NovelToon NovelToon
Cassanova - Dendam Gadis Buta

Cassanova - Dendam Gadis Buta

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Dendam Kesumat
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Wida_Ast Jcy

Casanova seorang gadis cantik. Namun sayang sekali dengan parasnya yang cantik ia memiliki kekurangan. Kedua matanya buta. Meski ia buta ia merupakan kembang desa. Karena kecantikannya yang luar biasa. Walaupun ia buta ia memiliki kepandaian mengaji. Dan ia pun memiliki cita cita ingin menjadi seorang Ustadzah. Namun sayang...cita cita itu hanya sebatas mimpi dimana malam itu semuanya telah menjadi neraka. Saat hujan turun lebat, Casanova pulang dari masjid dan ditengah perjalanan ia dihadang beberapa pemuda. Dan hujan menjadi saksi. Ia diperkosa secara bergantian setelah itu ia dicampakan layaknya binatang. Karena Casanova buta para pemuda ini berfikir ia tidak akan bisa mengenali maka mereka membiarkan ia hidup. Namun disinilah awal dendam itu dimulai. Karena sifat bejad mereka, mereka telah membangkitkan sesuatu yang telah lama hilang didesa itu.

"Mata dibayar mata. Nyawa dibayar nyawa. Karena kalian keluarga ku mati. Maka keluarga kalian juga harus mati.

Yuk...ikuti kisahnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 KOTAK KERAMAT NENEK

Sementara teman-temannya yang lain nampak bergidik melihat keadaan Bu Rahmi. Bu Rahmi mengangguk lemah. Tatapannya tak sengaja beradu dengan salah satu pemuda yang tengah menyiapkan alat untuk tensi darah.

Pemuda itu tersenyum pada Bu Rahmi, namun senyum itu terlihat menyimpan sebuah makna yang lain. Entah apa maknanya. Mungkinkah pemuda itu tau sakit yang diderita oleh Bu Rahmi???

Sementara di rumah, Casanova duduk dalam kesunyian. Hening menyelimuti seisi ruangan. Ia gelisah menanti kabar kepulangan ibunya dan Ustazah Laila yang belum juga kembali.

Fajar pun perlahan menyingsing, namun bagi Casanova dunia tetap terasa gelap. Ia seperti kehilangan separuh jiwanya. Bayang-bayang pria yang semalam kembali terniang dalam benaknya. Ia yakin, pria itu adalah pria yang sama yang pernah melecehkannya. Atau mungkin adalah dalang dari semua musibah yang kini menimpa keluarganya.

"Andai saja aku punya kekuatan untuk membalas mereka... andai saja aku bisa melihat! Apa yang sudah terjadi pada Kayano dan Ibu. Jika semua ini benar ulah orang jahat yang menjadikan Kayano dan ibu korbannya. Aku bersumpah pasti akan membalaskan semuanya!" seru Casanova dalam hati, napasnya bergetar, hatinya dipenuhi dendam yang menggelegak.

"PRANKKK!!

Tiba-tiba terdengar suara keras dari dalam kamar ibunya. Casanova terkejut, tanpa ragu, ia meraih tongkatnya dan berjalan tergesa ke arah sumber suara. Tak ada rasa takut saat mendengar suara itu yang ada hanya amarah yang membara dan keinginan membalas semua penderitaan yang ditimpa pada keluarganya.

Jika ia bisa, ia akan membalaskan semuanya... dengan tangannya sendiri. Dendam telah membutakannya. Bukan hanya matanya yang buta, namun kini hatinya juga buta.

"Krieeettt.

Casanova membuka pintu kamar ibunya. Pintu kamar ibunya berderit saat didorong. Dengan napas tertahan, Casanova meraba-raba lantai, mencoba menemukan benda apa yang tadi terjatuh yang menimbulkan suara keras itu. Tangan Casanova menyentuh sesuatu sebuah benda berbentuk kotak yang tak dikenalnya.

Benda itu terbuat dari kayu, dengan ukiran unik yang terasa asing baginya. Ia terus meraba-raba benda tersebut. Kotak kayu dengan ukiran unik dan mistis itu diikat oleh seutas tali. Casanova terdiam, dan meraba-raba kotak itu, mencoba menebak apa benda yang ada di pegangannya.

Lalu, Casanova mengingat sesuatu. Sebuah benda yang selalu tersimpan di kamar ibunya, yang tak boleh dibuka oleh siapa pun.

"A… apakah ini kotak Lenggini? Kotak keramat simpanan nenek itu. "bisiknya dalam hati.

Sunyi membungkus malam, dan ketakutan menggulung dalam diam. Di peluk nya, kotak kayu berdebu, misterius itu, yang diam-diam ia temukan di kamar ibunya. Matanya menatap kosong ke langit-langit, namun hatinya berdebar, penuh tanya dan firasat gelap akan rahasia yang tersembunyi di dalam kotak itu.

Udara pagi menyusup dingin hingga ke tulang, angin menggoyangkan tirai usang di jendela yang terbuka setengah, menciptakan gerakan lambat yang nyaris seperti bisikan hantu. Tak ada suara lain, hanya detak jam tua yang berdetak berat dan nyaring, seakan waktu sendiri enggan berjalan lebih cepat. Setiap detik berlalu seperti beban, menyeret sunyi ke dalam ruangan yang telah lama kehilangan tawa.

Casanova duduk meringkuk di sudut ruangan, wajahnya pucat dan mata sembab. Kegelisahan tak pernah benar-benar pergi dari sorot matanya. Ia tak tahu bagaimana keadaan ibunya sekarang.

Apakah masih di puskesmas itu? Atau sudah dipindahkan ke rumah sakit besar di kota? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalanya seperti badai, tak memberinya ruang bernapas.

Casanova tidak tahu, dan justru itu membuat rasa takutnya tumbuh lebih liar. Ia duduk diam, namun pikirannya berlari tanpa arah, menabrak bayangan-bayangan buruk yang akan terjadi pada ibunya yang tak bisa ia usir.

Dan kotak itu. Kotak kecil yang ditemukan di balik almari tua, kini menjadi pusat pikirannya. Apakah itu jawabannya? Apakah ada sesuatu di dalamnya yang bisa menjelaskan semua keganjilan ini? Hatinya berdesir tak karuan, antara rasa takut dan harapan yang hampir mati. Tapi tubuhnya terlalu lelah terlampau lelah setelah berhari-hari menangis dalam diam, terlalu letih bertarung dengan pikirannya sendiri.

Tanpa ia sadari, matanya terpejam. Namun tangan kurusnya tetap menggenggam kotak itu erat-erat, seolah tidak ingin ia melepaskannya, ia akan tenggelam dalam gelap yang tak berbatas. Kotak itu menjadi jangkar terakhirnya dalam lautan kecemasan yang nyaris menenggelamkan segalanya.

Dalam tidurnya yang gelisah, sebuah mimpi datang tiba-tiba mimpi yang tak diundang, namun terasa begitu nyata. Ia berdiri sendirian di tengah hutan yang gelap pekat. Pepohonan tinggi menjulang seperti bayang-bayang raksasa, dan angin dingin menyambar wajahnya dengan kasar.

Aroma tanah basah menusuk tajam ke dalam hidung, membawa perasaan ngeri yang sulit dijelaskan. Udara terasa berat, seakan setiap napas adalah usaha bertahan hidup. Lalu dari kejauhan, cahaya lembut mulai tampak, namun entah mengapa justru terasa mengancam...

Di balik cahaya temaram itu, perlahan-lahan muncul sesosok wanita yang begitu memesona cantik, tapi ada sesuatu yang menggetarkan jiwa Casanova begitu saja ia memandangnya. Selendang kuning yang dikenakan wanita itu berkibar lirih diterpa angin, seolah mengalir bersama bisikan dunia lain.

Senyumnya tampak lembut, namun justru dari sanalah merambat hawa dingin yang menusuk tulang, membangkitkan bulu kuduk Casanova. Ia terlihat asing... tapi tidak sepenuhnya asing. Ada rasa yang familiar, seperti potongan mimpi lama yang kabur di ujung ingatan.

Casanova tahu ia tak pernah mengenal wanita itu, namun hatinya berteriak sebaliknya seolah sosok itu telah lama menunggu waktu ini tiba. Langkah wanita itu mendekat, begitu ringan hingga hampir tak menyentuh tanah.

Setiap gerakannya membuat udara di sekitar mereka menjadi lebih beku, seolah dunia ikut menahan napas. Dan saat jarak mereka hanya sehelai rambut, wanita itu mengangkat tangannya dengan lambat, anggun, dan menggetarkan.

Ujung jemarinya menyentuh rambut Casanova, membelainya perlahan. Sentuhannya dingin... tidak seperti sentuhan manusia. Rasanya seperti kabut yang menyusup ke dalam jiwa.

“Balaskan dendammu, Cah Ayu…” bisik wanita itu, suaranya lirih namun menggema, seperti berasal dari lubuk terdalam angin malam.

Jantung Casanova berdentum keras di dalam dadanya. Bibirnya kaku, tak mampu menjawab. Kata-kata itu menancap dalam, membangkitkan sesuatu yang lama terkubur dalam dirinya.

“Buka kotak itu,” lanjutnya dengan nada yang sama lembut, namun menggema ke dalam relung hati.

“Lalu berikan setetes darahmu... dan teteskan juga satu tetes di selendangku itu.” perintah wanita itu dengan lembut.

Cassano menggigil. Tak sanggup berkata-kata. Lidahnya kelu, seolah terkunci oleh rasa takut yang menjalar dari ujung rambut ke ujung kaki. Tubuhnya terasa bukan miliknya lagi.

“Datanglah ke Hutan Larangan…” bisik wanita itu, kali ini nadanya seperti mantera kuno.

“Bersemedilah selama tujuh hari tujuh malam. Maka segala yang kau inginkan akan jadi milikmu. Matamu… matamu yang buta… akan bisa melihat. Bahkan… akan bisa melihat mereka… mereka yang telah berbuat kebiadaban terhadap mu itu…” ucapnya lagi.

Suasana di sekeliling mereka mendadak sunyi. Hening. Hanya detak jantung Cassano yang terdengar begitu keras, menenggelamkan segalanya. Dan dalam diam itu, dunia seperti berubah antara nyata dan tak nyata melebur dalam satu bayangan yang tak bisa dijelaskan.

BERSAMBUNG...

1
Susi Santi
bgus
Susi Santi
up yg bnyak dong thor
Anyelir
hai kak aku mampir
mampir juga yuk kak ke karyaku
Wida_Ast Jcy: ok say. baiklah...tq ya sudah mampir dikaryaku. 🥰
total 1 replies
Susi Santi
plis lanjut thor
Wida_Ast Jcy: Hi... say. tq ya sudah mampir. Ok kita lanjuti ya harap sabar menunggu 🥰
total 1 replies
Wida_Ast Jcy
jangan lupa tinggal kan jejak nya yah cintaQ. TQ
Wida_Ast Jcy
Jangan lupa tinggal kan jejak nya disini ya cintaq. coment dan like
Wida_Ast Jcy: tq say.... atas komentar nya. yuk ikuti terus cerita nya. jgn lupa subscribe dan like yah. tq 😘
Nalira🌻: Aku suka gaya bahasanya... ❤
total 2 replies
Wida_Ast Jcy
Hi.... cintaQ mampir yuk dikarya terbaruku. Jangan lupa tinggal kan jejak kalian disini yah. tq
Wida_Ast Jcy
😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!