Tiga Roh Penjaga datang dengan membawa sejumlah misteri. Dari medali, koin, lonceng misterius, sampai lukisan dirinya dengan mata ungu menyala, semuanya memiliki rahasia yang mengungkap kejadian masa lalu dan masa depan. Yang lebih penting, panggilan dari Kaisar Naga yang mengharuskan Chen Li menjalankan misi yang berkaitan dengan pengorbanan nyawa, sekaligus memperkenalkan peluang rumit tentang kondisi Mata Dewanya.
Dengan ditemani dua murid, mampukah Chen Li memecahkan misteri tersebut, sekaligus menyelesaikan misi dari Kaisar Naga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmat Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 8 ~ Istana Naga Langit
Whushh…
Meng Di muncul di tengah-tengah sebuah pilar raksasa yang sangat tinggi. Tak ada yang bisa dia lihat di sekelilingnya selain hamparan awan. Matahari bersinar sangat terang, anehnya dia tidak merasakan panas sama sekali.
Tak berselang lama kemunculannya, Chen Li dan Xiao Lan juga mendadak muncul di belakangnya.
“Woahhh.” Xiao Lan berlari ke depan, terpukau dengan pemandangan indah di hadapannya ini.
“Tuan, ini sebenarnya kita ada di mana?” Meng Di bertanya dengan penuh rasa heran. Selain itu, dia mulai berpikir untuk menjadikan Chen Li sebagai gurunya. Dia yakin tidak akan menyesal dengan memilih Chen Li sebagai gurunya. Pasalnya kekuatan laki-laki itu jauh lebih tinggi dari gurunya yang sudah almarhum.
“Bukankah sudah ku bilang sebelumnya, kita akan menuju ke istana Naga Langit?”
Meng Di menaikkan sebelah alisnya, pasalnya, istana yang ada di bayangannya begitu berbeda dengan apa yang dia lihat saat ini. Namun, dia tidak terlalu memikirkannya, yang menjadi prioritasnya saat ini adalah menyampaikan niat hatinya terhadap Chen Li.
Meng Di tiba-tiba saja berlutut di hadapan Chen Li. “Guru, angkatlah aku sebagai muridmu.” Meng Di berkata sembari menangkupkan kedua tangannya. Sebenarnya, berguru ke orang yang sangat kuat juga merupakan wasiat dari guru sebelumnya, dan dia yakin, Chen Li ini adalah orang yang sangat tepat.
Chen Li memasang senyum kecil, setelahnya mulai mengangkat bicara. “Aku akan mengangkatmu sebagi muridku, namun, aku tidak yakin kau akan selamat jika mengikutiku.”
Perkataan itu tak membuat keteguhan Meng Di surut. “Guru, aku tidak akan gentar, jika bersamamu akan mengancam nyawaku, maka aku akan tetap menjadi muridmu.”
Keteguhan hatinya berhasil membuat Chen Li terpukau, namun dia menyembunyikannya di balik ekspresinya yang dibuat dingin.
Sementara itu, Xiao Lan juga tidak beda jauh dengan Chen Li. Keteguhan hati Meng Di tidak hanya membuat Chen Li luluh, Xiao Lan pun demikian.
“Tuan, aku juga ingin diajari ilmu bela diri.”
Chen Li beralih menoleh ke arah Xiao Lan. Dia kemudian memberikan anggukan ringan yang tentu saja membuat Meng Di melompat kegirangan. Remaja itu kemudian berlutut 3 kali, diikuti dengan Xiao Lan.
Chen Li lalu menjentikkan jarinya. Tak lama setelahnya, di dalam lautan awan yang berlapis-lapis, tampak bayangan seekor naga raksasa. Naga itu sesekali mengaum ringan, namun cukup untuk menciptakan frekuensi getaran yang membuat Xiao Lan dan Meng Di merinding.
Naga itu tiba-tiba saja muncul dan terbang ke langit. Aksinya itu menciptakan pemandangan memukau, cukup untuk membuat Meng Di dan Xiao Lan melongo.
Setelah merasa cukup untuk menunjukkan aksinya, Naga itu kemudian mendarat beberapa meter dari permukaan pilar.
“Chen Li, lama tidak berjumpa.”
“Senior Long.”
Naga itu merubah wujudnya menjadi seorang manusia berambut perak dengan dua tanduk tumpul di keningnya. Wajahnya sangat tampan dan adem, Xiao Lan dan Meng Di bahkan tak bisa untuk memalingkan pandangan mereka dari Long YI.
“Aku pikir kau akan datang seorang diri,” Long Yi berkata sembari menatap dua remaja yang saat ini mulai ketakutan di tatap olehnya. Bukan tanpa alasan dia mengatakan demikian, mengingat misi yang akan diterima Chen Li ini tidaklah biasa, membawa serta dua bocah lemah itu justru akan banyak menghambat Chen Li.
Chen Li menanggapinya hanya dengan mengangguk misterius, antara membenarkan perkataan Long Yi, atau justru sebaliknya.
“Senior Long, sebaiknya mari kita bergegas, tidak baik terus berlama-lama di tempat terasing ini.”
Long Yi memasang wajah masam, namun pada akhirnya dia tidak membantah perkataan laki-laki itu. Long Yi merubah wujudnya, kembali menjadi seekor naga. Chen Li menggenggam pergelangan tangan Meng Di dan Xiao Lan, setelahnya terbang menaiki punggung Long Yi. Mereka kemudian terbang meninggalkan pilar raksasa, menuju ke Istana Naga Langit.
Perjalaanan itu cukup memakan waktu. Mereka sampai tepat saat matahari mulai terbenam. Di puncak awan yang berlapis-lapis, jauh dari jangkauan makhluk fana, tampak bangunan dengan kemegahan tak tertandingi, berdiri kokoh. Dengan gerbang yang menjulang tinggi, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit. Pilar-pilar marmer putih menyokong atap yang terbuat dari kaca kristal, memantulkan cahaya matahari dan menciptakan warna-warna pelangi yang memukau.
Meng Di dan Xiao Lan tidak bisa menyembunyikan rasa kagum, entah sudah berapa lama keduanya ternganga, pemandangan yang tersuguhkan di hadapan mereka saat ini sungguh sangat diluar imajinasi.
“Guru, apakah aku sedang bermimpi?” Meng Di mencoba untuk bertanya, demi memastikan pemandangan di hadapannya ini bukanlah ilusi. Namun, belum sempat mendengar jawaban dari Chen Li, terlebih dahulu Xiao Lan menyambar perutnya dengan cubitan keras.
“Awww, apa yang kau lakukan, Xiao Lan?” Meng Di kesakitan sehingga mencoba untuk marah, namun dirinya urung kala menyaksikan tatapan aneh dari Xiao Lan dan Chen Li.
“Kakak, bagaimana kamu bisa bersuara seperti itu?” Pertanyaan itu tampak polos, namun cukup mengena, Meng Di merasa seolah sedang di lempari kotoran hewan di tengah-tengah umum. Dirnya benar-benar sangat malu.
“A-aku….” Meng Di kehilangan kata. Dia mencoba untuk memalingkan muka.
“Kakak, maafkan aku. Aku tadi hanya membantumu untuk memastikan kau sedang bermimpi atau tidak.”
Meng Di tampak kesal, meskipun pernyataan itu tidak ada yang salah sama sekali. Masalahnya dia terlanjur lepas kontrol. Entah bagaimana bisa suara itu keluar dari tenggorokannya.
“Ahh, Lan. Lihat di sana!” Meng Di menunjuk ke taman istana, sembari itu, dia menarik napas sejenak, setelahnya mulai berpuisi. “Lan, taman-taman luas menghampar indah, dipenuhi bunga-bunga eksotis yang hanya tumbuh di langit. Harumnya menyebar, memenuhi udara dengan aroma manis menenangkan. Air mancur kristal memancarkan air yang jernih, mengalir dengan gemercik lembut yang menyelimuti suasana dengan kedamaian.”
Meng Di menghentikan puisinya tepat melewati air mancur yang jatuh diantara awan-awan jernih. Dia merasa sangat luar biasa sekarang, hanya tinggal menunggu pujian dari Xiao Lan.
“Hebat. Kau sangat pandai menyusun kata-kata, sepertinya aku tidak perlu mengajarimu bertarung. Kau sangat cocok jadi seorang penyair.” Chen Li masuk, namun sukses membuat Meng Di panik.
“Gu-guru…. Bukan begitu.” Meng Di kehabisan akal. Kali ini dia benar-benar mati dua kali.
Mereka mendarat tepat di pelataran istana yang. Persis tiga orang itu turun, Long Yi kembali ke wujud manusianya. Setelahnya memandu Chen Li dan dua muridnya memasuki istana yang megah itu.
Aula besar terbentang dengan lantai marmer yang berkilau seperti cermin. Langit-langitnya dihiasi fresko-fresko megah. Cahayanya lembut, berasal dari lampu-lampu gantung yang terbuat dari kristal murni, memancarkan sinar yang menenangkan. Chen Li memperhatikan semua itu dengan seksama. Tidak ada yang berubah, semuanya masih sama seperti terakhir kalinya dia berkunjung kemari.
Hanya saja, ada yang sedikit janggal. Meski Penghuni istana Naga Langit memancarkan keagungan dan kemuliaan, namun beberapa diantaranya tampak beraura gelap.