NovelToon NovelToon
Tertawan Diantara 2 Takdir

Tertawan Diantara 2 Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Lama menghilang bak tertelan bumi, rupanya Jesica, janda dari Bastian itu, kini dipersunting oleh pengusaha matang bernama Rasyid Faturahman.

Sama-sama bertemu dalam keadaan terpuruk di Madinah, Jesica mau menerima tunangan dari Rasyid. Hingga, tak ingin menunggu lama. Hanya berselisih 1 minggu, Rasyid mengitbah Jesica dipelataran Masjidil Haram.

Namun, siapa sangka jika Jesica hanya dijadikan Rasyid sebagai yang kedua.

Rasyid berhasil merobohkan dinding kepercayaan Jesica, dengan pemalsuan jatidiri yang sesungguhnya.

"Aku terpaksa menikahi Jesica, supaya dia dapat memberikan kita putra, Andini!" tekan Rasyid Faturahman.

"Aku tidak rela kamu madu, Mas!" Andini Maysaroh.

*

*

Lagi-lagi, Jesica kembali ketanah Surabaya. Tanah yang tak pernah ingin ia injak semenjak kejadian masa lalunya. Namun, takdir kembali membawanya kesana.

Pergi dalam keadaan berbadan dua, takdir malah mempertemukanya dengan seorang putra Kiyai. Pria yang pernah mengaguminya waktu lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

'Dia ... Dia bukanya Rasyid Faturahman, suami Jesica?! Ya Allah ... Apa pria itu tahu jika istrinya ada disaf belakang?'

Huda meratap, entah mengapa ia takut sekali jika Jesica melihat suaminya ada ditempat yang sama dengan dirinya. 'Ya Allah, ampunilah hamba! Tapi rasanya hamba tidak ikhlas melihat Jesica kembali lagi dengan suaminya.'

Mengingat di masjid sedang digelar acara pengajian rutinan setiap malam Senin, jadi Rasyid dan Adnan kini memutuskan untuk tinggal sejenak.

Mungkin dengan itu, perasaan Rasyid akan lebih tenang.

"Est, kita langsung balik yuk! Punggungku udah ngilu banget nih," adu Jesica sambil meringis.

"Ya sudah, ayok!" Ester membantu Jesica bangkit, dan membawakan mukena yang sudah tergulung sajadah tadi.

Mereka berdua saat ini berjalan melewati pintu samping halaman masjid. Namun, pandangan Jesica saat ini tampak tertarik pada sebuah mobil yang terlihat bagian depannya saja. Mobil tersebut agak tidak asing lagi baginya.

'Mobil itu ... Bukanya itu mobilnya Mas Rasyid, ya? Tapi, apa mungkin?' Jesica reflek menoleh kearah dalam masjid. Namun karena terhalang tirai pembatas, jadi ia tidak dapat melihat saf bagian pria.

"Jes ... Ayo! Lihatin apa, sih?" Ester mengikuti arah pandang Jesica.

"Nggak! Nggak ada apa-apa kok."

Dengan berat hati, Jesica melanjutkan jalanya untuk menuju kediaman Umi Khadijah.

"Baik, semoga yang diberi sakit diangkat penyakitnya. Yang diberi ujian, semoga dimudahkan urusannya, kita sebagai manusia hanya dapat berencana, selanjutnya Allah lah yang menentukan. Baik, kita akhiri pertemuan kita saudaraku sekalian. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh ...." Gus Farhan bangkit, begitu para jamaahnya.

Rasyid juga ikut bangkit, namun ... Bukanya langsung pulang, ia malah menghampiri para santri maupun warga, sambil menunjukan sebuah foto melalui ponselnya.

"Permisi, Mas ... Apa Anda pernah melihat foto wanita ini disekitar masjid?" Rasyid tampak antusias menunggu jawaban pria disampingnya saat ini.

Setelah cukup berpikir, pria itu menggelengkan kepalanya. "Wah maaf ya, Mas ... Saya nggak pernah lihat, maklum saya orang baru disini."

Setelah pria itu berlalu, Rasyid juga melakukan hal yang sama kepada seorang pria, mungkin usianya sama dengannya.

"Permisi, apa Anda pernah melihat wanita dalam foto ini, disekitaran masjid?" tanya Rasyid kepada putra pemilik Pesantren, yakni Huda Yahya.

Huda bergeming cukup lama. Apa yang harus ia lakukan saat ini. Ingin sekali ia memberi pelajaran pada pria didepannya itu. Namun, ia bukan orang yang kegabah.

"Maaf, saya tidak tahu! Permisi," Huda menunduk segan, lalu melanjutkan kembali jalanya.

Adnan menatap iba kearah Majikannya kini. Ia ikut duduk ditepi teras, kala Rasyid mengistirahatkan tubuhnya untuk sejenak. Haruskah ia menyerah, sementara istrinya belum saja ketemu.

"Den ... Aden yang sabar ya! Saya yakin, suatu saat Mbak Jesica pasti akan kembali. Saya tahu Mbak Jesica itu sangat mencintai Anda. Hanya saja ... Mungkin Mbak Jesica teramat kecewa kepada Anda!"

Untuk saat ini, Adnan mencoba memposisikan dirinya sebagai seorang teman. Rasyid menghela nafas dalam, menyandarkan kedua tanganya pada teras masjid.

"Saya sangat berdosa sekali. Pada saat itu, saya masih beranggapan Andini wanita baik-baik. Tapi kenyataanya ... Hanya Jesica lah yang selalu memahami saya." Rasyid kini tersenyum getir, "Bagaimana saya akan lupa, jika Jesica selalu menyambut saya ketika pulang kerja. Dia tidak hanya sosok istri ... Tapi lebih ke dunia saya! Saya selalu dimasakin terus. Dia tidak pernah menuntut waktu saya. Selalu memandang saya sebagai seorang suami. Saya sangat merindukannya, Ad!"

Adnan membiarkan Majikannya itu sesuka hati melontarkan semua uneg-unegnya, karena ia yakin, jika Rasyid saat ini berada dibatas kerinduan yang tinggi.

Langit Malang saat ini tampak gelap, tanpa satu bintang yang mengkerlip. Dan tak lama itu, terkihat pancaran kilap yang sangat terang. Adnan memajukan setengah badanya kedepan. Lalu mengadahkan tangan.

Tes!!!

"Den, sepertinya sebentar lagi hujan! Apa kita nggak pulang saja?"

Rasyid masih terdiam. Jika melihat petir saat ini, ia teringat jika istrinya itu sangat takut sekali dengan pancaran kilat petir.

Jesica selalu panik, dan hal itu sudah ia rasakan sejak kecil dulu. Entah memiliki trauma apa, yang jelas ia fobia sekali terhadap petir.

***

Huda merasa kasian, kala melihar Jesica meringkuk sendiri diujung sofa, sambil membekap kepalanya. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, sebab suara petir yang menggelegar itu.

'Ya Allah ... Andai hamba engkau beri kesempatan untuk menjadi pelengkap hidupnya,' Huda masih berdiri dibalik tembok pembatas, memandang kearah sofa dengan tatapan penuh harap.

"Egm ... Mas Huda, permisi ... Apa Anda melihat Nona Jesica?" Kenzi sudah berdiri dibelakang Huda.

Huda menoleh, agak memundurkan tubuhnya. Dagunya mengarah ke sudut sofa didalam.

Kenzi tahu jika Nona mudanya takut pada petir. "Nona sejak kecil memang takut dengan suara petir. Pada saat itu, usia kami masih 5 tahun. Saya, Nona Jesica dan Nona Ester tumbuh dalam lingkungan yang sama. Namun, pada malam itu tanpa sengaja Nona Jesica terkunci diluar, pada saat kami bermain petak umpet. Dirumah tidak ada orang, hanya ada Ibu saya yang sejak dulu mengasuh Nona Muda. Hujan begitu lebat, hingga suara petir saling bersahutan. Dan ... Ya, terjadilah fobia itu."

Huda rupanya tampak antusias terhadap cerita pria chines itu.

Huda kembali menatap kearah Jesica. "Saya mengenalnya sudah sejak lama. Hidupnya selalu terombang-ambing dalam kisah yang tak sempurna," gumamnya.

Kenzi dapat menangkap perasaan cinta yang terpendam dari sorot mata pria disebelahnya kini.

"Apa Anda memiliki perasaan terhadap Nona saya?"

Huda tersentak. Namun tatapanya tidak lepas dari sosok wanita didepan sana. "Perasaan itu terjadi saat dia masih menjasi istri seorang Bastian Atmaja. Kamu pasti tahu sendiri orangnya," jawabnya tanpa keraguan.

"Benar, saya tahu! Demi cinta palsu, Noma sampai rela berpindah agama. Namun ... Dengan itu saya lebih melihat sikap lembut dari seorang Jesica Doms." Kenzi menepuk bahu Huda, "Mas ... Sebelum semuanya terlambat, saya harap Anda dapat mengungkapkan perasaan itu. Karena meski begitu ... Saya yakin tidak sedikit pula yang sedang menanti hati Nona."

Huda agak memicing. "Jangan-jangan termasuk kau?"

Kenzi tertawa. "Tidak akan mungkin! Kalau saya mengincar Non Ester ... Tapi sulit sekali ditaklukan."

Melihat wajah frustasi Kenzi, Huda tersenyum sambil bergeleng-geleng. "Berapa usiamu? Kamu masih terlihat muda?"

"28 tahunan! Tap Nona selalu memanggil saya 'Om'. Astaga, muak sekali saya sejujurnya ...." rengek Kenzi.

"Kamu seusia adik saya!" kata Huda.

Kenzi mengerutkan dahi, "Anda masih nemiliki saudara?"

"Dia bekerja di Jakarta. Pulangnya belum tentu satu bulan sekali. Tapi sebisa mungkin ia menyempatkan untuk pulang."

Kenzi terkekeh. "Orang tua Anda dapat mengangkat saya sebagai putra adopsi, saya rela!"

"Tidak akan kuat, tubuhmu terlalu berat," jawab Huda sambil berlalu.

1
evi carolin
hadeh keliatannya berat sebelah ni rasyid trlalu mengutamakan keluarga kasian kamu jesica walau gemana pun kamu pst banyak mengalah dan dikalahkan
Septi.sari: iya kak kasian 🤧🤧🤧
total 1 replies
Khoirun Nisa
lanjut ka
Septi.sari: syukron bintangnya kak🙏❤❤❤❤
total 1 replies
Nisa_Flour01
aku mampir nihh, jangan lupa di back ya Thor
Nisa_Flour01
aku bingung gimana jelasinnya. intinya semangat Thor. update lagi yaww

jangan lupa mampir dan react balik yaaa. thank you
Septi.sari: syukron kak nisa.🙏🙏🙏❤❤❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!