Di balik megahnya pusat kekuasaan, selalu ada intrik, pengkhianatan, dan darah yang tertumpah.
Kuroh, putra dari seorang pemimpin besar, bukanlah anak yang dibuang—melainkan anak yang sengaja disembunyikan jauh dari hiruk-pikuk politik, ditempatkan di sebuah kota kecil agar terhindar dari tangan kotor mereka yang haus akan kekuasaan.
Namun, takdir tidak bisa selamanya ditahan.
Kuroh mewarisi imajinasi tak terbatas, sebuah kekuatan langka yang mampu membentuk realita dan melampaui batas wajar manusia. Tapi di balik anugerah itu, tersimpan juga kutukan: bayangan dirinya sendiri yang menjadi ujian pertama, menggugat apakah ia layak menanggung warisan besar sang ayah.
Bersama sahabatnya Shi dan mentor misterius bernama Leo, Kuroh melangkah ke jalan yang penuh cobaan. Ia bukan hanya harus menguasai kekuatannya, tetapi juga menemukan kebenaran tentang siapa dirinya, mengapa ia disembunyikan, dan apa arti sebenarnya dari “takdir seorang pemimpin”.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ell fizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kalung
Rantai di punggung Albert bergetar pelan, seperti merespons bisikan hatinya. Untuk pertama kalinya, bukan amarah yang mengalir—melainkan ketenangan. Ia menatap versi dirinya yang dulu, bocah dengan mata merah dan luka di dada. “Aku maafkan kau,” ucapnya lirih.
Rantai yang dulu mengamuk kini melingkar lembut di sekelilingnya, berkilau ungu pucat. Suaranya tak lagi mengaum, melainkan bernafas bersama Albert. Setiap simpul rantai berdenyut seirama dengan detak jantungnya—sadar, patuh, dan setia.
Kuroh tersenyum tipis.
“Kau akhirnya berdamai.”
Albert menatap tangannya, tersenyum. “Tidak… aku akhirnya bebas.”
Domain milik Kuroh mulai perlahan menghilang, kini Albert dan Kuroh keluar bukan untuk saling bertarung tapi berbagi cerita dan nasib.
"Lihat itu!! Tuan Albert kembali muncul, tapi dari mana mereka?."
Terlihat rantai rantai liar yang dulunya sangat berisik kini mulai tenang. Orang orang yang mengenal tuan Albert cukup lama pasti tahu kalau rantai yang mirip makhluk itu dulunya sangatlah buas.
Tak ada lagi kebisingan di antara rantai rantai itu, hanya ada kehangatan dan rasa nyaman di dalam nya.
Albert mendekati Kuroh, memeluk nya dengan erat. Air mata mulai menetes dari mata Albert sampai ia benar benar menangis.
"Te-terimakasih Kuroh, selama ini aku hanya di tekan oleh semua orang untuk menjadi yang terkuat." Albert tersedu sedu. "Tak lepas juga dari jabatan ku yang sangat besar ini membuatku tak lepas dari peran penting dalam tatanan dunia."
Kuroh sangat paham, apalagi setelah mendengar cerita nya di domain.
"Sama sama," menepuk pundak Albert menyemangati. "Di dunia yang luas ini tak ada yang berhak mengatur mu, hidup lah sesuka hati mu. Dan yang paling terpenting jangan kekang hidup mu demi kuat di depan khalayak ramai."
Kata kata itu jelas menusuk hati Albert. Bukannya dendam, Albert malah senang merasakan kehangatan setiap ada kata kata yang keluar dari mulut Kuroh.
Tak lama kemudian, Xyro mendekat dengan wajah heran bertanya apa yang terjadi.
"Apa yang terjadi?," tanya nya heran. "Kau apakan dia Kuroh? Sampai orang bringas dan mengerikan ini ada dalam genggaman mu?."
Kuroh meniup nafas panjang, melepas pelukan Albert darinya lalu menjawab pertanyaan Xyro dengan bijak.
"Apakah menurut mu memang dengan cara melukai atau membunuh musuh lebih baik dari ini?."
Bukannya menjawab, Kuroh malah memberikan pertanyaan balik kepada Xyro yang membuat nya mengusap kepalanya.
"Mengapa kau malah bertanya balik pada ku?," keheningan sementara. "Tentu saja jika kau bertanya sungguh sungguh pada ku jelas, bertarung dengan melukai musuh lebih baik menurut ku."
Kuroh memegang dahinya sambil menggelengkan kepalanya. Ia pun tertawa, bukan tawa yang benar benar menertawakan tapi lebih ke arah tak setuju.
"Apa benar? " Kuroh mengangkat satu alisnya lalu melanjutkan. "Lalu kenapa pada perang besar di zaman dulu setelah Kurosaki mati kau malah menjadi tameng terakhir? bukannya kau lebih suka menghabisi musuh?."
Pertanyaan singkat namun menusuk itu jelas membuat Xyro terpaku, diam di tempat. Namun, Xyro tetap memilih tenang. Ia mendekati Kuroh perlahan sambil menjelaskan keterkaitan antara peristiwa asli nya dengan pernyataan nya tadi.
"Wahai anak muda, ku beritahu kau," menghembuskan nafas panjang sebelum menyampaikan beberapa pendapat nya. "Kenapa aku bilang aku lebih senang mengalahkan musuh daripada membuat sadar musuh adalah karena selama hidup dan pertarungan ku, aku tidak pernah terkalahkan kan." berhenti sejenak. "Dan satu lagi kenapa aku malah menjadi benteng terakhir padahal aku bisa saja menghabisi mereka, Jawaban singkat nya adalah orang orangan yang ada disana jauh lebih kuat dari era sekarang." Wajah Xyro kini mulai pucat. "Apalagi disaat itu, tepat disana Kurosaki dikalahkan oleh orang yang benar benar sangat kuat."
Setelah pernyataan panjang dari Xyro. Kini, Kuroh sadar kalau kenyataan nya lebih pahit daripada sejarah yang hanya bisa di baca.
Albert mengorek semua kantong pakaian nya sampai ia memberhentikan tangan nya pada sebuah kantong di celana. Ada sesuatu yang akan ditunjukkan oleh Albert pada Kuroh, sebuah harta yang ditinggalkan oleh orang yang tak pernah dilihat nya.
Sebuah pantulan cahaya dari sebuah logam kecil. Albert mengeluarkan barang yang berada di dalam kantong nya. Sebuah kalung putih bersih, ditengah tengah nya dilengkapi dengan tulisan tulisan aneh yang dipercaya hanya pilar imajinasi yang bisa membacanya.
Albert perlahan menyeret tangan Kuroh mendekat dan meletakkan kalung itu di tangan nya.
Wajah Kuroh bingung bertanya apa hubungan nya kalung ini dengan nya.
"Pakailah Kuroh, Kurosaki pernah berpesan pada ku untuk memberikan kalung itu pada keturunan nya." Albert tersenyum. "Sekarang tugas yang telah diberikan ayah mu telah kuberikan."
Begitu kalung itu dikenakan, tubuh Kuroh seketika diselimuti cahaya ungu keperakan yang berputar seperti pusaran galaksi mini. Rantai energi halus muncul di sekelilingnya, berputar pelan, lalu berhenti tepat di depan dadanya. Dari tengah-tengah pusaran itu, muncul siluet seseorang—tinggi, berwibawa, dan memancarkan aura yang membuat udara di sekitar Kuroh seolah membeku.
Suara berat namun lembut terdengar, “Kuroh… anakku.”
Napas Kuroh tersendat. “T-Tidak mungkin… suara itu… Ayah?”
Cahaya itu meredup, memperlihatkan wajah yang sudah ia hafal sejak kecil. Rambut abu-abu panjang yang pernah ia kira hanya tinggal kenangan, kini berkibar lembut. Tatapan hangat itu nyata. Senyum itu nyata.
“Kurosaki…” Kuroh berbisik pelan, matanya bergetar. “Aku pikir kau sudah mati.”
Kurosaki tertawa kecil. “Mati? Tidak, Kuroh. Yang mati hanyalah bayangan. Aku menanamkan manifestasi spiritual untuk bertarung menggantikan diriku saat perang besar dulu.” Ia menatap jauh, seakan mengingat medan perang itu. “Kalau aku benar-benar turun langsung waktu itu, dunia sudah hancur.”
Kuroh terpaku. “Jadi… semua cerita itu bohong?”
“Bukan bohong,” jawab Kurosaki lembut. “Manusia hanya mencatat apa yang mereka lihat. Dan yang mereka lihat—hanyalah bayanganku.”
Kuroh masih bergetar, sulit menerima kenyataan. “Lalu… di mana kau sekarang?”
Kurosaki mengangkat tangannya perlahan. Dari telapak tangannya muncul citra dunia aneh: lembah hitam yang dikelilingi sungai cahaya, langitnya retak seperti kaca, tapi penuh energi hidup yang berdenyut. “Aku tinggal di Ruang Akar, domain yang hanya bisa diakses oleh darahku sendiri. Tempat ini tak tersentuh waktu. Aku menunggu… sampai kau siap datang sendiri.”
Cahaya di sekeliling Kuroh mulai bergetar, menandakan sambungan mereka hampir terputus. Kurosaki menatap anaknya dalam-dalam. “Kau sudah dewasa, Kuroh. Kau bahkan melampaui diriku yang dulu. Tapi ingat… jalur menuju ruangku tidak bisa dibuka dengan kekuatan—hanya dengan ketenangan hati.”
Kuroh mengepalkan tangan, matanya berkilat. “Kalau begitu, aku akan datang ke sana, Ayah. Aku janji.”
Kurosaki tersenyum tipis, langkahnya mulai kabur di balik cahaya. “Aku tahu kau akan bilang begitu.”
Lalu cahaya itu memudar perlahan.
Kuroh menatap kalung di tangannya—masih bersinar lembut, kini berdetak seperti hidup.
Ia tersenyum kecil. “Jadi… kau masih hidup, Ayah. Dan kali ini, aku yang akan menemuimu.”
"Apa yang kau lihat?." Tanya Albert.
Mata Kuroh menyala seketika, kini ia memiliki tujuan yang membuat semangat nya terbakar.
"Aku melihat sebuah impian yang harus ku gapai."
...----------------...