Pahit nya kehidupan yang membelengguku seolah enggan sirna dimana keindahan yang dulu pernah singgah menemani hari-hari ku terhempas sudah kalah mendapati takdir yang begitu kejam merenggut semua yang ku miliki satu persatu sirna, kebahagiaan bersama keluarga lenyap, tapi aku harus bertahan demi seseorang yang sangat berarti untuk ku, meski jalan yang ku lalui lebih sulit lagi ketika menjadi seorang istri seorang yang begitu membenci diri ini. Tak ada kasih sayang bahkan hari-hari terisi dengan luka dan lara yang seolah tak berujung. Ya, sadar diri ini hanya lah sebatas pendamping yang tak pernah di anggap. Tapi aku harus ikhlas menjalani semua ini. Meski aku tak tahu sampai kapan aku berharap..
Adakah kebahagiaan lagi untuk ku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamar Pengantin
***POV Author***
Nyonya Maryam mengulas senyum teduh pada Alana, dia pun menghampiri Alana, sedangkan Alana merasa gugup. Nyonya Maryam mengajak Alana duduk di kursi yang ada di roof top. Alana pun menurut kini mereka duduk seraya menikmati indahnya malam.
"Lima tahun lalu kami kenal Yoga, dia adalah karyawan di perusahaan, selain dia yang begitu kompeten, dia juga sangat sopan dan apa adanya, tidak seperti kebanyakan pegawai yang seolah ingin berlomba mendapat perhatian dan jabatan di perusahaan. Sejak saat itu papa sering menyuruh dan mengajak pulang kesini. Hampir setiap malam mereka membahas pekerjaan, dimana papa juga memberikan masukan juga arahan bagi Yoga yang membangun pabrik dengan hasil tabungan nya sendiri. Dia tidak mau kami bantu, dan sejak itulah hubungan kami seperti keluarga dimana dia kami anggap sebagai anak kami sendiri, mungkin inilah cara Tuhan mengirim anak pada kami. Berkali-kali kita menyuruh memanggil papa dan mama tapi sepertinya dia masih canggung. Aku tak pernah memaksa karena aku yakin kelak dia akan mengerti dan mau memanggil mama dengan sendirinya. Satu tahun lalu dia bilang jika membeli rumah di dekat pabrik, dia pun ingin risent dari perusahaan karena papa bilang jika semua aset akan di alihkan pada nya. Dia menolak tidak mau, papa pun menyerah dan tidak memaksa kan kehendak nya, asalkan dia masih bekerja di perusahaan meski tak harus datang ke perusahaan. Kami sudah tua dan harapan kami adalah dia yang kami yakin bisa mengelola perusahaan dengan baik, dan bermanfaat" ungkap nyonya Maryam panjang lebar, Alana mendengarkan dengan baik, dia juga sangat kagum pada Yoga.
"Tiga tahun lalu aku tak sengaja menemukan foto gadis di dompetnya, aku bertanya apakah wanita ini yang kamu cintai, dia diam lalu mengangguk. Tapi dia bilang jika wanita itu tidak mencintainya dan sudah menikah. Tuhan lebih tahu nak, jika dia memang jodohmu dia pasti akan menjadi milik mu, dan ternyata benar, sekarang wanita itu kini menjadi milik nya dan itu adalah kamu Alana" lanjut nyonya Maryam tersenyum lembut pada Alana.
"Mungkin dia dulu memang mencintai ku, tapi saat ini aku hanyalah sebuah obsesi bagi nya" batin Alana menimpali.
"Yang sabar ya sayang menghadapi nya, percayalah kamu hanya lah wanita yang dia cintai nak!" ujar nyonya Maryam menggenggam tangan Alana. Alana hanya menanggapi dengan anggukan, meski dia harus diam menyangkal semua praduga tersebut, karena dia hanyalah istri penebus hutang.
"Sudah malam, kita masuk saja, kamu juga butuh istirahat nak!" ajak nyonya Maryam. Alana mengikuti nyonya Maryam masuk ke dalam, setelah itu dia diantar maid ke kamar.
Sedangkan di ruang kerja pak Johan sudah menunggu kedatangan Yoga. Terbukti ketika Yoga masuk langsung di suruh duduk di kursi yang ada di depan meja kerjanya.
"Duduk dan jelaskan!" tuntut pak Johan nyalang. Yoga duduk lalu bertanya apa yang harus dia jelaskan"
"Soal pernikahan. Kenapa kamu tidak bilang pada kami" sarkas pak Johan.
"Maaf pa, bukan maksud Yoga, tapi ini terjadi begitu saja" Yoga berusaha menjelaskan pada pak Johan yang terlihat begitu kecewa.
"Kata mama dia sudah punya suami, apa kau merebut nya?" sarkas pak Johan.
"Tidak pa, terlalu rumit untuk di jelaskan!" elak Yoga. pak Johan menghela nafas panjang.
"Ya, aku percaya sama kamu, maafkan papa hanya khawatir nak"
"Hem, Yoga mengerti" balas Yoga.
"Lalu kapan kamu mengadakan pesta, biar semua orang tahu dan tentunya Anggun terlihat dia tertarik padamu" tanya pak Johan. Sedangkan Yoga hanya menggeleng.
"Nak, istri mu juga perlu di akui" ujar pak Johan. Tapi yoga hanya diam. Diam nya Yoga membuat pak Johan menebak jika ada sesuatu yang sangat rumit untuk di jelaskan oleh Yoga.
"Ya sudah, sudah malam kita istirahat dulu, kamu juga pasti capek baru datang dari luar kota langsung kesini" ujar kemudian pak Johan mengajak Yoga keluar dari ruang kerja.
"Selamat malam.." ujar Yoga pada pak Johan ketika dia sampai terlebih dahulu di depan kamar nya. Pak Johan mengangguk lalu kembali melangkah menuruni tangga sebab kamar nya ada di lantai bawah.
Klek..
Yoga membuka pintu kamar, dia mengernyit mendapati kamar nya yang di sulap layaknya kamar pengantin di atas ranjang banyak bertabur bunga mawar. Yoga mengedarkan pandangan mencari keberadaan Alana tapi tidak ada, mungkin dia masih ada di roof top itulah yang ada dalam pikiran Yoga, dia hendak berbalik ingin memanggil Alana dan mengajak nya masuk karena sudah malam, tapi langkahnya terhenti ketika dia mendengar bunyi pintu kamar mandi terbuka. Mata Yoga membulat ketika mendapati Alana yang sudah berganti baju dinas yang menantang iman. Sebenarnya Alana juga sangat malu memakai baju itu tapi dia takut jika Yoga akan marah jika tidak memakai baju dinas tersebut, karena dia berfikir baju itu dari Yoga. Padahal baju itu disiapkan oleh nyonya Maryam. Alana berjalan dengan menunduk selain menahan malu, dia juga begitu gugup melihat Yoga yang tak berkedip melihat lekuk tubuh nya yang menantang. Buru-buru Alana mengambil selimut dan hendak tidur di bawah ranjang yang beralaskan permadani seperti yang biasa dia lakukan di rumah. Yoga yang memperhatikan tingkah Alana pun hanya menggeleng seraya melewati Alana masuk ke dalam walk in closed untuk berganti baju.
"Hah,, syukurlah, lebih baik aku segera tidur!" guman Alana mulai berbaring di atas permadani dia pun mulai menutup matanya.
"Cepat bangun!" pinta Yoga seraya menarik selimut yang di pakai Alana. Sontak Alana pun segera membuka mata nya kembali dan menatap Yoga yang hanya memakai boxer, tubuh atletisnya membuat Alana terpukau.
"Cepat naik! atau kau mau aku menggendong mu!" ujar Yoga tepat di depan wajah Alana, seketika itu membuat Alana tersadar dan bergegas naik ke atas ranjang dengan sendirinya. Melihat tingkah Alana membuat bibir Yoga menyunggingkan senyum. Yoga pun menyusul menaiki ranjang yang berukuran king size itu dan berbaring di samping Alana.
"Kau niat sekali menggoda ku" sindir Yoga ketika dia membaringkan tubuh di samping Alana. Alana yang mendengar pun merasa kesal, untuk apa dia menggoda, tidak di goda pun dia bahkan menggarap tubuh nya tak henti-henti.
"Setidak nya aku mendapat kan pahala" jawab Alana berbeda dengan isi hati nya.
"CK, baiklah jika itu mau mu!" ucap Yoga mulai bangun dan menindi tubuh Alana. Alana tidak bisa bergerak karena tubuh nya di kungkung oleh Yoga sekaligus kedua tangan nya yang di cekal kuat.
"Nikmatilah.." lirih parau Yoga mulai mengulum telinga Alana, dan itu berhasil membuat Alana menikmati perlakuan Yoga tidak lah kasar lembut dan terasa menuntut. Ya malam ini mereka berhasil memadu kasih lagi di tempat baru yaitu rumah pak Johan yang menjadi saksi bisu.