Ratih gadis miskin yang lugu dari Desa Cempaka yang di cintai oleh sosok Siluman ular yang berusia ribuan tahun----Setelah cintanya dikhianati oleh Arya, anak kepala Desa dusun Cempaka. Ratih Dipaksa membuat Perjanjian pernikahan dengan Pangeran Naga Seta yang sudah terobsesi pada Ratih----demi keamanan desanya lewat pernikahan gaib.
Warga Desa yang kembali terikat dengan Siluman ular penghuni aliran Sungai Seta harus memberikan sayeba setiap sebulan sekali untuk Siluman ular penghuni sungai, akankah warga desa terlepas dari perjanjian gaib ini.
Mengisahkan Dendam, Sakit hati, dan Perjanjian gaib di jadikan satu dalam novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Sabina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Ratih yang di kamar hanya menekuk lututnya di lantai, lalu Pangeran Naga Seta masuk wujudnya sudah seperti manusia normal.
Tubuhnya nampak atletis, rambut panjang dihiasi mahkota, dan tak lupa mengenakan celana yang biasa di kenakan raja Nusantara jaman dulu.
Berjalan seperti manusia normal mendekati Ratih, Ratih langsung berlari mendekati sang pangeran yang ada di ambang pintu.
"Pangeran Naga Seta...," kata Ratih dengan lirih.
Ratih mengenakan kemben warna putih dan bawahan batik mewah, rambutnya panjang tanpa dihiasi mahkota bahkan tak ada perhiasan satu pun yang menempel di tubuhnya.
"Ikut aku," ajaknya menarik tangan Ratih.
Ratih yang tengah menekuk lututnya di lantai, langsung menengadahkan kepalanya menatap sang pangeran.
Gadis itu terpaksa mengikuti Naga Seta saat menarik tangannya, Ratih di bawa ke Balairung aula istana.
Tangannya meringis kesakitan saat Naga Seta menarik tangannya berjalan di antara lorong-lorong istana.
"Pangeran...mau bawa saya kemana, Argh."
Di akhir kalimat Ratih meringis kesakitan saat tangannya di cengkram kuat----dengan tangan kekar Naga Seta lalu menyeret Ratih.
Di lorong-lorong istana yang dihiasi patung dan ukiran bunga------Setiap Naga Seta dan Ratih lewat, para Dayang dan prajurit yang berjaga berwujud manusia utuh menunduk hormat.
Ratih menatap sekitarnya.
"Kenapa wujud mereka tak menjadi setengah ular dan manusia lagi," batin Ratih menatap Dayang dan Prajurit.
Disisi lain Naga Seta terus menarik Ratih ke Balairung, untuk memperlihatkan kuasanya kepada Ratih.
Sesampainya di Balairung Ratih di lepaskan cengkeraman tangannya, disana para Patih dan Senopati melihat bagaimana sang Pangeran memperlakukan Ratih.
Ratih terdorong jatuh tanpa ada yang mau membantunya, saat menengadahkan ke atas----mata Ratih langsung membulat tak percaya.
"Ya ampun," ucap Ratih.
Ratih langsung bangkit berdiri melihat ada tetangganya dengan tangan di rantai dan beberapa anak dusun Cempaka----tak lupa ada dari Desa lainnya yang kakinya di borgol juga.
Ratih langsung mendekati Pangeran Naga Seta mempertanyakan apa maksud semua ini, Pangeran Naga Seta dengan gagahnya duduk di singgasana megah di Balairung itu.
Ratih menatap sekeliling Patih Kerajaan dan Senopati duduk di kursi yang di sediakan----tepat di depan singgasana tapi tak semewah milik Naga Seta.
Wujudnya juga manusia, tidak ada ciri fisik siluman.
"Kamu bertanya-tanya Ratih? Apa yang terjadi?" tanya Naga Seta dari singgasana yang megah itu.
Ratih berdiri bangkit melangkah mendatangi tetangganya yang rajin memberikannya sayur, sorot matanya nampak ketakutan dan trauma.
"Ya ampun Bu de Lastri!" ucap Ratih menghampiri wanita tua yang wajahnya sudah pucat itu.
Bu De Lastri sangat baik pada Ratih dan ibunya, dulu saat tak ada makanan wanita itu selalu memberikan Ratih dan ibunya makanan.
"Ya ampun Ratih kamu masih hidup," ujar Bu de Lastri membelai wajah Ratih.
"Iya Bude, keadaan ibu gimana?" tanya Ratih.
"Ibumu sakit-sakitan, Nduk. Tapi setelah banjir itu Bude nggak tahu lagi gimana keadaannya," ujar Bude Lastri.
Mendengar kata Banjir membuat Ratih terperangah, karena sungguh tak percaya mimpinya itu sudah menjadi nyata---mungkin disebut dejavu.
Ratih memeluk tetangganya itu dengan erat, lalu tubuh gadis manusia tersebut dengan ekor ular putih milik Naga Seta di lilit----dan di suruh berdiri di depannya.
"Lihat Ratih, aku yang punya kuasa sekarang," ujar Naga seta menarik Ratih ke singgasana.
"Apa yang telah anda lakukan dengan desaku! Dan orang-orang tak bersalah ini?" marah Ratih menatap tajam Naga Seta yang masih melilit tubuhnya.
Ratih dengan sekuat tenaga berusaha melepaskan lilitan Naga Seta, "engkau pasti bertanya-tanya Ratih mengapa aku membawa mereka kesini," ucap Naga Seta.
"Mereka aku bawa kesini itu semua karena kamu," lanjut Naga Seta dengan wajah yang sepertinya tak terima saat cintanya di tolak oleh Ratih.
"Jad---jadi ---benar mimpiku---Desa---kamu---landa Banjir," ujar Ratih seolah tak bisa napas karena di lilit dengan kuat oleh Naga Seta.
"Hahahahaha," tawa Naga Seta seolah memiliki kuasa dan puas lantaran bisa menunjukkan kekuasaannya pada Ratih.
"Aku Pangeran Naga Seta penguasa tempat ini sebelum ada manusia seperti kalian menempati atas sungai itu!" kata Pangeran Naga Seta dengan bangganya, dan lilitan pada tubuh Ratih masih kuat.
"Desamu sudah hancur," tekan Naga Seta.
"Pan--pangeran...Lep--lepas--lepaskan---ak-aku---ak-kku---mau---bicara," ujar Ratih sesak napas akibat lilitan yang begitu kuat di tubuhnya.
Pangeran Naga Seta membuat Ratih berdiri di sampingnya lalu melepaskan lilitannya, membuat Ratih terengap-engap karena setengah napasnya hilang.
"Apa yang mau kamu bicarakan? apa kamu setuju dengan tawaranku?" tanya Naga Seta mengangkat sebelah alisnya tak lupa dengan senyum.
"Aku mau bicara dulu mengenai desaku," ujar Ratih.
"Apa yang telah kamu perbuat dengan desaku? dan aku meminta lepaskan warga desa jangan ganggu lagi mereka," pinta Ratih.
Pangeran Naga Seta menatap Ratih, hatinya sungguh murni. Sayang seribu sayang gadis ini lahir di posisi dan waktu yang salah.
"Baiklah asal kau setuju dengan tawaranku," ujar sang Pangeran.
"Saya bersedia," jawab Ratih.
Naga Seta tersenyum, lalu dirinya bangkit dari singgasana dan mengeluarkan titah.
"Patih Naga Sina!" perintahnya.
"Hamba Gusti," jawab sang Patih.
"Bawa Mereka ke tempat yang sudah kita rencanakan," titahnya.
"Baik Gusti," jawab Patih itu.
Para Prajurit segera menggiring para warga desa ke suatu tempat, Bude Lastri, dan para tetangganya heran----permintaan apa yang diinginkan Siluman ular ini sehingga merekalah korbannya---apa ini ulah Ratih yang buat perjanjian gaib sehingga satu desa kena bala.
Ratih juga tak tahu mau di bawa kemana mereka, segera setelah mereka di bawa pergi Naga Seta yang berwujud manusia mendekati Ratih yang masih berdiri mematung.
*
lanjut yg bnyk thor, aq mls baca klo cuma sedikit. 😂
hais sebel deh klo kyk gini
lanjutkan kk
tp klo ini bgg gmn mau jadi manusia lahi tih ratih
harus yakin dong jagn goyaho
Minta dibantuin sm Ambarwati aja Ratih buat kluar dri alam itu.
Pasti Ambarwati mau mnolongmu, karena dia mencintai Seta.
Tp ko rapat istana ga dilibatkan Ratih nya, dan juga Ratih dibentak ddepan orang banyak.
Gak kbayang sedih dan hancur nya hati Ratih ya, baru juga bermesraan, stelah nya Seta seakan lupa. 😭😭😭
Gimana ya klo Ratih hamil, waduh gawat juga klo gitu.