Di jantung hutan misterius, terdapat sebuah kuil kuno yang tersembunyi dan dirahasiakan dari dunia luar. Konon katanya, Kuil tersebut menyimpan sebuah kekuatan dahsyat yang bisa menggemparkan dunia.
Sampai saat ini banyak yang mencari keberadaan kuil kuno tersebut, namun sedikit orang yang bisa menemukannya.
Akan tetapi, tak ada satupun yang berhasil kembali hidup-hidup setelah memasuki kuil kuno itu.
Sebenarnya, kisah apa yang tersimpan di dalam kuil kuno tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lien Machan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
Bab 26~Amarah Zhang Yuze.
Setelah menaklukan Tie Chie sang penjaga wilayah selatan, kini saatnya Zhang Yuze menuju ke Lembah Kematian yang ada di wilayah timur sesuai petunjuk Shizen.
Sesuai namanya, Lembah Kematian adalah tempat yang tak kalah berbahaya dibanding wilayah lainnya. Lembah Kematian dijaga oleh binatang spirit berupa Qilin.
Qilin memiliki bentuk tubuh seperti kuda atau rusa, namun bertanduk dengan bulu yang lembut dan beragam warna seperti emas, perak, atau pelangi.
Tanduknya melambangkan kebijaksanaan dan kekuatan, matanya yang bersinar melambangkan pengetahuan, dan kukunya yang tajam itu melambangkan kekuatan dan keberanian.
Qilin dianggap menjadi simbol keberuntungan, kebijaksanaan serta kekuatan. Namun, makhluk itu juga sangat berbahaya ketika berhadapan dengannya.
Walaupun sosoknya yang terlihat anggun, Qilin adalah petarung yang hebat dan mematikan. Banyak yang berusaha menaklukannya namun berakhir tragis.
Kali ini Zhang Yuze harus bisa menaklukan penguasa wilayah timur itu untuk menjadi pengikutnya.
Tie Chie menyarankan agar Zhang Yuze bermeditasi dulu di Lembah Petir untuk memperdalam ilmunya.
Air terjun petir adalah tempat yang cocok bagi Zhang Yuze untuk bisa menerobos tingkat kultivasi walaupun sangat berbahaya. Tapi, Tie Chie yakin bahwa pemuda itu bisa melewati rintangan air terjun petir di tempat tersebut.
Tanpa ragu Zhang Yuze menyetujui saran Tie Chie untuk bermeditasi di bawah air terjun petir.
Ketika baru saja duduk sambil memejamkan mata, petir langsung menyambar dan menyengat tubuhnya.
Awalnya Zhang Yuze tersentak merasakan sakit yang luar biasa karena air terjun yang bercampur petir itu menyengat seluruh tubuhnya. Namun, lama kelamaan menjadi terasa nyaman dan ia juga bisa merasakan bahwa energi kuat itu menyatu dalam raganya.
Memperhatikan dari kejauhan, Tie Chie menyeringai tak percaya bahwa seorang manusia bisa bertahan di bawah air terjun petir tanpa terluka sedikitpun.
Tapi, binatang spirit itu menjadi sangat yakin bahwa Zhang Yuze adalah manusia terkuat yang bisa membawa perubahan di dunia. Ditambah hatinya yang baik dan penuh kasih, Tie Chie yakin jika Zhang Yuze bisa mengalahkan kejahatan dan membawa perdamaian.
Berhari-hari Zhang Yuze duduk bersila sambil memejamkan mata di bawah air terjun petir, selama itu juga Tie Chie menjaganya agar tak terganggu apapun.
Tapi suatu hari, beberapa orang datang ke tempat tersebut. Tujuannya sudah pasti ingin memiliki cakar besi Tie Chie.
Pertarungan tak terelakan.
Tie Chie berusaha menghalau serangan mereka yang memiliki tingkat kultivasi cukup tinggi. Kelima orang tersebut menyerang Tie Chie secara bersamaan dan bertubi-tubi dari berbagai arah sampai kewalahan.
Walaupun begitu, Tie Chie tetap memberikan perlawanan dengan menyerang kelimanya.
Wuuuuuuuusssshhhh
Boom
Slash ... Slash ...
Duaaar
Kelimanya menghindar dari serangan Tie Chie dan menyerang secara bergiliran.
Swiiiish
Klang ... Klang ...
Traaakk ...
Booooommmm
Satu kalah, dua menyerang. Kelima kultivator itu terus dan terus bergantian memberikan serangan dengan jurus-jurus yang dimiliki.
WUUUUUUSSSHHHH
DUAAAAAAAARRR
SWOOOOOOSSSHHHH
BOOOOOMMMM
BOOOOOMMMMM
Untuk kesekian kalinya ledakan terjadi. Kali ini ledakan itu terjadi di atas tebing air terjun petir yang berada tepat di atas Zhang Yuze.
Dinding batu itu perlahan roboh dan menimpa tubuh Zhang Yuze.
Melihat bebatuan hendak menimpa tuannya, dengan segera Tie Chie melompat ke arah air terjun petir tersebut.
Tapi naas, pergerakannya kalah cepat dengan ambruknya dinding batu tebing hingga tubuh Tie Chie terhempas kembali karena angin kuat.
Debu menutupi pandangan. Tie Chie lantas melompat kembali menggali puing-puing reruntuhan tebing untuk menyelamatkan tuannya. Tapi, kesempatan itu dimanfaatkan oleh kelima kultivator yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Tie Chie.
Kelima kultivator tersebut menyatukan kekuatannya lalu menyerang secara bersamaan.
Wuuuuuuuusssshhhh
Duuuuaaaaakkk
"HARGH!" Tie Chie terpental karena dorongan kuat serangan kelimanya.
Tak cukup hanya membuatnya ambruk, kelima kultivator itu juga melesatkan senjata hingga menggores bagian tubuh sang harimau putih tersebut.
Syuuuuuutttt
Sret ... Sret
Grrrrrrttttt
Karena tak siap akan serangan yang datang, akibatnya dia terluka dan darah mengalir dari punggung serta kakinya. Tie Chie bahkan kesulitan untuk berdiri.
Hosh ... Hosh ...
Napasnya tak beraturan, tubuhnya tak bisa digerakkan, kesadaran pun hampir hilang.
Kelima kultivator itu tertawa melihat ketidakberdayaan binatang spirit penjaga wilayah selatan tersebut.
Mereka menghampiri sambil terus tertawa. Setelah mendekat, secara bersamaan kelimanya mengayun senjata hendak melenyapkan Tie Chie agar bisa mengambil senjata miliknya.
Namun tak disangka, sesuatu mengejutkan mereka.
Graaaddaaaaaaakkkk
Reruntuhan batu itu tiba-tiba terbang lalu membentur tubuh mereka hingga terpental menjauh dari tubuh Tie Chie yang sudah terlihat lemas tak bertenaga.
Buuaaaakkk
"Aaaarrrggghh!" Kelimanya mengerang kesakitan ketika mendarat keras di tanah. Bahkan bebatuan itu menimpa dan melukai tubuh mereka.
"Kurang ajar. Apa yang terjadi?" Saling bertanya sembari mengawasi keadaan sekitar.
Pertanyaan itu terjawab ketika melihat sosok pemuda tampan dengan tubuh kekar melayang di atas udara setelah keluar dari reruntuhan.
Auranya jelas terasa menekan kuat di area tersebut seiring tatapan matanya yang tajam. Wajah dingin itu menyeringai ketika beradu pandang dengan kelimanya membuat mereka bergidik seketika.
"S-Siapa dia? Mengapa bisa memberikan tekanan sekuat ini?!" Kelimanya menggeleng tak percaya.
"Sepertinya dia memiliki hubungan dengan Tie Chie!" tebak salah satunya ketika melihat pemuda itu menghampiri sang harimau putih.
"Pantas saja Tie Chie tadi melompat ke arah reruntuhan. Rupanya ada Tuannya di sana," timpal yang lain.
"Sudah, tidak usah takut! Sekuat apapun dia, kalau kita menyatukan kekuatan pasti bisa mengalahkannya. Ayo, kita lawan bersama-sama!"
Saling mengangguk satu sama lain kemudian melesat sembari menghunus senjata ke arah Zhang Yuze ketika pemuda itu masih menunduk mengelus punggung Tie Chie.
Merasakan serangan datang dari belakang, Zhang Yuze hanya menggerakkan tangan dengan gerakan mengibas.
Wuuuuusssshhhh
ZRRRRRRRRRTTTTTTT
Petir menyambar menabrak kelimanya hingga terpental kembali lalu tersungkur keras di tanah.
"Whooooooaaaaa!"
Bruk
Zhang Yuze melesat menghampiri, menatap satu-persatu dengan tatapan marah.
"Beraninya melukai Tie Chie di depan mataku! Jangan harap bisa bernapas lebih lama!"
Sedetik kemudian bola-bola air dialiri petir muncul dari tangan Zhang Yuze lalu dilemparkan ke arah kelimanya.
Blup ... Zrrrttt
"Terimalah ini, hyaaaaaaa!"
Wuuuuusssshhhh
Kelimanya hanya bisa melebarkan mata ketika bola air petir itu melesat cepat ke arah mereka, menabrak dada sangat keras. Namun, dua orang masih selamat karena menghindar.
"Argh!"
Tak hanya itu saja, Zhang Yuze pun kembali melesatkan beberapa jarum yang terbuat dari elemen petir bercampur elemen air.
Syuuuuuutttt
Jleb ... Jleb ... Jleb ...
"Ugh!"
Darah muncrat dari mulut kultivator yang tak sempat menghindar karena tembakan tersebut, bahkan tubuh ketiganya mengejang akibat tersengat petir bercampur air. Beberapa saat kemudian ketiganya tewas di tempat dengan luka bakar serius, tubuhnya menghitam serta matanya melotot dan mulut yang menganga.
Dua kultivator tersisa bergidik ngeri sesaat melihat kematian rekannya.
"Astaga, dia ...?"
...Bersambung ......