NovelToon NovelToon
Jalan Menuju Balas Dendam

Jalan Menuju Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual / Matabatin / Iblis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: A.J Roby

Aldi remaja yang masih menyimpan kepedihan atas meninggalnya sang bapak beberapa tahun lalu. Dirinya merasa bapaknya meninggal dengan cara yang janggal.
Kepingan memori saat bapaknya masih hidup menguatkan tekadnya, mengorek kepedihannya semakin dalam. Mimpi-mimpi aneh yang melibatkan bapaknya terus mengganggu pikirannya hingga dirinya memutuskan untuk mendalami hal ghaib untuk mencari tahu kebenarannya.
Dari mimpi itu dirinya yakin bahwa bapaknya telah dibunuh, ia bertekad mencari siapapun yang menjadi dalang pembunuhan bapaknya.
Apakah benar bapaknya dibunuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.J Roby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Agus Tertangkap

Aldi memegang sesuatu dengan erat, tangannya bergerak cepat seperti sedang melepas sebuah simpul tali. Setelah simpul lepas, bola mata Riki dan Dimas membulat, Mereka melihat Aldi sedang menindih seseorang dan tangan Aldi telah menggenggam sebuah kain putih.

“Sialan!” Umpat Agus

“Mungkin kalau sama yang lain njenengan ndak terlihat, tapi kalau saya beda cerita pak” Balas Aldi tersenyum puas.

Tiba-tiba pocong tengkorak muncul lalu menghempaskan Aldi ke persawahan. Sontak Riki dan Dimas berlari menghampiri sahabatnya yang telah terlempar. Mereka berdua dengan sabar membantu Aldi berdiri.

“Al kowe aman?” Tanya Riki penasaran

“Aman” Balas Aldi meskipun kini hampir sekujur tubuhnya berselimut lumpur

Agus sendiri bersusah payah bangkit akibat tendangan Aldi yang tepat mengenai dadanya yang terluka. Ia tertatih-tatih namun berhasil berdiri dan melarikan diri. Agus berlari ke depan rumah dan melihat ada banyak warga yang menunggu di depan rumahnya. Ia berbalik arah langsung kembali ke persawahan.

Karena usianya yang lumayan sepuh, Agus dapat dengan mudah dihentikan oleh Dimas. Tabrakan yang disengaja oleh Dimas sukses membuat Agus tersungkur ke tanah. Dirinya dengan langsung sigap memukuli Agus. Sementara Riki berlari ke depan untuk memanggil warga.

“Mbah orangnya di belakang” Teriak Riki

Sontak mbah Wo dan yang lain terburu-buru ke belakang rumah Agus. Namun naas, yang mereka lihat sekarang adalah Dimas yang terbaring di tanah berteriak kesakitan.

“Arrrghhh panas cok!” Pekik Dimas sambil memegangi pahanya.

Rupanya saat Dimas asik memukuli Agus, pocong tengkorak kembali datang lalu meludahi Dimas tepat di pahanya. Aldi sendiri kesulitan berjalan karena kakinya yang amat sakit.

“MELATIIII!” Aldi berteriak sekencang-kencangnya

Tiba-tiba Melati muncul dalam bentuk yang amat menyeramkan. Gaun yang ia gunakan berwarna hitam, kulitnya putih pucat, tangannya dihiasi kuku-kuku panjang. Rambut panjangnya mengembang terkena angin malam.

Melati melesat ke arah pocong tengkorak menerjangnya tanpa ampun hingga berbenturan dengan tanah. Melati mecekik sosok pocong itu dengan amat kuat.

“AAAAAAA”

Lengkingan andalan Melati sukses menyiksa telinga siapapun yang berada di sana. Semuanya memegangi telinganya yang amat sakit. Pada situasi sekarang mereka masih dalam mode ghaib yang tak terlihat oleh mata manusia normal. Sehingga para warga kebingungan, mereka hanya mendengar suara-suara tanpa bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Suara Melati menggelegar, gelombangnya mampu meremukkan tubuh pocong.

“Krak….krak”

Suara patahan tulang pocong itu terdengar amat ngilu bagi semua orang, seluruh tulangnya telah patah akibat gelombang suara dahsyat dari Melati. Pocong tengkorak itu lalu dibanting berkali-kali ke tanah hingga tak terhitung jumlahnya. Serangan pamungkasnya Melati langsung mengangkat tanganya lalu mencengkram kuat kepala pocong itu dengan kedua tangan. Kunti hitam ini menekannya kuat-kuat hingga kepala dari si pocong tak mampu menahan beban yang diberikan Melati hingga akhirnya hancur berkeping-keping.

“Hahahahaha” Melati terbahak-bahak

Pocong tengkorak itu perlahan-lahan lenyap. Aldi kini berjalan perlahan setelah mengikatkan kain kafan milik Agus ke lututnya. Dirinya bukan pelaku pesugihan sehingga kain itu tidak memberi efek apapun bagi Aldi.

“Dim…dim” Lirih Aldi melihat sahabatnya kesakitan

“Panas banget Al” Balas Dimas suaranya bergetar

Mbah Wo yang melihat itu langsung sigap mendatangi cucunya. Mbah Wo mengunyah beberapa campuran bunga yang ia ambil dari sakunya. Setelah hancur lalu diusapkan ke paha milik Dimas.

Agus sendiri kini sudah berlari jauh di pematang sawah menjauh dari para warga, gelap dan tanpa cahaya sedikitpun. Meskipun berkali-kali jatuh ke dalam sawah, tubuhnya sudah dipenuhi lumpur hingga menutupi wajahnya Agus tak peduli selama dia bisa kabur.

Tak lama Agus menabrak sesuatu di depannya, karena tak ada cahaya sama sekali dirinya tidak tahu objek yang berada di depannya. Lengan kirinya yang masih terluka tiba-tiba dicengkram sangat kuat oleh seseorang. Agus memekik kesakitan.

Sepasang bola mata besar berwarna merah menatap nyalang di depannya. Suro mencengkram tangan Agus dengan kuku tajam miliknya hingga menembus kulit Agus. Suro terbang sembari membawa Agus kembali ke warga.

“Bruaakkk”

Suara benturan akibat Suro melempar Agus tepat mengenai dinding belakang rumahnya sendiri, sontak itu kembali mengejutkan beberapa warga yang ada di sana. Dengan telinga yang masih sakit warga berbondong-bondong memegangi Agus agar tidak kabur lagi.

“Wes tuwo kakehan pola!”

“Asu!”

“Kirek”

“Bangsat!”

“Matio wae!”

Cacian dan hinaan warga terdengar nyaring, mereka sudah memendam ini selama bertahun-tahun. Terror yang telah membelenggu desa telah terungkap. Tak lama beberapa warga lain berdatangan karena sebelumnya informasi ini telah disebar oleh pak Kades.

Tanpa tedeng aling-aling warga memukuli Agus hingga tak bedaya.

“Pateni ae!”

“Bakar!”

Seru beberapa warga yang sudah kehilangan kesabarannya. Di antara mereka ada beberapa yang pernah menjadi korban pocong. Ada yang keluarganya meninggal karena dicelakai oleh pocong peliharaan Agus, ada juga yang menjadi korban penampakkan pocong. Mereka kini berkumpul menjadi satu untuk menuntut balas kepada Agus. Suro dan Melati menghampiri Aldi menjauhi kerumunan.

“Kamu ndakpapa mas?” Tanya Melati

“Aman Mel”

“Mel siapa Al?” Sahut Riki

Aldi, Riki dan Dimas kini berkumpul agak menjauh dari kerumunan warga yang sedang marah, Aldi fokus mendampingi sahabatnya yang masih meringis kesakitan.

“Kowe pernah dikasih tau mbah Wo kan kalau aku punya temen ghaib?”

“Huaaaaaa”

Belum sempat Riki menjawab dirinya sudah terjengkang ke belakang. Melati menunjukkan dirinya di depan Riki. Outfit Melati kembali normal dengan gaun putih serta rambut penjang yang menutupi seluruh wajahnya.

“Mel jangan iseng ah!” Seru Aldi

“Hihihi”

Melati langsung menghilang dari pandangan Riki. Sedangkan Suro hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Melati yang masih sempat-sempatnya iseng dalam situasi genting. Riki kembali terkejut saat sudah tak lagi melihat Melati.

“Percaya sekarang?” Tanya Aldi memasang ekspresi serius

Riki mengangguk cepat, jantungnya masih dagdigdug tak karuan. Aldi sekuat tenaga menahan tawanya di depan Riki, sedangkan Dimas masih menutup matanya menahan rasa panas yang tak tertahankan, walaupun sudah diberi obat oleh mbah Wo, itu hanya mengurangi rasa panasnya sedangkan luka bakarnya masih tetap ada.

Mbah Wo bergerak dengan sigap memisahkan warga yang memukuli Agus untuk menghindari insiden yang lebih parah. Warga mengalah lalu mundur namun Agus masih dipegangi oleh beberapa orang.

“Kenapa kowe melakukan ini Gus?” Tanya mbah Wo

“Khilaf mbah” Balas Agus menunduk dengan tubuh yang penuh luka lebam

“Khilaf kok bertahun-tahun” Ujar salah satu warga sambil memberi jitakan

“Apa yang membuat kowe melakukan sampai sejauh ini?” Telisik mbah Wo penasaran

Akhirnya Agus menceritakan motifnya melakukan pesugihan ini walaupun dengan sedikit terbata-bata. Sedari dulu dirinya sudah mengabdi di desa semenjak lulus sekolah. Ia memulai karirnya dari nol sebagai perangkat desa. Dia berambisi suatu saat ingin menjabat sebagai kepala desa dan membawa desanya ke arah yang lebih makmur.

Tapi semakin lama berada di dalam struktur perangkat desa, semakin banyak pula ia mengerti kebusukan para pejabat desa. Penyelewengan dana, penarikan dana yang tidak ada dasarnya, penyelewengan bantuan semua sudah ia ketahui. Bahkan Agus menjelaskan siapa saja yang terlibat di dalamnya. Namun, karena posisinya tak memiliki pengaruh yang kuat akhirnya dirinya dibungkam oleh atasannya.

Ia ingin membalaskan dendam kepada para atasannya yang terdahulu yang telah membungkam serta mengancam dirinya. Cara yang ia tempuh adalah pesugihan, karena gaji sebagai perangkat desa tidaklah besar sehingga dirinya juga kesulitan menghidupi anaknya yang pada saat itu baru ditinggal oleh istrinya yang meninggal akibat sakit parah.

Agus terdesak membutuhkan uang karena tabungannya habis untuk merawat istrinya hingga akhirnya ia gelap mata melakukan perjanjian dengan salah satu dukun untuk melakukan pesugihan. Bahkan Agus juga membeberkan penyelewengan dana yang dilakukan oleh Sugeng sang kepala desa. Agus termasuk pegawai yang bersih namun dirinya dikotori oleh dendam kepada para rekan kerjanya yang sering melakukan pekerjaan kotor.

Warga yang mendengarkan secara seksama kini mengerti mengapa Agus melakukan semua ini, tapi sakit hatinya juga tak mampu ditutupi akibat perbuatan Agus yang selama ini merugikan masyarakat satu desa.

Angin berhembus kencang, pepohonan bergoyang hebat akibat guncangan angin. Suasana kini menjadi berbeda. Pocong-pocong Agus kini telah aktif, mereka berkumpul mengepung kerumunan warga. Warga yang terkejut langsung berhamburan kabur namun sayang, seluruh jalur telah dihadang oleh para pocong yang tak terhitung jumlahnya.

Ada yang menangis ketakutan, ada yang meringkuk bahkan ada yang kencing di celana melihat para pocong yang mengerumuninya. Pocong-pocong ini nampak marah saat tahu tuannya sedang disiksa oleh warga.

“Mel!” Seru Aldi

Melati langsung kembali ke mode tempur, Suro pun tak jauh berbeda namun fokusnya adalah melindungi trio Aldi, Dimas dan Riki. Sejak tadi Melati sudah membuat Dimas dan Riki tak sadarkan diri agar lebih mudah diawasi.

Melati terbang ke atas mengumpulkan energinya membentuk pusaran tornado yang amat besar.

“Hihihihi”

Pusaran angin itu kian membesar seiring berjalannya waktu, saat mencapai ukuran maksimal Melati langsung melemparkannya.

1
Ham
semoga bisa update terus
Marss256
Banyakin aksi Melati thor
Was pray
lah isi suratnya apaan? para pembaca disuruh mengira Ira sendiri kah?
A.J. Roby: Seperti biasa, jawabannya kita cari tahu di bab selanjutnya😁
total 1 replies
Venaaaaa
Keren
A.J. Roby
Haloo para readers, semoga novel ini dapat dinikmati bersama. Pengalaman horor yang pernah author alami juga dituangkan di dalam novel ini. Semoga para readers suka


Kritik, saran dan masukan dari para readers sekalian sangat berarti bagi author, mengingat ini adalah karya pertama dari author. Happy reading😁
Was pray
suro dan melati gak mengawal Aldi ke balai desa kah? sehingga kemunculan pocong tengkorak gak terdeteksi
A.J. Roby: Mari kita cari tahu jawabannya di bab berikutnya😁
total 1 replies
Yudha Sukma
ditunggu updateannya thor
Tsumugi Kotobuki
Kapan ni thor? Seperti sudah lama sekali gak ada updatenya, rindu aksi si tokoh utama!
A.J. Roby: Haloo kak, terimakasih telah membaca cerita author yaa. InsyaAllah author akan udpate setiap hari kalau ga ada urusan mendadak. Tunggu terus update selanjutnya yaa
total 1 replies
Mưa buồn
Penulis luar biasa.
A.J. Roby: Terimakasih kak, semoga suka dan terhibur yaa
total 1 replies
LOLA SANCHEZ
Ngakak sampai sakit perut 😂
A.J. Roby: Terimakasih kak, semoga selalu terhibur dan tunggu update selanjutnya yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!