Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa. 
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata. 
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 26
"Sayang! Papa pasti sangat senang jika tahu anak kita laki-laki. Jadi, dia memiliki pewaris perusahaan yang sah," ucap Bella tersenyum sambil memandangi hasil USG kandungannya.
Dia terus menyandarkan kepalanya di bahu Azka, mereka berjalan melewati koridor rumah sakit dengan begitu mesra. Perut Bella yang sudah membesar, membuatnya merasa sulit untuk berjalan, sehingga mereka melangkah dengan begitu pelan. Sedangkan Azka hanya diam mendengarkan ocehan Bella yang tiada henti membicarakan masa depan calon putra mereka.
Namun, tidak ada rasa bahagia sedikitpun yang terpancar di wajah pria itu. Dia hanya diam sambil memikirkan sesuatu yang dia sendiri tidak tahu, raganya memang ada bersama Bella, tapi tidak dengan hatinya. Melihat Azka yang hanya diam, Bella merasa jika kebahagiaan itu hanya ada pada dirinya, dia seperti bicara sendiri tanpa ada yang mendengarkan.
"Sayang!" Bella menghentakkan kakinya sambil menatap kesal Azka.
"Ada apa, Sayang?" Tanya Azka bingung melihat tingkah Bella yang tiba-tiba ngambek tanpa sebab.
"Apa kamu tidak suka dengan kehadiran bayi kita? Kamu hanya memikirkan Erinna dan Erinna terus, tanpa pernah perduli sama aku. Aku merasa jika aku itu hanya pajangan untukmu, Mas. Ragamu memang ada sama aku, tapi tidak dengan hatimu.''
Bella sudah mulai muak melihat tingkah Azka yang belakangan ini mulai mengabaikannya. Walaupun pria itu tidak mengucapkannya, tetapi Bella tahu apa sebenarnya yang ada di dalam pikiran pria itu. Setelah mendapat telepon dari Erinna, Aza memang lebih banyak ngelamun dan hanya bicara seperlunya saja. Di saat melakukan USG juga, pria itu hanya diam tanpa memperlihatkan ekspresi bahagia saat melihat buah hati mereka.
"Kamu itu bisa enggak, ngak usah melibatkan orang lain dalam masalah kita? Aku itu capek Bella, banyak hal yang harus aku pikirkan, bukan hanya kamu dan kamu terus!" bentak Azka menatap kesal istrinya itu.
Melihat Azka yang mulai berani membentaknya, Bella hanya bisa diam sambil menatap pria itu tidak percaya. Apalagi dengan suasana yang sangat ramai, tentu wanita itu merasa sangat malu. Karena mereka menjadi bahan perhatian orang-orang sekitar. "Kamu membentak_ku, Mas?"
"Aku enggak akan membentak_mu jika kamu tidak mulai duluan," ucap Azka kesal lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Bella.
"Mas! tunggu, Mas." Bella mencoba mengejar Azka walaupun sedikit kesulitan melangkahkan kakinya, di tambah lagi dengan hak tinggi yang menempel di kakinya, membuat wanita itu semakin kesulitan untuk melangkah.
Azka berjalan menuju ruang ICU, mencoba untuk melihat keadaan Denis, putra yang telah dia telantarkan. Setelah masuk ke ruangan itu, dia sama sekali belum pernah mengunjungi putranya itu. Dia tahu jika Denis masuk ruang ICU karena membaca tagihan rumah sakit. Jika tidak, mungkin sampai sekarang dia samasekali tidak tahu keadaan putranya itu.
Namun, saat ingin melihat putranya itu, dia menatap uangan ICU yang sudah kosong. Tentu dia langsung kebingungan, dia merogoh saku celananya dan mengambil ponsel yang tersimpan di dalamnya. Dia mencoba memeriksa riwayat panggilan dari Erinna dan ternyata ada sepuluh panggilan tidak terjawab dari wanita itu. Tentu hal itu membuat Azka langsung frustasi, berbagai macam pikiran negatif langsung terlintas dalam pikirannya.
"Sus! Pasien yang ada di ruangan ini kemana ya, Sus?" tanya Azka menghampiri salah satu perawat yang kebetulan lewat.
"Denis?" tanya Perawat itu memastikan dan hanya di jawab anggukan oleh Azka.
"Dia sudah di pindahkan ke ruang inap VVIP utama. Anda boleh mengunjunginya di sana," ucap Perawat itu lalu pergi meninggalkan Azka.
"Ruang VVIP utama," batin Azka mengerutkan keningnya bingung.
Tentu dia terkejut mengetahui jika Erinna memindahkan Denis ke ruangan itu, sedangkan dia sendiri tidak akan mungkin sanggup untuk membayar sewa ruangan itu. Jika Bella tahu, mungkin wanita itu akan mengucapkan kata-kata kramat kepada Erinna. Tanpa berpikir panjang Azka langsung melangkahkan kakinya menuju ruang rawat Denis dengan tergesa-gesa, sebelum Bella mengetahuinya dia harus membicarakan masalah ini kepada Erinna terlebih dahulu.
Bella yang melihat Azka dari kejauhan hanya bisa mengutuk pria itu, tanpa di beritahu dia sudah bisa menebak jika suaminya itu pasti ingin menemui Denis, putra sambungnya. "Dasar bocah si4l4n, sudah sekarat masih saja masih menyusahkan orang lain. Kenapa kamu ngak mati aja sekalian? jadi, aku ngak perlu lagi repot-repot bayar perawatan_mu."
Setelah menemukan ruangan Denis, Azka langsung membuka pintu dan bersiap untuk memarahi Erinna yang sok punya banyak uang. Namun, saat membuka pintu, dia langsung di kejutkan dengan kehadiran sosok yang sangat dia kenal berada di tengah-tengah keluarganya.
"Erinna!" Azka menatap kebersamaan anak dan istrinya bersama pria lain dengan tatapan tidak percaya. Apalagi melihat sosok pria itu membuat Azka tidak bisa berkutik sedikitpun.
"Papa!" ucap Denis menatap kehadiran sang papa dengan tatapan tidak suka. Baru saja dia merasakan kebahagiaan bersama Yoga dan sang mama, tetapi kehadiran sang papa membuat semuanya menjadi terasa canggung.
"Tuan Yoga, sedang apa anda di sini?" tanya Azka menatap Yoga dengan begitu canggung. Bagaimana tidak, namanya akan tercemar di hadapan pria itu karena sebenarnya memiliki keluarga lain selain Bella, tentu hal yang dia takutkan akan segera terjadi, dimana kebohongannya dan Bella akan segera terbongkar.
"Aku mendapat kabar jika putra Erinna kritis, jadi aku datang berkunjung," ucap Yoga santai. "Lalu sedang apa kamu di sini? lalu, papa?"
Azka menarik napasnya kasar mendengar pertanyaan Yoga, tentu dia tidak tau apa yang harus dia katakan kepada pria itu.
"Tuan, dia Azka sepupuku. Mungkin dia datang untuk menjenguk Denis. Untuk panggilan itu, Denis memang menganggap Azka seperti papanya," ucap Erinna.
"Ia, saya adalah sepupu Erinna. Saya dapat kabar jika Denis tiba-tiba kritis, jadi saya datang untuk melihat keadaannya. Lalu anda?'' tanya Azka dengan nada penuh penekanan, tentu dia merasa cemburu dengan kedekatan Erinna dan Yoga. Apalagi dengan perubahan dan gaya hidup sikap Erinna yang berubah total, membuat rasa curiga langsung muncul di pikiran pria itu.
"Erinna adalah sekertaris baru saja."
"Apa! jadi Erinna sekertaris Tuan Yoga?" tanya Bella tiba-tiba muncul lalu mengandeng Azka dengan begitu mesra.
Melihat kemesraan suami dan madunya itu, Erinna dengan sigap mengambil posisi untuk menghalangi pandangan Denis. Tentu dia tidak ingin putranya melihat pemandangan yang menyakitkan itu.
"Oh, ia. Suatu kebetulan Tuan Yoga ada di sini. Saya ingin mengundang anda ke acara tujuh bulan kandungan saya. Saya harap tuan datang ya, jangan lupa bawa calon istrinya." Bella memberikan kartu undangan kepada Yoga, sebenarnya di sengaja membawa kartu undangan itu untuk di berikan kepada Erinna. Namun, karena Yoga ada di sana, tentu di tidak ingin membuang kesempatan untuk lebih dekat dengan pria itu.
"Tentu saja. Saya akan membawa calon istri saya," ucap Yoga menatap Erinna dengan lekat. "Saya dengar Erinna adalah seorang single mom, jadi tidak ada salahnya jika saya ingin mendekatinya 'kan, Tuan Azka?"
Bersambung......
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜