di pangkuannya, siap untuk melompat jika aku bergerak.

Sempurna.

Aku telah menghancurkannya dengan teror, dan sekarang aku telah membuatnya bingung dengan "kebaikan". Fondasi untuk manipulasi telah diletakkan.

"Kita perlu bicara," kataku. "Tentang... aturan main... untuk masa depanmu."

Aku menatapnya. Dia duduk di tepi kursi, kaku seperti mayat, matanya yang indah terpaku pada lantai di antara kami. Dia mengenakan gaun sutra biru yang kuberikan, tapi dia mengenakannya seperti seorang tahanan mengenakan seragam penjara. Dia gemetar, menunggu kalimatku berikutnya. Dia menunggu hukuman, perintah, atau siksaan.

Dia tidak mengharapkan apa yang akan kukatakan selanjutnya.

"Pertama-tama," kataku, memecah keheningan yang tegang. "Mari kita perjelas posisimu."

Dia tersentak mendengar suaraku, bahunya menegang.

"Kontrak yang kau tandatangani itu absolut," lanjutku dengan nada datar dan klinis. "Aku mengendalikan jiwamu. Aku bisa merasakan perlawananmu. Aku bisa merasakan kebencianmu. Dan jika aku mau, aku bisa menghancurkan pikiranmu dengan satu pikiran."

Aku mencondongkan tubuh sedikit ke depan. "Jika kau mencoba sesuatu yang bodoh menyerangku, melarikan diri, atau mencoba bunuh diri... aku bisa menghentikanmu. Dan rasa sakit yang akan kau rasakan... akan membuatmu berharap kau tidak pernah dilahirkan."

Ini adalah "tongkat". Penegasan ulang dari kenyataan yang brutal. Aku melihatnya menelan ludah, air mata baru menggenang di matanya. Dia tahu ini benar.

"Tapi," kataku, mengubah nada suaraku sedikit.

Kata itu membuatnya mengangkat kepalanya sedikit. Matanya yang mati menatapku, bingung.

"Aku bukan seorang monster yang tidak beradab," kataku. (Sebuah kebohongan total, tentu saja.) "Aku tidak menikmati siksaan yang tidak perlu. Apa yang terjadi semalam, dan pagi ini... itu adalah pelajaran. sebuah hukuman."

"Itu adalah hukuman atas kesombonganmu di arena. Hukuman karena kau curang dengan menelan pil. Dan yang terpenting, itu adalah pelajaran untuk menghancurkan harga dirimu yang konyol dan tidak berguna itu."

Aku bersandar kembali ke kursiku.

"Pelajaran itu... sudah selesai sekarang."

Dia menatapku, kebingungannya semakin dalam. Dia tidak mengerti.

"Kau punya dua pilihan untuk masa depanmu," kataku, menyatukan jari-jariku di atas meja. "Dua jalur yang sangat berbeda, Xiao Linyu. Dan aku akan membiarkanmu memilih."

Memberinya ilusi pilihan adalah kunci utama manipulasi.

"Pilihan A," kataku. "Kau terus seperti ini. Kau membenciku. Kau melawanku di setiap langkahku. Kau memaksaku untuk terus menggunakan segel itu untuk menghancurkan kehendakmu. Kau akan menghabiskan sisa hidupmu berlutut di lantai, mengenakan kain karung, menangis sampai matamu kering. Hidupmu akan menjadi neraka abadi yang kau ciptakan sendiri."

Wajahnya memucat, karena dia tahu aku serius.

"Atau..." kataku pelan. "Pilihan B."

"Kau menerima kenyataan. Kau patuh padaku. Bukan hanya karena segel itu memaksamu, tapi karena kau memilih untuk patuh. Kau menggunakan otakmu. Dan sebagai gantinya..."

Aku berhenti sejenak, membiarkan dia bergantung pada kata-kataku.

"Aku akan memperlakukanmu dengan baik mulai sekarang."

Dia menatapku, tidak berani berharap.

"Kau bisa memakai gaun sutra," lanjutku. "Kau bisa makan makanan enak. Kau bisa tidur di tempat tidur, bukan di lantai. Dan..." Aku menyimpan bagian terbaiknya untuk yang terakhir. "...kau bahkan bisa mendapatkan kembali kekuatanmu."

Itu dia.

Mata Xiao Linyu yang tadinya mati, kini berkilat dengan secercah cahaya. Napasnya tertahan. Hal yang paling berharga bagi seorang kultivator adalah kekuatan mereka.

Aku tersenyum dalam hati. 'Kena kau.'

"Tentu saja," kataku, seolah itu adalah hal yang paling logis di dunia. "Aku tidak ada gunanya memiliki budak Foundation Establishment yang rusak, lemah, dan menyedihkan. Itu pemborosan sumber daya. Aku ingin kau kuat. Sangat kuat."

Aku menatap lurus ke matanya yang kini dipenuhi keterkejutan.

"Kau akan berlatih. Aku akan memberimu sumber daya. Aku akan membuatmu lebih kuat dari yang pernah kau bayangkan."

Aku menyeringai, menunjukkan taringku yang sesungguhnya.

"Tapi kekuatanmu... akan menjadi milikku."

1
ellyna munfasya
update lagi thorr
Xiào Hān ୧⍤⃝🍌
Pake POV 3 harusnya lebih rame sih ini novel.
I'M BLACK: Povnya campur ini btw 🤣
total 1 replies
Aryanti endah
Luar biasa
I'M BLACK: terimakasih kak
total 1 replies
VolChaser
mampir 🙏, wkwkwk sialan, the real anti-protagonis sekali 🤣
Xiào Hān ୧⍤⃝🍌
Jumkat berapa bang?
I'M BLACK: 1000 bab 1, lainnya lebih ada yang 1400, 1500, 1900
total 1 replies
Alnezro
seru
I'M BLACK: makasih 🙏
total 1 replies
Alnezro
mantap uppp lagi thor
Alnezro
Uppp
pembaca gabut
asik gue suka ini 😈
Alnezro
upppp
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!